Episode
419: Sel-A
Di
kamar hotelku…
Pertarungan babak perempat final
Frontier Festival telah selesai. Empat orang semifinalis telah ditentukan. Di
semifinal nanti, aku akan berhadapan dengan Reaper yang telah mengalahkan Henry.
Sementara di semifinal yang lain, Volta akan melawan petarung perempuan bernama
Yuki yang di perempat final terakhir sukses menjatuhkan petarung bernama Yura.
Pertarungan semifinal akan digelar besok, dan lawanku bukan lawan yang mudah,
dia adalah Reaper, sosok misterius yang telah membuat Henry hilang ingatan. Dia
juga yang telah melukai Solar, Tropius milikku. Aku yakin itu.
Aku mesti memikirkan strategi yang
matang untuk bisa mengalahkan Reaper, bila aku ingin terus bertahan dalam
Frontier Festival. Melawan Guy di Perempat Final saja aku mesti mati-matian
hingga batas kemampuanku.Yang pasti, aku tidak boleh kalah dari Reaper. Aku
harus bisa mengalahkannya, dan membuka kedoknya selama ini.
TOK! TOK!
“Siapa?” tanyaku ketika kudengar suara
ketukan pintu.
“Ini aku, Flame,” jawab suara perempuan
dibalik pintu yang kukenali sebagai Flame. Flame?Apa dia sudah sembuh?
Sebenarnya aku tidak ingin bertemu dengan Flame setelah insiden PokeHuman
kemarin. Aku merasa bersalah telah membuatnya terluka. Tapi… “Masuklah Flame,”
ujarku kemudian, mempersilakannya masuk.
Perlahan pintu kamar terbuka. Perempuan
berambut merah berjambul yang kukenali sebagai Flame masuk ke dalam. Tanpa
kupersilakan, dia lantas duduk di kursi yang ada di kamarku, memandang ke
arahku. Belum sempat dia bicara, aku terlebih dulu mengeluarkan pertanyaan.
“Bagaimana keadaanmu?Apa kau baik-baik
saja?”
Flame mengangguk pelan. “Ya, aku
baik-baik saja. Efek tubuh api itu memang sempat membuat tubuhku kehilangan
cairan. Tapi sekarang sudah pulih kembali,” jawabnya menjelaskan.
“Syukurlah. Flint sangat khawatir dengan
keadaanmu,” sahutku.
“Memangnya kamu tidak khawatir?”
tanyanya kemudian.
“Tentu aku khawatir,” jawabku cepat.“Aku
sangat khawatir, bila pusaran pasir dari Guardian melukaimu.”
“Itu justru menolongku,” tutur Flame. “Kamu
menyelamatkanku dengan pusaran pasir. Pusaran pasir itu berhasil mengurung
kemampuan tubuh apiku.”
Aku diam tak menyahut. Flame pun
demikian, diam tak bersuara. Dengan rasa bersalahku, aku tidak tahu harus
berkata apa. Tapi kemudian aku berkata…
“Itu pertama kalinya aku melihat tubuh
api atau Flame Body. Aku tak menyangka bisa sebesar itu. Aku sangat takut
terjadi apa-apa denganmu,” kataku dengan wajah tertunduk. Aku tidak mampu
melihat wajah polosnya setelah apa yang kulakukan waktu itu. Mestinya aku tidak
meladeni Volta, yang menantang duel PokeHuman.
Flame tersenyum. Dia lantas memegang
tanganku lembut. “Kamu lihat sendiri kan, apa yang pernah aku ceritakan dulu.
Kemampuan PokeHuman yang menurutku adalah… kutukan.”
Aku langsung teringat ketika aku, Flame,
dan Volta masih tergabung dalam regu elit di Tim Magma. Saat itu Flame pernah bercerita padaku
bahwa tubuhnya memiliki kemampuan mengeluarkan api. Dia menceritakan,
kemampuannya tersebut pernah aktif dan membuatnya membakar Kota Cinnabar,
tempat tinggalnya. Akibat kemampuan itu, dia dikucilkan oleh masyarakat
Cinnabar. Dia tidak punya teman, dan menjalani hidupnya dalam kesendirian
bersama Eevee, Pokemonnya yang telah menjadi sahabatnya sendiri. Kini setelah
melihat langsung bagaimana ‘kutukan’ itu muncul, aku tak menyangka tubuh api
bisa sebesar itu. Kemampuan tubuh api itu benar-benar mengerikan. Wajar bila
masyarakat Cinnabar lantas menjauhi Flame.Tidak, semestinya Flame tidak
dikucilkan. Apa yang terjadi pada Flame bukanlah kesalahan Flame. Semestinya
masyarakat bisa menerima dan memahaminya, bukan lantas menjauhinya.Flame juga
manusia, dia juga berhak hidup.
“Aku hidup dalam ketakutan,” kisah Flame
kemudian. “Pada hari terakhirmu di Tim Magma waktu itu, aku membakar kapal
selam. Kutukan ini kembali muncul ketika aku marah saat menyadari Brodie yang
menyebabkan kamu diusir oleh Paman Maxie.”
Eh? Ja… Jadi…
“Continent Magmarine mengalami kerusakan
parah, dan Paman Maxie mengirimku kembali ke Kakek Blaine di Cinnabar.”
“Jadi kamu pun dikeluarkan dari Tim
Magma… di hari itu?” tanyaku tercengang.
Flame mengangguk. “Ya.Aku dikuasai emosi
dan tidak bisa mengendalikan kemampuanku. Paman Maxie tidak punya pilihan
kecuali mengeluarkanku dari tim demi keselamatan para grunt Magma. Dan
setibanya di Cinnabar, aku menjadi objek penelitian Kakek Blaine. Dia berusaha
agar kemampuan tubuh api dapat hilang sepenuhnya dari tubuhku, sehingga aku
dapat hidup dengan normal.
“Tapi PokeHuman merupakan misteri yang
kompleks yang belum terpecahkan dengan ilmu pengetahuan.Meski telah melewati
terapi selama kurang lebih satu tahun, kutukan ini belum juga hilang,” sambung
Flame. “Blaine yang seorang ilmuwan belum juga mampu memecahkan misteri sel-A.”
“Sel-A?”
Flame mengangguk.“Ya, sel-A. Sel yang
disebut-sebut menjadi pemicu munculnya kutukan ini. Serta vektor utama atas
kemampuan Pokemon. Dalam penelitian yang dilakukan Kakek Blaine, diketahui
bahwa sel ini memiliki karakteristik berbeda dengan sel manusia pada umumnya,
dan dapat berkembang atas reaksi-reaksi tertentu.”
“Reaksi-reaksi tertentu?Reaksi apa?”
tanyaku semakin tertarik.
“Emosi, perasaan manusia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...