
Aku telah mempersiapkan segala peralatan yang mungkin aku butuhkan. Kini aku sudah berada di luar rumahku, bersiap untuk pergi ke Fallarbor. Sebenarnya masih ada satu hal yang aku takutkan akan mengganggu usahaku kali ini, yaitu para Elite Four dan juga juara. Percuma saja aku membawa peralatan-peralatan canggih bila kemudian aku keburu menjadi es dan gua Terra kembali hilang. Sejauh ini memang hanya Elite Four saja yang menjadi penghalang, oleh karena itu aku harus memastikan tidak ada Elite Four atau juara yang mengikuti.
”Lunar Servada...” tiba-tiba suara dingin seorang wanita mengagetkanku. Aku menoleh dan tampak disana Glacia, salah seorang anggota Elite Four dengan spesialisasi Pokemon es. Dialah yang saat itu melawan kak Lydia. ”Mau pergi kemana kamu?”
”Itu bukan urusanmu,” jawabku ketus. Sial, kenapa selalu saja ada Elite Four yang mengikutiku sih? Apa dia sudah tahu kalau aku akan pergi ke gua Terra? Bisa kacau nih...
”Apa kamu masih mau mencari Groudon di gua Terra?” tanya Glacia seolah membaca pikiranku.
Aku terhenyak kaget, meski begitu aku berusaha untu bersikap tenang. ”Setelah semua yang terjadi, setelah kau membekukan kakakku... apa kau pikir aku masih berani untuk mencari Pokemon itu?” jawabku ketus. Aku harus berusaha sebisa mungkin membuatnya tidak berpikir kalau aku masih mengincar Groudon. ”Kalau seperti itu, aku benar-benar adik yang tidak tahu diri.”
Glacia terdiam. Dia lalu menatapku sedih. ”Maafkan aku Lunar karena telah membekukan kakakmu. Tidak seharusnya aku membekukannya dengan titik beku, itu jurus yang paling mematikan dan tidak seharusnya digunakan untuk manusia.”
”Jadi sekarang kau menyesal? Setelah membuat kakakku sekarat, sekarang kau minta maaf?” geramku emosi. Mengingat keadaan kak Lydia sekarang benar-benar membuat emosiku meningkat. ”Kak Lydia adalah satu-satunya saudaraku... satu-satunya keluargaku, dia sangat berarti bagiku... aku tak mau kehilangan dia!”
Glacia tampak merasa bersalah. Raut wajahnya menampakkan perasaan menyesal. ”Lydia juga sahabatku ... saat kami masih sekolah dulu. Kami bahkan sempat membentuk tim ekspedisi bersama... bila mengingat persahabatan itu, aku merasa sangat menyesal telah menyakitinya... Naluriku sebagai Elite Four terpancing saat menghadapinya kemarin,” sesal Glacia.
”Tak ada yang perlu disesali saat ini, kakakku sedang sekarat dan aku berharap dia kembali sehat seperti sedia kala...” sahutku sedih.
”Aku juga berharap dia segera sembuh, dia sahabat yang baik... Maafkan aku Lunar, aku hanya menjalankan tugasku saja...” kata Glacia lirih. Dia lalu berbalik dan mulai berjalan meninggalkanku.
”Kak Glacia,” panggilku tiba-tiba. Glacia berhenti melangkah dan kembali berbalik menghadapku. Melihat hal itu aku lalu meneruskan kalimatku. ”Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?”
”Katakan saja, bila itu bisa membuatmu memaafkan aku,” sahut Glacia pelan.
Aku menghembuskan nafas panjang. ”Bisakah kalian, para Elite Four berhenti mengikutiku? Bisakah kalian tidak mengejarku, tidak mengamatiku lagi?” pintaku kemudian. ”Kehadiran kalian hanya akan membuatku teringat pada hari pertarungan di gua Terra waktu itu... kuanggap itu sebagai tragedi karena dua orang yang aku sayangi terluka dan mengingatnya membuatku semakin sedih.”

Aku mengangguk mengiyakan. ”Ya, aku akan berhenti, aku tidak mau membuat orang lain terluka lagi karena ambisi konyolku ini... aku akan melakukannya demi kakakku...”
Glacia tersenyum. ”Aku pegang janjimu,” katanya seraya berbalik lalu kembali melangkah pergi meninggalkanku. Aku memandangi kepergiannya dengan nanar. Sesungguhnya tidak ada yang salah dalam hal ini. Glacia melakukannya karena itu memang tugasnya, aku tak bisa menyalahkannya sepenuhnya. Kalaupun ada yang harus disalahkan itu adalah aku, yang menantang maut dengan ambisiku mendapatkan Groudon.
Selepas kepergian Glacia, aku kembali melangkahkan kakiku meninggalkan rumah. Tentu saja yang aku katakan pada Glacia tadi adalah bohong. Aku mengatakannya agar Elite Four tidak mengganggu usaha keduaku kali ini. Bagaimanapun aku harus tetap menuju ke gua Terra untuk menuntaskan keinginanku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...