Episode 471: Ketahanan Tubuh Manusia
“ARRRGGHHH!!”
Darah terlihat menyemburat ke lantai Battle Dome. Tapi bukan dari Infernape… darah itu dari Flint! Kekasih Flame itu tampak tercekat, sembari memegang dadanya. Darah menetes dari mulutnya, mengisyaratkan bila sebelumnya dia muntah darah.
BRAKKK!
Flint terjatuh, terduduk dengan tangan kanannya bertumpu lantai, sementara tangan kirinya masih tetap menempel di dadanya. Dia tampak lemas. Melihat itu, Cameron tertawa senang. “Hahaha… dasar pelatih ingusan… sok menantang pertarungan kematian. Sekarang lihat apa yang terjadi. Lihat apa yang telah kamu lakukan pada tubuhmu sendiri.”
Flint terdiam. Antara tak tahu harus menjawab apa, juga lantaran dadanya terasa sangat sakit. Dia benar-benar tak menyangka pertarungan kematian yang terlarang itu terasa sebegitu menyakitkan ini.
“Kenapa… kenapa kamu tak terluka?” Tanya Flint sembari memandang ke arah Cameron yang berdiri kokoh di seberangnya. “Padahal… padahal kan Rhyperior juga terhempas,” sambungnya tergagap.
“Kenapa… kenapa kamu tak terluka?” Tanya Flint sembari memandang ke arah Cameron yang berdiri kokoh di seberangnya. “Padahal… padahal kan Rhyperior juga terhempas,” sambungnya tergagap.
Cameron mendengus. Dia mengangkat kepalanya angkuh. “Pertanyaan bodoh,” jawabnya. “Pertarungan kematian itu sudah jadi kebiasaan kami, para Godfather. Jadi seharusnya kamu sudah menerkanya.”
“Ke… kebiasaan?”
“Tepat sekali,” angguk Cameron. “Ten Godfather Paciolo Mafioso bukanlah lawan yang bisa kalian anggap remeh. Bahkan untuk kelas Elite Four sekalipun, kami tidak akan main-main. Pertarungan kematian adalah spesialisasi kami.”
“Spesialisasi?”
“Tepat sekali,” sahut Cameron. Dia masih dengan tatapan angkuhnya, dengan kepala diangkat ke atas, kini menyilangkan kedua lengannya di depan dada. “Kami menyadari benar bahwa pertarungan kematian bisa melukai tubuh kami, bahkan membunuh kami. Karenanya, kami melatih tubuh kami agar dapat terbiasa dengan pertarungan brutal jenis ini. Sehingga kami telah berhasil memaksimalkan ketahanan tubuh manusia yang kami miliki.”
Flint tercengang. Melatih tubuh? Memaksimalkan ketahanan tubuh manusia? Jadi… jadi itu yang membuat Cameron dapat bertahan dari setiap efek merusak pertarungan kematian? Tidak mungkin, batin Flint. Karena itu artinya dia….
“Jangan bandingkan aku dengan dirimu yang mungkin baru menjajal pertarungan kematian. Dan aku sangat yakin itu. Lihatlah dirimu sekarang. Terbaring menyedihkan karena nekat mencoba sesuatu yang tidak kamu ketahui,” beber Cameron tersenyum jahat. “Kamu sudah kalah, bahkan sebelum pertarungan ini dimulai.”
Benar, dirinya sudah kalah, batin Flint. Dia menatap lantai dengan nanar. Ini pertarungan yang tidak bisa dia menangkan. Bahkan lebih buruk lagi, ini adalah pertarungan yang bisa membuatnya terbunuh. Merupakan penyesalan karena telah menyepakati pertarungan kematian ini.
“Jadi apa sekarang, Tuan Elite Four Kribo? Apa kamu akan menyusul rekan-rekanmu?” tanya Cameron dengan pandangan jahat melihat kebisuan Flint. “Rekan Elite Fourmu yang sudah lebih dahulu mati… dalam pertarungan kematian?”
Apa? Elite Four yang mati dalam pertarungan kematian? “Apa… apa maksudmu?!” sergah Flint terkejut.
Cameron tertawa, awalnya pelan, berangsur keras, sangat keras. Dia menutupkan telapak tangannya ke mukanya, kemudian melayangkan telapak tangannya ke arah Flint yang kini melihat ke arahnya. “Tak tahukah kamu kalau kami ini sudah membunuh Elite Four!”
Membunuh… Elite Four? Seketika mata Flint membesar. Dia semakin terkejut. Kelompok ini…. Telah membunuh Elite Four? Apa… apa benar?
Flint tiba-tiba teringat sesuatu yang terjadi di Hoenn. Tentang seorang anggota Elite Four… anggota Elite Four yang terbunuh. Bila yang dikatakan Cameron benar, maka yang telah membunuh Elite Four itu adalah….
“KURANG AJAR!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...