Episode 514: Ruang dan Waktu yang Berbeda
Pada ruang dan waktu yang berbeda….
“Sayang…. ayo ke sini…”
“Hei anak malas, jangan tidur saja…”
“Kenapa tidak bermain dengan keluargamu di sini.”
Seorang anak perempuan berambut biru sian terbangun di sebuah hamparan bunga matahari yang begitu luas berselimut kabut putih nan tebal. Dia lalu melihat tiga orang di depannya, kedua orang tuanya dan kakaknya. Keluarga yang telah lama meninggalkannya.
“Ayah, ibu…. kakak,” panggil perempuan itu lalu berdiri dan berjalan menuju tiga orang tersebut.
“Ayo cepat, nanti kami tinggal lho,” kata si Kakak.
“Hush, masa kakak mau ninggal adik,” sahut si ayah.
“Tidak Sayang…. kami tidak akan meninggalkanmu,” sambung si ibu.
Gadis itu tersenyum, lalu berlari dengan semringah menyongsong keluarganya. Namun semakin dia berlari mengejar, dia tak juga sampai di tempat keluarganya berada. Membuatnya merasa heran dan mulai putus asa setelah sekian lama berlari.
“Ayo Sayang, apa yang membuatmu lama sekali?” tanya si ibu.
“Dasar lambat,” ledek si kakak.
“Kami di sini Sayang,” panggil si ayah.
Gadis itu kembali mencoba berlari. Namun dia masih tak kunjung mencapai tempat keluarganya berada. Dia terus menggapai-gapai, namun keluarganya itu seakan menjauh. Dia lalu berhenti dan mulai menangis, menangis keras, sangat keras hingga kemudian air matanya terasa menggumpal begitu besar dan kenyal, jatuh di kedua telapak tangannya. Gumpalan itu memiliki mata dan mulut, membuatnya menjerit dan… terbangun.
Ah, hanya mimpi, batinnya begitu menyadari terbangun di atas sebuah tempat tidur yang begitu nyaman. Namun itu bukan tempat tidurnya. Itu juga bukan kamarnya. Ruangan itu terlihat kecil, begitu alami, seperti dibangun dari pepohonan dan dedaunan.
“Yee… kau sudah sadar akhirnya,” terdengar sebuah suara yang begitu imut. Gadis itu mencari-cari, hingga kemudian menemukan gumpalan seperti dalam mimpinya, ada di depan matanya. Gumpalan itu nyata…. bukan mimpi.
“Ka… kamu siapa… bukan, kamu apa?” tanyanya terkejut sekaligus takut. “Kenapa bisa berbicara?”
“Jangan takut Nona, aku tidak jahat. Aku Digimon yang baik kok, suwer,” jawab gumpalan itu yang mengenalkan dirinya sebagai Digimon. “Namaku Moonmon, salam kenal. Aku menemukanmu tak jauh dari sini. Cukup berat lho membawamu sampai aku berubah lagi jadi bentuk in-training seperti ini. Padahal sebelumnya aku sudah jadi Lunamon.”
“Digimon? Moonmon? Lunamon?” gadis itu tampak bingung. “Maksudmu Pokemon?”
“Pokemon? Digimon apa itu? Aku belum pernah dengar namanya,” jawab makhluk bernama Moonmon itu.
“Ini di mana…. di kota apa?” tanya Melona kemudian.
“Ini bukan di kota, ini di tepi Hutan Tropis, di dunia digital tentunya,” jawab Moonmon polos.
“Dunia… digital?”
Moonmon menggerakkan tubuhnya seperti mengangguk. “Oh iya Nona, siapa nama Nona, biar aku bisa memanggil dengan mudah.”
“Namaku? Namaku…. Melona Bluesea.”
BAB 75: KEMENANGAN YANG MENYEDIHKAN.... SELESAI
KETERANGAN ALIH BAHASA:
Cakar Bayangan: Shadow Claw
Hantu: Ghost
Kekuatan Tersembunyi: Hidden Power
Tim ganda: Double Team
Gelombang Air: Water Pulse
Orang-orang air: People of Water
Bola Bayangan: Shadow Ball
Hawa Dingin Ekstrem: Sheer Cold
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...