Episode 469: Godfather Kesepuluh
Ten Godfather... Paciolo Mafioso? Apa itu? Tanya Flint dalam benaknya.
“Baru dengar? Cis. Kupikir Elite Four tahu segalanya,” ejek sosok bernama Cameron itu. Dia lantas melangkah menuju tempat Flint dengan angkuh. “Dua penjaga yang kalian lumpuhkan tadi hanya Rattata kecil... hanya Magikarp...” dengusnya terus berjalan. “Paciolo Mafioso... atau yang kalian sebut Kelompok Paci itu.... sebenarnya adalah kami! Sepuluh godfather yang melingkari Johto!”
Sepuluh godfather... yang melingkari Johto? Flint mencoba mencerna cepat. Dia lantas tersenyum sinis, tak mau terlihat kalah. “Jadi kalian bersepuluh itu sebenarnya Kelompok Paci? Dengan Nanta Paciolo sebagai pemimpinnya... atau salah satunya?” ujar Flint mencoba tenang.
“Tepat sekali rambut merah,” sahut Cameron semakin mendekati Flint. Saat jarak tinggal menyisakan tujuh meter, dia berhenti dan melihat ke rambut Flint. “Oh... rambut merah. Ini menarik. Perempuan yang tadi bersama Nanta juga rambutnya merah,” lanjutnya dengan santai.
Flint terkesiap. Perempuan berambut merah... Flame!?
“Bajingan! Apa yang kalian lakukan dengan Flame?!” darah Flint mendadak mendidih, demi mendengar ciri khas kekasihnya itu disebut. “Awas! Kalau sedikit saja...”
“Berapi-api, seperti spesialisasinya. Tak heran,” seloroh Cameron cepat. “Tapi aku tak mau banyak bicara denganmu, kribo. Kita bicara dengan cara lelaki dewasa saja bagaimana?”
Flint langsung terdiam. Namun barisan gigi depannya saling menempel erat, disertai tatapan penuh api amarah, tajam ke arah Cameron. Susah payah dia mencoba menenangkan darahnya yang bergolak, menunduk sekejap, lantas memandang Cameron tegas.
“Bagaimana?” tanyanya singkat.
“Kenapa bertanya lagi? Kan sudah jelas... pertarungan Pokemon,” jawab Cameron. “Bukankah itu cara hidup kalian... elite four?”
“Huh, setelah kalian melucuti PokeBall kami layaknya pengecut,” ledek Flint.
Cameron tersenyum seraya merogoh sakunya, mengambil sebuah PokeBall dari dalamnya. “Tenanglah dulu. Kukembalikan Pokemonmu.” Cameron melemparkan PokeBall itu ke arah Flint. Secara refleks, Flint menangkapnya lantas memandanginya. “Nah, bagaimana kalau langsung kita mulai saja,” lanjut Cameron.
Flint terdiam. Menghela napas panjang, dan menatap Cameron. “Baiklah. Akan segera kubereskan dirimu, dan menyelamatkan orang-orang yang ada di sini,” jawabnya mantap.
“Hahaha... ini yang aku tunggu-tunggu dari tadi. Menjajal elite four,” seru Cameron. “Baiklah, hanya satu Pokemon yang digunakan. Kutantang kamu menggunakan aturan turnamen bawah tanah, pertarungan kematian.”
Pertarungan kematian... Flint tak menyangka bakal melakoni pertarungan Pokemon dengan aturan pertarungan kematian, aturan dunia liar yang hanya dimainkan di turnamen bawah tanah. Turnamen ilegal yang tak pernah tersentuh hukum. Yang keberadaannya seolah tak ada, namun hampir selalu dibicarakan.
“Hei anak muda, bagaimana? Apa kamu takut dengan tantanganku? Apa sampai di sini saja kemampuan Elite Four?” ejek Cameron.
Flint terdiam. Dia tahu aturan itu terlarang. Namun dia juga menyadari itulah aturan di dunia luar, dunia rimba Pokemon yang tak lagi digunakan di masa modern dalam kehidupan yang beradab. Namun sepertinya dia tidak punya pilihan lain. Bagaimanapun yang dihadapinya kini adalah penjahat. Dan sebagai elite four, dia harus bisa melindungi dunia Pokemon dari kejahatan orang-orang seperti Cameron!
“Aku terima,” akhirnya Flint bersuara. “Flint, master tipe Api... siap meladenimu!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...