
”Pertama-tama kami akan mengambil PokeBallmu sehingga kau tidak bisa menyerang kami,” ujar Ter sambil mengambil tas pinggangku.
”Hei, jangan sentuh Pokemonku!” teriakku mencegah.
”Jangan khawatir, kami hanya menjauhkannya darimu,” jawab Ter dengan senyum jahat. ”Ternyata uangmu sangat sedikit, kau benar-benar kasihan.” Rupanya Ter mulai membuka dompetku. Isinya memang tinggal sedikit, kemarin sudah aku habiskan untuk berkaraoke di Inul Vizta yang ada di kota Rustboro. Lho? Sejak kapan Inul buka cabang di Hoenn?
”Sekarang kau tak berdaya... saatnya untuk beraksi! Ariados, racuni dia!” Ariados mengeluarkan butir-butir cairan berwarna ungu yang mengenai tubuhku dan kini kurasakan tubuhku mulai mengalami rasa sakit. Aku keracunan!
”Beraninya menyerang manusia dengan Pokemon, dasar kalian pengecut! Kalau berani mari kita beradu Pokemon satu lawan satu... kita buktikan siapa yang lebih hebat!” tantangku kesal.
”Kami tahu kau adalah seorang trainer terlatih, kau sudah mendapatkan lima lencana Hoenn, kau pasti hebat dan kami akan kalah bila bertarung dengan cara jujur. Hanya dengan cara ini kami bisa mendapatkan lencana milikmu, hahaha!”
Ho... jadi anak-anak ini mengincar para trainer yang melewati hutan ini dan merebut lencananya? Dasar anak-anak kurang ajar! Aku harus segera memikirkan cara lepas dari jaring laba-laba ini sebelum racun melumpuhkanku perlahan-lahan dan membuatku tak sadarkan diri. Ini salahku yang kurang berhati-hati sehingga dapat diserang oleh jaring laba-laba Ariados tadi. Tapi aku harus tetap tenang, aku tak boleh panik dalam keadaan seperti ini dan harus segera memikirkan sebuah cara.
”Ariados, siksa dia dengan rudal jarum!” Ter kembali memberi perintah dan kali ini Ariados meluncurkan jarum-jarum ke arahku. Tidak, rudal jarum atau pin missile adalah serangan menyakitkan yang datang bertubi-tubi. Anak-anak ini benar-benar membuatku kesal!
Jarum-jarum itu mulai menusukku, perlahan kurasakan sakit menjalar di seluruh tubuhku. Tiga anak itu menatapku dengan wajah penuh kemenangan. Aku belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya. Awas saja kalau aku bisa lepas dari jeratan, kupastikan kalian semua tidak akan selamat.
”Baiklah, sepertinya aku sudah cukup puas, bagaimana dengan kalian, Me, Nung?” tanya Ter pada dua temannya. Kedua temannya mengangguk mengiyakan. Melihat jawaban itu, Ter tersenyum, bukan senyum yang baik. Dia berjalan pelan menghampiriku yang terbaring di tanah dengan jaring-jaring menyelimuti. Dengan kurang ajarnya dia meletakkan kakinya di kepalaku. ”Kau beruntung, aku sedang berbaik hati sekarang. Kami sudah mendapatkan lencana gym milikmu, kami tak memerlukanmu lagi. Lencana-lencana ini pasti dihargai mahal di pasar gelap.”
Kurang ajar! Mereka mau menjual lencana-lencana yang telah susah payah kudapatkan dengan seenaknya. Tak tahukah mereka betapa sulitnya mendapatkan satu lencana gym saja?
”Baik, akan kami selesaikan.” Ter berjalan mundur. Dia menunjuk padaku dan kemudian berkata, ”Ariados, akhiri ini... buat dia pingsan dengan lambungan!”

Ariados sudah melompat tinggi dan perlahan kulihat dia meluncur keras di atas tubuhku. Oh, aku akan pingsan... aku pasrah...
”Fearow, paruh pengebor!” tiba-tiba terdengar sebuah suara yang kukenal bersamaan dengan muncullah sesosok Pokemon burung besar berjambul merah seperti milik Sammon. Pokemon burung bernama Fearow itu melesat cepat dan menusukkan paruhnya yang tajam pada Ariados di udara. Serangan itu mendarat tepat dan membuat Ariados terjengkang kesakitan. Pokemon berkaki panjang itu langsung pingsan di tanah.

”Apa? Siapa itu?” Ter tampak terkejut.
”Mereka memanggilku, super idiot trainer,” jawab seseorang entah dimana. ”Tapi... kau bisa memanggilku.... Parmin!” Parmin muncul dan menantang Ter. Dia menatap Ter dengan pandangan tajam. ”Beraninya kau menyerang kak L... Takkan kumaafkan!”
Parmin? Aku tak berharap melihat wajahnya lagi, tapi entah mengapa aku senang dia datang. Parmin lalu menghampiriku dan memotong jerat Ariados dengan pisaunya. Aku pun kini terlepas dan bisa bergerak bebas.
”Terima kasih Parmin, aku senang kau datang,” ujarku berterima kasih pada Parmin.
”Apa Kak L tidak apa-apa?” tanya Parmin cemas.
Aku mengangguk. ”Aku tak apa-apa, hanya saja jarum-jarum Ariados tadi membuatku badanku agak gatal, dan aku keracunan.”
Parmin lalu mengeluarkan obat anti racun yang baru dibelinya dan memberikannya padaku. Aku meminum obat tersebut dan kurasakan tubuhku perlahan membaik.
Aku beralih pandang pada Ter dan dua temannya. Mereka tampak kaget dengan situasi yang secara cepat berubah. Seperti yang kubilang tadi, akan kupastikan mereka tidak akan selamat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...