
Kembali ke Battle Dome di hari yang aktual…
“Oh tidak! Si Pincang akan kalah!” teriak seorang penonton histeris.
“Ini akan sangat memalukan… terkalahkan oleh trainer wanita…” sahut yang lain.
“Anti klimaks, aku tak tega melihatnya…” seorang penonton tampak memalingkan wajahnya.
Yeah, pemakan mimpi kedua dari Gardevoir yang artinya… kekalahanku.
“Gardevoir? Kenapa?” Tanya Lavender tiba-tiba. Aku yang sebelumnya menutup wajahku, sama tidak teganya dengan penonton langsung melihat ke arena. Sudah sedari tadi Gardevoir menghentakkan tangannya, tapi tidak terjadi apa-apa. Guardian tampak tidak kesakitan. “Kenapa ini? Kenapa Sandslash tidak kesakitan? Gardevoir, ulang sekali lagi… Pemakan mimpi!”
Gardevoir kembali menghentakkan kedua tangannya melakukan serangan pemakan mimpi, tapi sekali lagi serangan itu tidak berimbas apa-apa.
“Apa? Serangannya tidak mempan?” seorang penonton tampak terkejut.
“Iya, tidak mempan,” sahut yang lain.
Eh? Mereka bilang apa? Tidak mempan? Aku langsung melihat pada Guardian yang terduduk disana. Kenapa serangannya tidak mempan? Bukankah Guardian masih terti… hei! Dia sudah bangun!
Guardian bangkit berdiri. Dia menghunus kedua cakarnya dengan mantap sembari mengerling ke arahku. Yes! Guardianku sudah bangun!
“Serangan pemakan mimpi dari Gardevoir milik Lavender tidak mempan… Sandslash milik Lunar telah bangun!” seru Flame langsung memunculkan suara bergemuruh para penonton yang tadinya mengira aku akan kalah.
“Ayo Pincang! Ini saatnya membalik kedudukan!” teriak penonton memberikan semangat.
“Ayo-ayo! Beri pelajaran pada gadis itu! Tunjukkan bahwa si Pincang tak terkalahkan!”
“Yihaaa Pincang!”
“Pincang! Pincang! Pincang!”
Wah, banyak sekali dukungan untukku… aku tak menyangka mereka sangat mengharapku menang. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kepercayaan mereka… aku harus menang!
“Ini aneh sekali,” kata Lavender menyadarkanku dari hingar bingar penonton. “Efek hipnotis memang acak, tapi aku tidak menyangka bisa secepat itu… Sandslash baru tertidur satu turn!”
“Well, itulah kenapa kamu seharusnya tidak meremehkan si Pincang dari Verdanturf,” sahutku sambil tersenyum. “Lihatlah itu!” aku menunjuk benda kecil di samping Guardian. Disana tampak sesuatu menyerupai buah.

Aku mengangguk pelan. “Ya, itu Lum Berry, berry yang berkhasiat melenyapkan segala status yang mengenai Pokemon yang memakannya. Aku lupa kalau aku telah memberikannya pada Guardian, setelah seseorang memberikannya padaku kemarin.”
Usai mengatakan itu aku melirik ke arah Flame. Flame tampak bingung saat aku melihatnya. Dia lalu melihat pada berry yang telah digigit Guardian dan menyadari apa yang telah terjadi…
“Berry itu…”
*
Kembali ke semalam sebelumnya…
Aku dan Flame masih berdiri berhadapan. Kami semua terdiam tak bicara, tidak tahu harus berkata. Kulihat Flame tampak sedih. Wajahnya berkaca-kaca seperti ingin menangis. Setetes air mata jatuh di pelupuk matanya, yang langsung kusingkirkan dengan lembut menggunakan punggung telunjukku.
“Jangan menangis lagi Flame,” bisikku pelan. “Kau sudah memiliki Flint, dan Flint begitu mencintaimu… berbahagialah bersamanya…”
“Ya, Lunar… aku akan berbahagia dengannya, bila itu membuatmu bahagia,” sahut Flame menahan isaknya. Saat itulah sesuatu terjatuh dari tangan kirinya. Serta merta aku menunduk dan memungutnya. Sebuah berry berwarna hijau…
“Oh, itu Lum Berry, berry yang berkhasiat melenyapkan berbagai efek status pada Pokemon seperti lumpuh, tertidur, atau keracunan,” jelas Flame melihatku memungut berry miliknya. “Aku tadi sedang memberikannya pada Desire, tapi kamu boleh memilikinya. Ambillah, sepertinya Sandslash menginginkannya.”
“Benarkah? Terima kasih Flame.”
Aku menoleh ke arah Guardian yang berdiri di sampingku, menunjukkan Lum Berry padanya. Guardian tampak mengangguk, lalu mengambil berry itu pelan dari tanganku. Dia tampak senang dan beberapa kali menempelkan berry itu di pipinya.
“Sandslashmu sepertinya menyukainya,” ujar Flame senang melihat kegembiraan Guardian. “Sepertinya sudah lama sekali aku tidak melihat Pokemonmu itu… membuatku rindu masa-masa di Tim Magma dulu…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...