SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 12 Februari 2015

Lunar's Diary: Eps.452 - Lima Persen Sandslash

Episode 452: Lima Persen Sandslash

“Penjahat sepertimu... tak layak disebut pemenang!” teriak Flame marah.
“Oh, begitukah?” sahut Nanta terkesan meledek. “Lalu, apa yang mau kamu katakan, Nona Flame? Terakhir kali aku melihatmu, kamu sedang mengenakan pakaian Flareon yang sangat seksi. Aku sampai tergoda dibuatnya.”
Flame mendongak, menatap Nanta dengan tatapan penuh benci. “Lelaki mesum sepertimu takkan pernah mengerti bagaimana menjadi pemenang sejati,” ujarnya seraya mengalihkan pandangan sekilas ke tribun penonton. “Keramaian yang terjadi di sini... persaingan yang terjadi di sini... semuanya bukan hanya untuk menjadi atau melihat pemenang. Menjadi pemenang atau melihat pemenang, semuanya hanyalah sebuah tujuan. Tapi proseslah yang terpenting.”
“Ho... begitu...” Nanta mengangguk seakan tertarik. “Kita bikin cepat saja, Nona Manis,” katanya menggoda. “Apa yang sebenarnya mau kamu katakan?”
“Battle Frontier ini...” jawab Flame, “...adalah tempat bertemunya para penggemar pertarungan Pokemon. Mereka datang ke sini untuk melihat, untuk merasakan pengalaman dalam pertarungan Pokemon. Untuk melihat bagaimana terjadinya persahabatan di antara Pokemon, di antara para petarung, di antara para penonton yang menyaksikan turnamen ini. Itulah esensi dari Frontier Festival... itulah kenapa turnamen ini diselenggarakan!”
“Wow, menarik sekali ucapanmu, nona manis... aku baru tahu itu, terima kasih sudah repot-repot mengatakannya,” kata Nanta tersenyum sinis. “Lalu, apa kesimpulannya? Aku semakin tidak sabar mendengarnya.”
Flame terdiam sejenak, lalu melihat cepat ke arah Nanta. “Kesimpulannya... aku takkan memaafkan orang yang tega merusak hal tersebut... aku tidak akan memaafkan mereka yang telah tega merusak persahabatan! Yang telah tega mengganggu turnamen ini. Takkan kubiarkan Battle Frontier direbut oleh orang sepertimu!”
“Hahaha.... perkataan yang nonsense, Nona Flame... Hahaha...” ujar Nanta sembari tergelak. “Semua yang kamu katakan tadi itu hanya indah didengar, hanya kata-kata kosong tak bermakna. Lihatlah kenyataannya, lihatlah apa yang terjadi sekarang ini. Persahabatan yang kamu banggakan itu tidak akan merubah apapun di sini. Semanis apapun ucapanmu, Battle Frontier bakal tetap kurebut dari si gendut itu...”
“Sekarang, akan kutunjukkan padamu betapa tidak berharganya persahabatan itu,” sambung Nanta. Perlahan dia berjalan menghampiri Flame, lantas merunduk tepat di depan Flame. Sementara Flame membuang muka, tak mau memandang wajah lelaki menyebalkan itu. “Rupanya manisku ini masih sombong saja,” godanya sambil memegang dagu Flame dengan telunjuk dan ibu jarinya.
“Apa... apa yang mau kamu lakukan?” tanya Flame dengan nada bergetar.
“Tenang saja Manis, aku takkan menya...”
“Hentikan Nanta!” teriakku cepat. Secara spontan tubuhku bergerak berdiri, membuat perhatian semua orang yang ada di arena langsung beralih tertuju padaku, termasuk Nanta. Aku sendiri terkejut menyadari aku mampu bergerak. Kupikir gelombang petir mestinya sudah melumpuhkanku. Tapi...
“Bagaimana mungkin kamu bisa berdiri?” tanya Nanta terkejut. “Gelombang petir tadi mestinya sudah mengenai dan melumpuhkan semua orang di dalam Battle Dome ini. Kecuali anggota Kelompok Paci yang mengenakan pakaian anti listrik. Tapi kamu kan bukan anggota kami. Bagaimana kamu bisa...”
“I... Itu... aku...” aku tergagap. Aku sendiri tak tahu kenapa aku mampu bergerak. Tapi ini bukan saatnya untuk bertanya-tanya, ini saatnya untuk bergerak! “Guardian, GALIAN!”
Tanah di bawah Nanta langsung bergetar. Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Sandslash andalanku muncul keluar langsung menghantam Nanta, membuat bos mafia itu terhempas jatuh ke tanah.
“Si... Sial. Apa yang... Argh...” erang Nanta kesakitan. Anggota-anggota kelompok Paci pun langsung berlari ke arah pemimpin mereka itu.
“Maaf Nanta, tapi aku tak bisa menunggu lebih lama lagi,” kataku penuh percaya diri. “Sebenarnya pantang bagiku memerintahkan Pokemonku untuk menyerang manusia. Tapi untukmu sepertinya pengecualian, setelah apa yang kau lakukan pada kami semua! Beruntung Guardian masih ada di arena, dengan sisa tenaganya yang hanya lima persen.”
“KURANG AJAR KAMU PINCANG!” umpat Nanta marah.
“Biar kubereskan si Pincang ini Bos,” kata Mickey menawarkan diri. Namun baru saja melangkah, Volta langsung bergerak menghalanginya.
“Aku yang akan membereskannya,” kata Volta singkat.
“Tapi Volta...”
“Serahkan ini pada Volta, Mickey,” kata Nanta berusaha bangkit. Dibantu anak buahnya, dia berdiri dan membersihkan pakaiannya. “Dialah yang akan mengatasi si Pincang. Itu sudah jadi rencana awal. Bagaimanapun hanya Volta yang bisa mengatasi si Pincang itu. Itulah alasan kenapa dia ada di tim ini,” jelasnya.
Apa? Kehadiran Volta sudah direncanakan untuk mengatasiku? Dan hanya Volta yang bisa mengatasiku? Apa maksudnya ini?
“Volta, kuberikan apa yang sudah kau minta. Maka lakukanlah dengan baik. Habisi dia!” perintah Nanta geram.
“Maaf Nanta,” sahut Volta menoleh ke arah Nanta. “Sudah kubilang kan kalau aku tidak menerima perintah dari siapapun, termasuk dari dirimu. Bila aku menghabisi Lunar, itu karena keinginanku sendiri. Sejak awal aku memang berniat untuk menghabisi si Pincang ini,” sambungnya
“Ya ya ya... terserah kamu saja,” timpal Nanta terdengar malas.
Volta tersenyum lantas menatap ke arahku. “Lunar, kamu selalu membuatku terkesan,” pujinya. “Aku lupa kalau Sandslash-mu masih bertahan dengan sisa tenaga lima persen. Sepertinya aku memang terlalu meremehkanku, padahal kamu sudah mengalahkanku di final. Kalau begitu kali ini akan kubuat cepat.”
“Volta, katakan padaku apa maksud perkataanmu tadi... Apa yang sebenarnya...”
“ALAKAZAM!”
Belum sempat aku meneruskan ucapanku, seekor Alakazam tiba-tiba muncul di belakangku, menyentuh tubuhku dan sejurus kemudian.... aku hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...