Episode
452: Lima Persen Sandslash
“Penjahat sepertimu... tak layak disebut
pemenang!” teriak Flame marah.
“Oh, begitukah?” sahut Nanta terkesan
meledek. “Lalu, apa yang mau kamu katakan, Nona Flame? Terakhir kali aku
melihatmu, kamu sedang mengenakan pakaian Flareon yang sangat seksi. Aku sampai
tergoda dibuatnya.”
Flame mendongak, menatap Nanta dengan
tatapan penuh benci. “Lelaki mesum sepertimu takkan pernah mengerti bagaimana
menjadi pemenang sejati,” ujarnya seraya mengalihkan pandangan sekilas ke
tribun penonton. “Keramaian yang terjadi di sini... persaingan yang terjadi di
sini... semuanya bukan hanya untuk menjadi atau melihat pemenang. Menjadi
pemenang atau melihat pemenang, semuanya hanyalah sebuah tujuan. Tapi proseslah
yang terpenting.”
“Ho... begitu...” Nanta mengangguk
seakan tertarik. “Kita bikin cepat saja, Nona Manis,” katanya menggoda. “Apa
yang sebenarnya mau kamu katakan?”
“Battle Frontier ini...” jawab Flame,
“...adalah tempat bertemunya para penggemar pertarungan Pokemon. Mereka datang
ke sini untuk melihat, untuk merasakan pengalaman dalam pertarungan Pokemon.
Untuk melihat bagaimana terjadinya persahabatan di antara Pokemon, di antara
para petarung, di antara para penonton yang menyaksikan turnamen ini. Itulah esensi
dari Frontier Festival... itulah kenapa turnamen ini diselenggarakan!”
“Wow, menarik sekali ucapanmu, nona
manis... aku baru tahu itu, terima kasih sudah repot-repot mengatakannya,” kata
Nanta tersenyum sinis. “Lalu, apa kesimpulannya? Aku semakin tidak sabar
mendengarnya.”
Flame terdiam sejenak, lalu melihat
cepat ke arah Nanta. “Kesimpulannya... aku takkan memaafkan orang yang tega
merusak hal tersebut... aku tidak akan memaafkan mereka yang telah tega merusak
persahabatan! Yang telah tega mengganggu turnamen ini. Takkan kubiarkan Battle
Frontier direbut oleh orang sepertimu!”
“Hahaha.... perkataan yang nonsense, Nona Flame... Hahaha...” ujar
Nanta sembari tergelak. “Semua yang kamu katakan tadi itu hanya indah didengar,
hanya kata-kata kosong tak bermakna. Lihatlah kenyataannya, lihatlah apa yang
terjadi sekarang ini. Persahabatan yang kamu banggakan itu tidak akan merubah
apapun di sini. Semanis apapun ucapanmu, Battle Frontier bakal tetap kurebut
dari si gendut itu...”
“Sekarang, akan kutunjukkan padamu
betapa tidak berharganya persahabatan itu,” sambung Nanta. Perlahan dia
berjalan menghampiri Flame, lantas merunduk tepat di depan Flame. Sementara
Flame membuang muka, tak mau memandang wajah lelaki menyebalkan itu. “Rupanya
manisku ini masih sombong saja,” godanya sambil memegang dagu Flame dengan
telunjuk dan ibu jarinya.
“Apa... apa yang mau kamu lakukan?”
tanya Flame dengan nada bergetar.
“Tenang saja Manis, aku takkan menya...”
“Hentikan Nanta!” teriakku cepat. Secara
spontan tubuhku bergerak berdiri, membuat perhatian semua orang yang ada di
arena langsung beralih tertuju padaku, termasuk Nanta. Aku sendiri terkejut
menyadari aku mampu bergerak. Kupikir gelombang petir mestinya sudah
melumpuhkanku. Tapi...
“Bagaimana mungkin kamu bisa berdiri?”
tanya Nanta terkejut. “Gelombang petir tadi mestinya sudah mengenai dan
melumpuhkan semua orang di dalam Battle Dome ini. Kecuali anggota Kelompok Paci
yang mengenakan pakaian anti listrik. Tapi kamu kan bukan anggota kami.
Bagaimana kamu bisa...”
“I... Itu... aku...” aku tergagap. Aku
sendiri tak tahu kenapa aku mampu bergerak. Tapi ini bukan saatnya untuk
bertanya-tanya, ini saatnya untuk bergerak! “Guardian, GALIAN!”
Tanah di bawah Nanta langsung bergetar.
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Sandslash andalanku muncul keluar
langsung menghantam Nanta, membuat bos mafia itu terhempas jatuh ke tanah.
“Si... Sial. Apa yang... Argh...” erang
Nanta kesakitan. Anggota-anggota kelompok Paci pun langsung berlari ke arah
pemimpin mereka itu.
“Maaf Nanta, tapi aku tak bisa menunggu
lebih lama lagi,” kataku penuh percaya diri. “Sebenarnya pantang bagiku
memerintahkan Pokemonku untuk menyerang manusia. Tapi untukmu sepertinya
pengecualian, setelah apa yang kau lakukan pada kami semua! Beruntung Guardian
masih ada di arena, dengan sisa tenaganya yang hanya lima persen.”
“KURANG AJAR KAMU PINCANG!” umpat Nanta
marah.
“Biar kubereskan si Pincang ini Bos,”
kata Mickey menawarkan diri. Namun baru saja melangkah, Volta langsung bergerak
menghalanginya.
“Aku yang akan membereskannya,” kata
Volta singkat.
“Tapi Volta...”
“Serahkan ini pada Volta, Mickey,” kata
Nanta berusaha bangkit. Dibantu anak buahnya, dia berdiri dan membersihkan
pakaiannya. “Dialah yang akan mengatasi si Pincang. Itu sudah jadi rencana
awal. Bagaimanapun hanya Volta yang bisa mengatasi si Pincang itu. Itulah
alasan kenapa dia ada di tim ini,” jelasnya.
Apa? Kehadiran Volta sudah direncanakan
untuk mengatasiku? Dan hanya Volta yang bisa mengatasiku? Apa maksudnya ini?
“Volta, kuberikan apa yang sudah kau
minta. Maka lakukanlah dengan baik. Habisi dia!” perintah Nanta geram.
“Maaf Nanta,” sahut Volta menoleh ke
arah Nanta. “Sudah kubilang kan kalau aku tidak menerima perintah dari
siapapun, termasuk dari dirimu. Bila aku menghabisi Lunar, itu karena keinginanku
sendiri. Sejak awal aku memang berniat untuk menghabisi si Pincang ini,”
sambungnya
“Ya ya ya... terserah kamu saja,” timpal
Nanta terdengar malas.
Volta tersenyum lantas menatap ke
arahku. “Lunar, kamu selalu membuatku terkesan,” pujinya. “Aku lupa kalau
Sandslash-mu masih bertahan dengan sisa tenaga lima persen. Sepertinya aku
memang terlalu meremehkanku, padahal kamu sudah mengalahkanku di final. Kalau
begitu kali ini akan kubuat cepat.”
“Volta, katakan padaku apa maksud
perkataanmu tadi... Apa yang sebenarnya...”
“ALAKAZAM!”
Belum sempat aku meneruskan ucapanku,
seekor Alakazam tiba-tiba muncul di belakangku, menyentuh tubuhku dan sejurus
kemudian.... aku hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...