
“Ah iya, tembakan lumpur itukan…”
“Mampu mengurangi akurasi lawan…” sambungku cepat. “Dan itulah yang terjadi pada Safari… akurasi serangan tarian daunnya menjadi berkurang yang berikutnya menjadi meleset… mengenai Scott!”
“Emang salahku apa sih…” terdengar suara lemah Scott yang sudah bangkit berdiri, dibantu oleh seorang petugas yang membantunya berjalan. Wajahnya tampak berantakan sekali dengan kacamata hitamnya yang miring. “Aku sudah mengangkatmu jadi Miss Festival… lalu aku juga sudah mengabulkan keinginanmu di hari ulang tahunmu seperti Jirachi… tapi kok kamu malah membuatku babak belur begini sih?”
“Ma… maaf Scott…” Flame langsung berjalan cepat menghampiri Scott dan membenahi pakaian Scott yang berantakan. Dia bahkan membenarkan posisi kacamata Scott. “Maaf Scott, aku tidak bermaksud menyerangmu… Serangan Safari meleset karena tembakan lumpur… I swear… dengar sendiri kan apa kata Lunar?”
“I… iya… aku dengar…” sahut Scott lemah. “Mungkin lain kali aku harus menonton dari tempat jauh… aku baru kali ini menjadi wasit dan langsung babak belur seperti ini… malang sekali nasibku…”
Aku terkikik mendengarnya. Kasihan sekali Scott, dalam hatinya dia pasti sangat kesal. Hahaha… :D
(Komentar Mangrove, “Boss, tertawa di atas penderitaan orang lain itu gak bagus lho…”)
Scott berjalan pelan dibantu pegawainya keluar dari arena Battle Dome. Aku dan Flame mengamati kepergiannya hingga dia menghilang di balik pintu ruang belakang.
“Well, kamu memang bisa begitu menyusahkan,” komentar Flame setelah Scott pergi. “Sekarang mari kita lanjutkan pertarungan kita.”
“Oke, siapa takut!” sahutku mantap. “Kalau tadi tembakan lumpur… maka sekarang saatnya untuk… Mangrove, bom lumpur!”
“Bom… Bom lumpur?” sentak Flame kaget.
Untuk kali kedua akn mengambil inisiatif serangan terlebih dahulu, memberikan kesempatan bagi Mangrove untuk melakukan serangan pertama, Mangrove melompat, menciptakan bola lumpur besar dari mulutnya dan menembakkannya ke arah Safari… menciptakan sebuah ledakan lumpur yang dahsyat!
“KOWAWA!!!” jerit Safari keras, kali ini kesakitan. Sunflora milik Flame itu tampak berputar-putar pusing beberapa kali hingga kemudian jatuh dengan sangat indah ke tanah. Pertarungan ini… selesai.
“Horeeee!” teriak para penonton menyadari kemenanganku. “Hidup Pincang! Hidup Pincang!”
“Pincang! Pincang! Pincang!” yeah, seruan-seruan dukungan sekaligus memuakkan itu akhirnya kudengar kembali. Sekali lagi, aku berhasil mempertahankan kepopuleranku. Hahaha… lihatlah Erou, lihatlah yang tertawa terakhir sekarang… Hahaha…
Sementara itu Flame tampak tertunduk lesu. Dikembalikannya Safari ke dalam PokeBall yang akhirnya kusadari adalah Safari Ball itu dengan cepat. Dia terdiam sejenak, lalu kemudian melangkah pelan mendekatiku.
“Kamu hebat Lunar…” katanya lembut saat sudah berada tepat di depanku. “Kini aku bisa merasakannya. Aku sudah merasakan pertarungan luar biasa melawanmu… dan kuakui kamu memang hebat.” Flame menyunggingkan seulas senyum kepadaku. Aku baru saja akan membalas senyum itu saat tiba-tiba….
*hug*

Para penonton terkesiap melihat Flame memeluk tubuhku. Aku sendiri terkejut mendapati tubuh Flame kini menempel erat dengan tubuhku.
“Flame, apa-apaan ini?” tanyaku salah tingkah. “Apa maksudmu memelukku disini? Semua orang melihat kita, tahu tidak?”
“Aku tidak peduli,” sahut Flame pelan. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap lekat mataku. Bisa kurasakan kelembutan dari tatapan matanya itu. “Aku hanya ingin memelukmu seperti ini… apakah tidak boleh?”
“Flame… tapi bukan begini,” ujarku berharap bisa melepaskan pelukan Flame hanya dengan kata-kata. Tapi Flame tetap memelukku. Dia menempelkan kepalanya di dadaku yang kini jantung di dalamnya berdegup kencang.
“Aku tidak peduli Lunar… aku tidak peduli…” jawab Flame lagi. “Aku merindukan hal ini… aku merindukan hal yang sama yang terjadi dua tahun yang lalu… saat kita menghabiskan malam itu bersama…”
“Ap… Apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti.
Flame terdiam, sementara para penonton tampak mulai ribut. Walaupun aku tidak melihat mereka tapi aku yakin mereka sedang bisik-bisik, bergunjing atau berteriak-teriak histeris melalui suara berisik yang kudengar.
“Lunar…” desah Flame kemudian. “Aku… aku mencintaimu…”
A… Apa? Apa aku tidak salah dengar? Flame bilang kalau dia… dia…
BAB LIII SELESAI
Keterangan Alih Bahasa:
~Roda Api = Flame Wheel
~Batu Matahari = Sun Stone
~Tembakan Lumpur = Mud Shot
~Tarian Daun Bunga = Petal Dance
~Bom Lumpur = Mud Bomb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...