SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 19 Februari 2011

L's Diary: Episode 219 - Ranger vs Boss

wooper gifEpisode 219: Ranger vs Boss

”Max Bladebarrel, aku menantangmu dalam pertarungan memperebutkan Pokemon legendaris, Rayquaza!” tantang Volta dengan pandangan berapi-api.
”Sudah kukatakan aku tak memiliki Rayquaza!” jawab Max marah. ”Tapi karena kau sudah menantangku, aku takkan diam saja!”
Max melemparkan PokeBall dan kemudian muncul Pokemon hijau besar dengan tubuh berduri. Seketika debu-debu pasir bertebaran di sekeliling Max dan juga Volta dengan cukup deras.
”Tyranitar, dengan kemampuan sungai pasirnya...” komentar Volta. ”Kalau begitu kita bisa mulai, keluarlah Machoke!”

Volta melemparkan PokeBall dan muncullah Pokemon menyerupai manusia berotot, Machoke. Max mengikutinya melemparkan PokeBall kali ini memunculkan Pokemon berbentuk kuda laut besar, Kingdra.
”Pertarungan ganda, Machoke dan Magmar melawan Tyranitar dan Kingdra,” kali ini Max yang berkomentar. ”Aku mengandalkan kalian, Kingdra gunakan tembakan air, Tyrnitar lakukan menggigit!”
”Machoke hancurkan dengan pukulan terfokus! Magmar gunakan pukulan api!” perintah Volta. Empat Pokemon itu langsung bergerak bersamaan, mengincar lawannya masing-masing.
Machoke melakukan konsentrasi untuk melakukan pukulan terfokus, namun konsentrasinya langsung terputus saat Tyranitar dengan ganas menggigitnya. Machoke jatuh berguling kesakitan, namun Pokemon itu masih bisa berdiri. Sementara itu Kingdra menembakkan tembakan air ke arah Magmar yang langsung menjatuhkan Pokemon api tersebut. Magmar pun pingsan.
”Terlalu beresiko menggunakan pukulan terfokus, kalau begitu... Machoke, pukulan karate!” seru Volta memberi perintah. Machoke pun bangkit dan bergerak, mengangkat tangan kanannya tinggi dan kemudian menjatuhkannya telak pada Tyranitar seolah mematahkan balok karate dan... Tyranitar terlempar keras sambil meraung kesakitan. Berikutnya Pokemon itu jatuh pingsan.
”Tyranitar lemah empat kali pada serangan bertipe petarung, pukulan karate saja sudah cukup untuk menjatuhkannya,” terang Volta angkuh.
”Magmar lemah pada serangan tipe air, tembakan air yang kekuatannya lemah saja bisa langsung membuatnya pingsan,” balas Max tak mau kalah.
”Ho, sekarang kita buktikan Pokemon siapa yang akan berdiri terakhir!”
Kini tersisa Machoke dan Kingdra. Kedua Pokemon itu saling menatap seolah berusaha saling menjatuhkan hanya dengan menatap saja.
”Machoke, bantingan seismik!” teriak Volta. Machoke langsung bergerak menangkap tubuh Kingdra lalu melompat tinggi dengan Kingdra dalam genggamannya. Machoke akan membanting Kingdra dengan sangat keras menghujam tanah.

”Kingdra, angin puyuh!” perintah Max. Machoke memutar tubuhnya di udara hendak melemparkan Kingdra sekeras mungkin saat tiba-tiba Kingdra meniupkan angin kencang yang membentuk pusaran angin. Dengan pusaran angin yang brutal itu, Machoke menjadi kesulitan mengendalikan bantingannya. Machoke pun terlempar terhempas oleh angin puyuh sementara Kingdra meluncur keras dari udara. Keduanya kemudian jatuh menghantam tanah dengan suara yang sangat keras dan langsung pingsan.
”Menyenangkan sekali...” Volta membuang nafas panjang. ”Kau sangat tangguh, Ranger.”
“Aku akan berusaha keras mengalahkanmu, menyingkirkan penjahat seperti kalian dari tempat ini,” sahut Max. ”Aku sudah siap dengan pertarungan berikutnya, demi Rawa Besar!”
“Sayangnya, aku tidak akan melanjutkan pertarungan,” jawab Volta. ”Aku akan langsung pada rencana utama kami, karena meladenimu hanya akan membuang waktu kami saja, terlebih setelah kami tahu betapa kuatnya dirimu, Max Bladebarrel!”
“Rencana utama?”
“Bochel, Curie, kembali ke pesawat,” perintah Volta pada dua anak buahnya. Bochel dan Curie mengangguk lalu masuk ke dalam pesawat yang rupanya telah mendarat di Rawa Besar. Max yang melihat kedua anggota Tim Voltase itu memasuki pesawat tiba-tiba merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Belum terlambat bagimu untuk menyerahkan Rayquaza padaku, dengan begitu tidak akan ada yang terluka. Tapi kupikir kau takkan memberikannya dengan mudah, karena kau keras kapala.”
“Katakan apa rencanamu?” tanya Max panik.
”Kau akan tahu sebentar lagi...” jawab Volta enteng. Dia lalu menyentuh Kadabra dan langsung menghilang dari depan Max. Max terkejut melihat Volta menghilang begitu saja. ”Aku disini Max,” teriak Volta. Max menoleh ke asal suara. Kini Volta berpindah tempat di atas pesawat, masih dengan Kadabra. Rupanya Volta melakukan teleportasi.
Pesawat Tim Voltase perlahan bergerak melayang di atas Rawa Besar, lalu bergerak pelan meninggalkan Rawa Besar menuju pusat kota Pastoria. Max memiliki firasat buruk mengenai hal ini.
”Disini Ranger Max melapor pada pusat,” kata Max pada operator ranger melalui arlojinya. ”Pesawat itu... kini menuju pusat kota Pastoria.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...