
Setelah mendengar kabar gunung Chimney dikepung oleh ranger, Badut mulai meningkatkan kecepatan helikopter. Akhirnya helikopter kami telah memasuki wilayah gunung Chimney. Kami kemudian mendarat di tanah lapang yang berada cukup jauh dari gunung Chimney untuk menerima perintah terbaru.
”Tabitha, laporkan kondisi disana.,” ujar Badut pada Tabitha melalui Magmavon.
”
”Apa yang harus kami lakukan sekarang?” tanyaku kehabisan akal.
”Sepertinya mustahil untuk melumpuhkan keempat kelompok tersebut. Memang masing-masing-masing kelompok hanya beranggotakan
“Lalu?”
”Begini, saat ini kita semua terkepung dan tak dapat melarikan diri. Bagaimanapun kita tak boleh tertangkap oleh ranger. Selain pintu utama di sebelah selatan, kita juga punya pintu darurat di sebelah utara. Yang perlu kalian lakukan adalah melumpuhkan kelima ranger yang ada disana sehingga kami bisa membuka pintu utara.”
”Baik, laksanakan!”
Setelah mendengar perintah dari Tabitha, kami segera berkumpul untuk menyusun rencana melumpuhkan lima ranger yang ada di utara. Setelah melalui perundingan yang alot, kami akhirnya memiliki sebuah rencana. Kami kembali menerbangkan helikopter dan bergerak menuju pintu utara seperti yang dimaksudkan oleh Tabitha.
Kami mendarat di sebuah tempat yang cukup baik untuk bersembunyi. Dari balik semak-semak, kami melihat lima ranger yang dimaksud oleh Tabitha. Kesemuanya memakai rompi merah khas ranger yang membuat kami yakin mereka adalah ranger. Kelima orang tersebut tampaknya sedang bersiaga dan tak mengetahui keberadaan pintu darurat. Baiklah, rencana segera dilaksanakan!
Aku mengenakan tudung seragamku dan langsung keluar menghadapi kelima ranger tersebut. Terus terang saja, aku takut berhadapan dengan hukum secara langsung seperti ini - apalagi kalau aku ingat ayahku adalah seorang ranger - , tetapi aku tak punya cara lain untuk menyelamatkan Maxie dan semua anggota Tim Magma. Bagaimanapun hal ini terjadi karena kesalahan kami.
Kelima ranger tampak terkejut melihatku keluar dari semak-semak. Mereka langsung berniat menangkapku, tetapi aku lebih cepat untuk melakukan serangan.
”Ninjask, kilatan cahaya!” Ninjask yang sudah bersiap di belakangku kemudian mengeluarkan sinar putih yang menyilaukan mata. Ranger terkejut dan segera buta untuk sementara waktu. Dan sekarang giliran Badut beraksi.
”Electabuzz, gelombang petir!” Badut segera keluar menyusulku bersama Electabuzz miliknya. Electabuzz mengeluarkan gelombang petir andalannya ke arah lima ranger tersebut. Kelima ranger itu pun jatuh berlutut di tanah. Mereka semua terkena status lumpuh.
”Berhasil!” sorakku. Tapi terlalu awal untuk merasa senang karena tiba-tiba beberapa ekor Pokemon berbentuk kupu-kupu menerjang ke arahku. Mereka adalah Dustox!
”Awas!” teriak Badut memperingatkanku. Terlambat, aku telah terkepung oleh gerombolan Dustox yang aku duga dibawa oleh para ranger itu.
”Flareon, semburan api!” Flame muncul dengan cepat dan segera memerintahkan Flareon melakukan serangan. Flareon menyemburkan api yang cukup besar yang langsung menjatuhkan gerombolan Dustox tersebut. ”Badut, cepat bereskan mereka!” perintah Flame menunjuk ke arah ranger.
Badut melemparkan pokeball dengan cepat dan Abra pun muncul. ”Abra, bawa mereka ke tempat kita tadi!” Abra melakukan teleport dengan cepat dan kini berada di antara ranger yang tak bisa bergerak. Kelima ranger terkejut menyadari keberadaan Abra. Abra lalu memegang tubuh kelima ranger tersebut dan melakukan teleport. Kelima ranger itupun lenyap bersama Abra.
”Berhasil!” sorakku lagi. Entah kenapa dari tadi aku bersorak girang terus, mungkin karena aku gugup menghadapi lima ranger tersebut.
”Tabitha, ranger kelompok utara sudah kami singkirkan. Pintu darurat bisa dibuka sekarang,” lapor Badut setelah Abra datang kembali.
”Bagus, pintu akan kami buka dan kalian segera masuk ke dalam. Kita semua akan meninggalkan gunung Chimney menggunakan enam pesawat Magma,” jawab Tabitha. Tak lama kemudian dinding gunung bergetar keras dan terbuka. Pintu darurat telah terbuka.
”Cepat, kita harus segera masuk ke dalam!”
Kami bertiga berlari memasuki pintu tersebut. Tapi tiba-tiba saja kakiku terjerat oleh sesuatu dan aku pun terjatuh ke tanah.
”L!” Badut dan Flame terkejut.
Aku menoleh melihat kakiku. Rupanya seutas tali panjang membelit kaki kananku dan membuatku terjatuh.
”Kalian pikir kalian bisa kabur?” terdengar suara lelaki di seberang. Lelaki dengan rompi merah khas ranger.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...