SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 03 Juni 2010

L's Diary: Eps. 89 - Kembalinya Flame

wooper gifEpisode 89: Kembalinya Flame

”Kau sudah meneleponnya?” tanya Tabitha pada Brodie.
Brodie mengangguk sambil tersenyum. ”Ya, sudah kutelepon. Tampaknya mereka senang sekali dengan hiburan yang kita kirimkan pada mereka,” jawab Brodie. ”Jarang-jarang lho Ditto-ku itu mau berenang untuk orang lain. Mereka sangat beruntung melihatnya.”
Kau memang konyol, Brodie,” sahut Tabitha tersenyum. Dia tampak sangat puas. Aku yang melihatnya tentu saja ikut senang. Rencana kami telah berhasil. Kami memang sengaja menggantikan Kyogre dengan Ditto karena dengan demikian Tim Aqua tidak dapat memenuhi keinginan mereka memperluas lautan. Ide Brodie benar-benar hebat. Terus terang saja, aku baru tahu ada Pokemon yang bisa merubah bentuk tubuhnya menyerupai Pokemon apa saja. Itu adalah keahlian dari Ditto, Pokemon berubah bentuk.
Saat ini kami sedang berada di dalam helikopter dalam perjalanan menuju kota Mossdeep untuk menjemput rekan kami tercinta, siapa lagi kalau bukan Flame. Rupanya dia berhasil melarikan diri dari markas Tim Aqua, entah bagaimana caranya.
Sepertinya kita sudah sampai,” ujar Tabitha sembari melihat ke luar jendela. Aku dan Brodie kemudian ikut melihat keluar jendela helikopter. Tabitha benar, kami telah sampai di kota Mossdeep, sebuah kota yang berada di sebuah pulau di wilayah timur Hoenn. Memang jarak dari tempat pertemuan kami tadi tidak terlalu jauh sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai kota ini.
”Hei, sepertinya kita bertemu dengan Tim Aqua lagi,” bisik Brodie sambil melihat keluar jendela.
Tim Aqua?” tanyaku tak mengerti. Aku kemudian melihat keluar jendela helikopter, mencari-cari yang dimaksud oleh Brodie dan menemukan seorang perempuan berambut merah dengan jambul jingga yang memakai seragam Tim Aqua berdiri di tepi pantai sembari melambai-lambaikan tangannya ke arah kami. Itu Flame!
Kami pun mendaratkan Helikopter. Ketika hampir sedikit lagi helikopter menjejak tanah, Tabitha dan Brodie langsung keluar dan berlari ke arah Flame. Flame juga berlari menyongsong keduanya. Mereka kemudian saling berpelukan seperti teletubbies.
”Aku... aku merindukan kalian,” ujar Flame sambil menitikkan air matanya. Dia memeluk kedua lelaki yang menyayanginya itu dengan erat. Aku yang baru saja keluar dari helikopter hanya melihatnya dari kejauhan.
Kami... kami juga merindukanmu...” jawab Tabitha. ”Kami pikir kami akan kehilanganmu.”
Syukurlah, kau selamat Flame,” sahut Brodie. ”Kau tidak apa-apa kan?” tanyanya dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Flame. Di luar dugaan Brodie menangis sesenggukan. Dasar cengeng, batinku melihat hal itu. Rupanya si keras hati Brodie bisa menangis juga. Kalau tahu seperti ini harusnya tadi aku membawa kamera untuk merekamnya dan menjadikannya sebagai alat untuk memerasnya apabila dia berlaku kasar lagi padaku. Aku yakin dia pasti tidak mau videonya mengenai hal ini ditunjukkan pada anggota Tim Magma lainnya.
Flame kemudian melepaskan pelukannya pada kedua lelaki itu. Dia menghapus air matanya dan kini memandang ke arahku. Tiba-tiba saja dia berlari ke arahku dan langsung memelukku erat.
Flame, akhirnya kau kembali,” sambutku bingung memilih kata-kata yang tepat. ”Aku minta maaf karena bertindak ceroboh dan membuatmu diculik. Aku benar-benar tak menyangka...” perkataanku terputus saat tiba-tiba Flame menempelkan jari telunjuknya pada bibirku.
”L, akulah yang harusnya meminta maaf,” ujarnya kemudian. ”Seharusnya aku bisa menjadi rekan yang baik dan tidak membuatmu khawatir. Aku tahu dan aku sangat yakin kalau kau sangat mencemaskanku. Maafkan aku, L....”
Mendengar itu aku tersenyum. Kami berdua benar-benar sahabat sejati yang saling mendukung dan tidak menyalahkan satu sama lain. Aku senang, aku senang akhirnya Flame berkumpul kembali dengan kami. Entah kenapa aku kemudian mempererat pelukanku. Entah kenapa aku tak mau kehilangan dia lagi.
”L,” ujar Flame sambil melepas pelukanku, ”aku lelah, maukah kau menggendongku ke helikopter?” pintanya manja.
Oh, tentu,” jawabku. Aku pun menggendongnya. ”Kau berat juga. Hei, berapa beratmu?” keluhku kemudian.
”Kupikir empat puluh kilo,” jawab Flame ragu.
”Oh ya? Tapi kok terasa enam puluh ya?” terkaku bercanda.
”Masa’?” sahut Flame tak percaya. ”Kalau begitu mungkin aku harus mulai berdiet... mungkin aku terlalu banyak minum Soda Pop.”
Kami berempat pun tertawa bersama sembari berjalan menuju helikopter.


Bab XIII: Misi Penyelamatan Flame
Selesai....

Keterangan alih bahasa:
Sayatan - Slash
Tembakan gelembung - Bubblebeam
Tubrukan - Tackle
Pisau guillotine - Guillotine
Retakan - Fissure
Transformasi - Transform

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...