
Lavender berjalan pelan ke tengah arena. Dia menunduk menghampiri Espeon yang terkulai lemah disana. Diangkatnya Pokemon itu pelan lalu digendongnya perlahan.
“Kamu sudah melakukan yang terbaik, Espeon,” kata Lavender terdengar lemah. Air mukanya terlihat begitu sedih. “Sekarang beristirahatlah...” Lavender mengeluarkan PokeBall dan memasukkan Pokemon kesayangannya itu ke dalamnya. Dia lalu jatuh berlutut di tanah, dengan kedua tangan terkepal erat menekan tanah. Tak lama kemudian bisa kudengar suara isak tangisnya. Lavender menangis.
“Maafkan aku Henry... aku benar-benar minta maaf,” katanya sambil terisak. Air mata menetes deras jatuh membasahi pipinya. “Padahal... padahal sedikit lagi aku akan menang... padahal sejauh ini aku sudah membuatmu senang...”
Henry terkesiap melihat kekasihnya itu. Dia lalu berjalan pelan menghampiri Lavender di arena. Dia menunduk di depan Lavender dan mendongakkan wajah kekasihnya itu pelan.
“Tak ada yang perlu ditangisi Lavender,” hiburnya. “Kamu sudah berusaha sebaik mungkin, dan kamu patut bangga untuk itu.”

Henry tersenyum. Dia menatap wajah kekasihnya lekat sembari perlahan menghapus air mata yang menetes tak henti di pipi Lavender. “Aku senang kamu telah berusaha keras untuk menepati janjimu itu,” ujarnya bijak. “Melihat usaha kerasmu itu, aku jadi mengerti bagaimana perasaanmu padaku yang sesungguhnya... kamu benar-benar menyayangiku... dan itu saja sudah membuatku sangat bahagia.”
“Be-benarkah itu?” tanya Lavender mulai menghentikan tangisnya.
Henry mengangguk. “Apapun hasilnya, perasaanku padamu tetaplah sama... aku tetap mencintaimu. Dan melihat kegigihanmu tadi, itu membuatku semakin mencintaimu... Aku bangga padamu…”
Henry lalu memeluk tubuh kekasihnya yang sedari tadi bergetar karena emosi. Lavender membalas pelukan itu dengan pelukan yang begitu erat. Para penonton yang melihatnya tampak begitu terharu. Beberapa dari mereka bahkan sampai menangis dan beberapa kali menghapus air matanya dengan tisu atau sapu tangan. Seorang wanita gemuk yang kutebak sebagai Pokefan bahkan sampai memeras sapu tangannya berkali-kali. Suasana ini memang benar-benar mengharukan... sampai-sampai aku juga ikut menangis. Wait, tunggu dulu! Seorang Lunar Servada tidak mudah terhanyut dalam drama seperti ini! Hei, siapa sih yang sempat-sempatnya memotong bawang putih di depanku?! Di... an?!
(Komentar Guardian sambil motong bawang, “Maaf bos, ini namanya pengertian... yang lainnya menangis, bos juga harus ikut menangis dong... hehehe...!”)
“Aku... aku tidak tahan lagi...” ujar Flame yang sudah menghabiskan satu dus tissue untuk menghapus air matanya. Wajahnya terlihat sangat sembab karena menangis terharu melihat pasangan kekasih itu. “Kejadian mengharukan ini hanya bisa kalian temukan di Frontier Festival! Beri tepuk tangan yang meriah untuk kedua pasangan paling romantis kita ini!”
Tepuk tangan pelan berirama pun terdengar di seantero Battle Dome. Satu persatu penonton berdiri memberikan standing applause. Henry dan Lavender yang menyadari menjadi pusat perhatian lalu berdiri bersama-sama. Mereka berdua tersenyum sembari melihat pada para penonton. Aku tahu, ini pasti peristiwa yang sangat indah bagi mereka berdua. Ah, aku jadi iri saja nih. Diam-diam aku melirik ke arah Flame yang ternyata diam-diam juga melirik ke arahku. Kami berdua kemudian langsung membuang muka ketika menyadari ada tatapan dingin melihat ke arah kami, Flint yang berdiri dengan kedua lengan terlipat di depan dadanya. Hiiy…
*
Sementara itu di tribun penonton tanpa aku tahu…
Hampir semua penonton yang menyaksikan pertarunganku melawan Lavender bangkit berdiri sambil bertepuk tangan setelah Flame mengomentari pertemuan Henry dan Lavender di arena. Akan tetapi ternyata ada satu orang yang tetap pada posisi duduknya. Orang berpakaian serba hitam misterius dengan jubah besar dan tudung yang menutupi kepalanya, Reaper.
“Kemampuan sungai pasir… tidak salah lagi…” ujarnya pelan. “Aku senang bisa bertemu lagi denganmu disini… Lunar Servada… benar-benar membangkitkan kenangan saja… Hahaha…”
BAB LIV Selesai
Keterangan Alih Bahasa:
~Sihir – Psychic
~Pengayom – Embrace
~Hipnotis – Hypnosis
~Pemakan Mimpi – Dream Eater
~Tertidur – Sleep
~Sayatan – Slash
~Air – Water
~Gelombang Air – Water Pulse
~Galian – Dig
~Selubung Pasir – Sand Veil
~Badai Pasir – Sandstorm
~Sungai Pasir – Sand Stream
~Pandangan Masa Depan – Future Sight
~Tarian Pedang – Swords Dance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...