SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 17 Mei 2020

Eps. 528: Mengenang Gadis Berambut Cyan


Episode 528: Mengenang Gadis Berambut Cyan


Kesedihan membuatku tak lama berada di rumah. Sekarang aku berada di Kota Pacifidlog, hanya untuk sekedar mengenang seseorang. Seorang gadis berambut cyan, yang patungnya kini berada di tengah kota yang berada di atas laut selatan Hoenn itu. 
“Kamu masih berat melepaskannya ya,” terdengar suara lelaki tua di depanku. Lelaku tua dengan kumis dan jenggot yang begitu lebat. Phantom…. bukan, Paman Merlin. “Aku pun demikian,” sambungnya, ikut duduk di sampingku, memandangi patung yang dibuat untuk mengenang keponakannya, Melona Bluesea.

“Kulihat warga di sini juga berat melepaskankannya…” sahutku.
Merlin mengangguk. Berdehem, dan berkata. “Seperti yang kamu lihat, mereka membangunkan patung di tengah kota ini, untuk mengenangnya, tentu saja. Karena dia sudah seperti pahlawan bagi kami.”
“Tahukah kamu Lunar, ketika kota ini hancur, dialah yang membangunnya kembali sedikit demi sedikit,” tutur Merlin. “Dia mungkin terlihat seperti gadis muda biasa, tetapi sebenarnya dia adalah pahlawan yang memberikan harapan baru bagi kami.”
“Ya, aku pahami. Dan aku setuju, aku ada di sini saat itu terjadi,” ucapku. Bayangan wajah perempuan itu pun langsung muncul dalam benakku. Senyumannya…. 
“Dia sudah sangat berjasa. Bahkan dia mengorbankan dirinya sendiri…. demi menyelamatkan orang lain…. dia… dia…”
Aku tak mampu melanjutkan kalimatku. Aku terisak…. terisak hingga bulir-bulir air menetes tak tertahankan di pipiku. Merlin lantas memegang bahuku, seakan memahami apa yang kurasakan.
“Kami di sini semua memahami itu. Dia memang pahlawan bagi semua orang, dia tak tergantikan…” ujarnya menenangkan. “Kami bahkan berencana mengubah nama kota ini menjadi Kota Melona Bluesea.”
Aku tertunduk, mencoba menguasai emosiku. Lantas melihat ke arah Merlin. “Apa yang sebenarnya terjadi pada Melona? Kenapa… kenapa dia bisa menghilang begitu saja?”
Merlin terdiam, menghela napas panjang, lantas menjawab, “Itu juga yang kami belum paham. Para ranger berasumsi, bahwa Melona terlempar ke ultra worm hole… ke lubang cacing ultra. Dia terlempar ke dimensi lain, terlempar ke dunia yang lain.”
“Dunia yang lain?”
Merlin mengangguk. “Orang-orang di masa lalu, termasuk kami, orang-orang air, meyakini bahwa di alam semesta ini, ada lebih dari satu dunia, bukan hanya dunia yang kita tinggali ini saja.”
“Kami meyakini, ada semacam dunia paralel di luar sana…. dunia yang mirip dengan dunia tempat kita hidup sekarang, namun memiliki banyak perbedaan. Dan untuk pergi ke sana, mesti melalui lubang cacing ultra, lubang hitam yang dibuka oleh para sintesa laknat itu.”
“Lalu apakah tidak ada cara untuk mengembalikan Melona ke dunia kita?” tanyaku penasaran.
“Entahlah, itulah yang saat ini kami cari jawabannya,” jawab Merlin. Dia terdiam, menatap patung Melona lama, lantas menengadah memandang langit. “Masih ada begitu banyak misteri di dunia ini Lunar. Misteri yang menunggu untuk dipecahkan.” 
“Dunia ini, alam semesta ini nyatanya tidak seperti yang kita ketahui… masih ada begitu banyak misteri, masih ada begitu banyak tempat dan waktu yang tidak kita ketahui…. dan itulah yang selama ini dicari-cari oleh orang-orang di masa lalu….”
“Jadi Melona….”
“Kita belum tahu di mana dia sekarang. Pun begitu, kita tidak tahu bagaimana caranya pergi ke dunia paralel, melintasi lubang cacing ultra. Karena itu sembari kita mencari tahu jawabannya, sekalipun Melona masih hidup di luar sana…. untuk sementara ini dia dinyatakan sudah meninggal dunia….”
“Tidak Paman Merlin,” sergahku cepat. Aku bangkit berdiri, menatap patung Melona dengan berkaca-kaca. “Bagiku… bagiku Melona akan tetap hidup…. selama aku percaya…. selama kenangannya masih ada….”
“Ya… kami juga demikian….” sahut Merlin ikut berdiri. “Sangat miris rasanya dia pergi dalam kondisi seperti ini. Apalagi di saat aku mulai menemukan titik terang mengenai keberadaan kakaknya…”
“Kakaknya?”
Pria yang pernah jadi buronan ranger itu mengangguk. “Ya, kakaknya…. Marina Bluesea…. dia ada di Kota Castelia… di Unova.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...