Episode 3: Perjalanan ke Gurun
Kukayuh sepedaku dengan cepat menuju ke arah utara kota Mauville. Menurut peta, rute 111 terletak disana. Cukup lama aku mengayuh hingga jalanku terhalang reruntuhan batu yang menghadang jalanku. Bebatuan itu menghalagi himpitan bukit menuju ke rute 111. Batu-batu itu cukup banyak sehingga aku tak bisa melewatinya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku takkan kuat mengangkat batu-batu itu....
”Hei Nak!” terdengar sebuah suara dari belakangku. Aku menoleh. Tampak seorang lelaki tua bertubuh gendut yang memakai topi dan pakaian petualang. Ia tampak memegang sebuah suryakanta. ”Kau mau pergi kesana?” tanya lelaki gendut itu.
”Ah, iya....aku mau kesana...” jawabku terbata-bata.
Lelaki itu tersenyum. ”Sepertinya kau beruntung Nak, aku juga mau kesana,” kata lelaki gendut itu. Dia lalu mengeluarkan sebuah pokeball dan melemparkannya. ”Keluarlah Geodude!” Seekor Pokemon batu yang memiliki dua tangan mengepal segera muncul dihadapan kami. ”Geodude, hancurkan batu itu!” Dan Geodude kemudian menghancurkan bebatuan yang menghalangi jalan setapak terhimpit bukit itu.
”Itu pukulan batu?” tanyaku.
Lelaki gendut itu mengangguk. ”Benar sekali Nak, kau perlu melatihnya pada Pokemonmu bila kau menemui bebatuan seperti ini,” jawabnya.
”Terima kasih Pak,” sahutku.
”Kenalkan, namaku Donald, aku adalah seorang arkeolog, kau bisa menyebutnya maniak fosil, dan kamu?”
”Namaku L, pelatih Pokemon,” jawabku cepat.
”L, apakah kamu juga mau mencari Pokemon fosil?” tanya lelaki gendut itu.
Mendengar itu, aku bingung mau menjawab apa. Tapi tampaknya Pak Donald juga ingin mencari Pokemon fosil. Akhirnya aku mengangguk mengiyakan.
”Ho....aku pun sama denganmu Nak. Bagaimana kalau kita bersama-sama kesana? Bukankah lebih baik kalau ada teman?”
Aku memikirkan tawaran Pak Donald sejenak. Betul juga, bukankah lebih baik kalau ada teman? Ditambah lagi Pak Donald adalah seorang maniak fosil, dia pasti bisa membantuku yang sama sekali tak tahu apapun tentang Pokemon fosil. Lagi-lagi aku mengangguk mengiyakan.
”Baiklah Nak, mari kita pergi bersama.” Aku dan Pak Donald lalu berjalan bersama. Aku pun menuntun sepedaku dan mulai berjalan kaki.
Tak lama kami berjalan, kami mulai melihat debu-debu pasir beterbangan. Di depanku terbentang hamparan pasir jingga yang begitu luas.
”Ukh,” aku mengerang kesakitan. Rupanya debu-debu pasir itu menyakitkan mataku.
”Kau harus menggunakan kacamata spesial untuk melindungi matamu. Pakailah ini!” Pak Donald memberikan sebuah kacamata hitam tebal seperti kacamata renang kepadaku. Aku pun memakainya sedangkan Pak Donald telah memakainya sedari tadi. Pak Donald benar, dengan kacamata ini penglihatanku jadi lebih jelas dan mataku terlindungi dari debu-debu pasir.
”Rute 111 adalah daerah gurun pasir yang berbahaya. Disini setiap harinya terjadi badai pasir. Kau harus berhati-hati dalam melangkah,” terang Pak Donald.
Kami berdua mulai memasuki gurun pasir. Pak Donald benar, badai pasir sangat menyulitkan langkahku. Pandanganku pun menjadi gelap. Ditambah lagi sepedaku jadi sangat sulit kutuntun.
Kami terus berjalan di tengan badai gurun. Mungkin sudah berjam-jam perjalanan, entahlah, aku tak tahu pasti. Yang pasti aku merasa sangat kelelahan. Saat aku melihat batu besar di seberang, aku berpikir untuk meletakkan sepedaku disana. Akan lebih leluasa kalau aku berjalan tanpa sepedaku.
”Pak Donald, aku akan meletakkan sepedaku disana,” pamitku pada Pak Donald sambil menunjuk ke arah batu besar di seberang sana.
”Baiklah, tapi berhati-hatilah. Badai pasir bisa saja menyesatkanmu. Kamu tahu kan ke arah mana menyusulku?” tanya Pak Donald. Aku mengangguk dan segera berjalan ke arah batu besar yang kulihat tadi. Aku pun berpisah dengan Pak Donald.
Ternyata batu besar yang kulihat tadi jaraknya cukup jauh. Karena lelah aku akhirnya beristirahat dengan bersandar di batu itu setelah meletakkan sepedaku. Mungkin karena kelelahan, aku tak sengaja tertidur.
Aku terkejut saat terbangun dan segera mencari Pak Donald. Tapi aku tak juga melihatnya. Aku tak menemukan jejak kakinya. Aku bahkan tak tahu arah. Gawat! Berarti aku terpisah dari Pak Donald! Benar kata Pak Donald, badai pasir bisa menyesatkanku. Sial! Kalau saja aku bawa kompas....aku pasti takkan tersesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...