SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 07 April 2016

Eps. 460: Pokemon yang Terlupakan

Episode 460: Pokemon yang Terlupakan
 
sumber gambar dari sini.
Ukiran itu tertulis... Lydia?
“Oh, ada ukirannya,” kata Volta yang juga menyadari ukiran di PokeBall itu. “Di sini tertulis Lydia. Siapa Lydia? Kamu tidak memberikan nama Lydia pada Groudon bukan? Karena itu bukan nama yang keren bagi Pokemon legenda, apalagi untuk Groduon.”
Lydia? Kakak? PokeBall itu milik kakakku. Berarti PokeBall itu berisi...
“Baiklah, sekarang mari kita lihat apa yang kamu miliki di dalam bola ini. Dan itu adalah Groudon bukan?” tanya Volta, masih dengan nada yang datar. “Jujur Lunar, aku sudah bosan dengan omong kosong denganmu. Aku hanya ingin ini semua berakhir dengan cepat. Kalau saja kamu bukan rekanku saat di Tim Magma dulu, mungkin tidak akan seemosional ini.”
Emosional? Dia bilang ini emosional?
“Kamu harus tahu Lunar, ini semua bukan masalah pribadi. Ingat itu. Yang kuinginkan hanya Groudon. Dan aku sudah memintanya baik-baik. Tapi kamu memaksaku melampaui batasku. Jadi jangan bilang kalau aku tidak memperingatkanmu.”
Batas? Dia bilang melampaui batas?
“Baiklah.” Volta beranjak berdiri dengan menggenggam PokeBall milik Kak Lydia itu. “Lihatlah Lunar, cepat atau lambat aku akan mendapat Groudon. Sekarang, itu sudah di tanganku,” ujarnya. “Mestinya kamu memberikannya dengan cuma-cuma tadi, karena toh sekarang kamu sendiri yang rugi. Aku tidak tahu apakah kamu masih bisa menjadi seorang pelatih Pokemon setelah ini. Tubuhmu terlihat sangat berantakan.”
“VOLTA KAMU BIADAB!” teriak Flame dengan air mata bercucuran. Dia terisak lebih keras sekarang, seakan merasakan sesuatu yang begitu menyedihkan. “Apa... apa yang telah kamu lakukan pada Lunar?”
“Diam kamu Flame,” sahut Volta tenang. “Bukannya sudah kubilang kalau aku sudah memperingatkannya? Aku juga sudah mengatakan pada kalian berdua kalau aku ini bukan sahabat kalian. Jadi persetan dengan sumpah serapahmu Flame!” sentaknya membuat Flame terdiam. “Tapi aku heran ya Flame,” sambung Volta. “Sedari tadi aku mengharapkan reaksi yang lebih dari sekadar kemarahan darimu, saat aku membantai Lunar. Tapi yang kudapati hanya tangisanmu dan teriakan-teriakanmu yang mengganggu. Sayang sekali Flame, padahal kita bisa jadi rekan yang hebat kalau kamu mau bergabung denganku.”
“Bergabung denganmu katamu?” CIS!” Flame meludah dengan marahnya. “Dengan penjahat, yang telah mengkhianati kawannya sendiri, yang telah melukai sahabatnya sendiri? Jangankan aku, batu pun tidak mau berkawan denganmu!”
Flame...kata-katamu itu....
“Ah sudahlah, aku sudah lelah dengan drama tak berarti ini,” sahut Volta memalingkan wajahnya dari Flame. Dia lantas melihat PokeBall yang ada di tangannya. “Sekarang lebih baik kukeluarkan legenda keduaku dari sarangnya. Keluarlah, Groudon!”
Volta melemparkan PokeBall itu, membuatnya terbuka dan memunculkan sebuah sinar menyilaukan. Perlahan sinar itu berkumpul dan memadat, dan seekor Pokemon muncul berdiri di depannya. Tapi Pokemon itu bukan Groudon, melainkan....
“APA? Kenapa...” Volta langsung melihat ke arahku. “Lunar... bahkan sampai sudah sekarat begini pun kamu masih sempat-sempatnya menipuku. KURANG AJAR!”
Apa... Apa yang dibicarakan Volta? Pokemon itu...
Aku mencoba melihat dengan lebih jelas. Pokemon itu, biru, pendek, tak berlengan, bersirip tajam di kedua sisi pipinya... itu.... WOOPER! 
sumber gambar dari sini.
Dan seketika kurasakan arus air yang deras muncul di sekitarku. Arus itu mengelilingiku dan entah apakah aku sudah mati atau belum, tapi kurasakan tubuhku melayang, dan sedetik kemudian aku merasa melaju dengan cepatnya di atas.... laut!
Aku tidak ingat jelas apa yang terjadi, tapi semuanya terasa dingin. Kurasakan percikan-percikan air mengenai wajah dan tubuhku, atau tepatnya sisa-sisa tubuhku. Aku tidak merasakan tubuhku, tapi aku merasakan ada yang membawa tubuhku pergi, pergi menjauhi pulau itu.
Dan kusadari yang membawaku pergi itu adalah Wooper, Pokemon pemberian kakakku yang menemaniku mencari Pokemon pertamaku dulu. Pokemon ini kecil dan lemah, membuatku tak memperhitungkannya untuk kugunakan dalam Frontier Festival. Aku bahkan lupa kalau aku masih memiliki Pokemon kecil ini setelah semua Pokemon andalanku terkalahkan. Aku juga lupa apa nama panggilan Pokemon imut dan lucu ini. Ternyata meski aku melupakanmu, tapi kamu tidak pernah melupakanku, Wooper.
Aku tersenyum. Mimpi buruk yang baru kualami memang mengerikan dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Tapi setidaknya, sekarang aku bisa memejamkan mataku untuk sejenak... atau untuk selamanya...

BAB LXVI SELESAI

Keterangan alih bahasa:

-    Pelatih Pokemon: Pokemon Tainer
-    Serangan Biadab: Outrage
-    Teleportasi: Teleport
-    Gua Terra: Terra Cavern
-    Gunung Cinnabar: Mt. Cinnabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...