Episode 43: Meringkus Bos Mafia
”Hei, aku berhasil!” tiba-tiba Flame masuk ke kamar kami. Wajahnya tampak senang.
”Hei, tutup dulu pintunya sebelum berbicara,” sentak Badut merasa terganggu. ”Kau bisa membahayakan kita semua.”
”Maaf, tapi aku benar-benar tak menyangka kalau rencana ini bisa berhasil, Badut,” sahut Flame. Dia lalu duduk bersama kami.
”Oke, apa yang kau dapatkan?”
”Aku telah mengikuti mereka dengan berusaha menjual balon-balon bodoh ini,” jawab Flame seraya menunjuk balon-balon berwarna-warni yang dibawanya. ”Mereka cukup dingin dan sempat membentakku. Katanya, ’buat apa balon-balon konyol ini?’. Walaupun dalam hati aku setuju dengan perkataan itu karena buat apa mafia membeli balon? Lalu mereka...”
”Langsung saja ke intinya,” potong Badut tak sabar.
”Ini juga mau ke intinya,” sahut Flame kesal karena perkataannya dipotong. ”Ya, saat aku terus berusaha membujuk mereka untuk membeli balon-balon ini, aku tak sengaja...walaupun sebenarnya sengaja untuk mendengarkan percakapan mereka, tentunya setelah mengetahui kamar mereka dari lobi hotel. Kelompok Paci menginap di dua kamar yang berbeda. Kamar nomor 13 dan 14. Pemimpin mereka, lelaki yang mata keranjang, Nanta Paciolo menginap di kamar nomor 13 bersama seseorang yang bernama Verda...”
”Terdengar seperti Servada bagiku,” selaku terkejut mendengar nama yang mirip dengan namaku itu.
”L, bisa tidak kau tak memotong ucapanku selagi aku bicara? Aku cukup kesal dengan pakaian badut itu....maksudku bukan Badut teman kita ini,” lagi-lagi Flame kesal karena perkataannya dipotong. ”Hei Badut, siapa namamu sebenarnya? Katakan pada kami biar tak rancu antara penggunaan kata badut dengan nama konyolmu itu.” Flame melihat ke arah Badut tampak kesal dengan nama rekannya itu.
”Hei, hei... kami butuh informasi, bukan saran bodohmu itu,” kini Badut yang tampak kesal.
”Baiklah, aku lanjutkan....” Flame tampaknya sudah menguasai emosinya. ”Aku menguping pembicaraan mereka dan mereka akan bertemu dengan seorang ranger nanti malam di lobi.”
”Kalau begitu kita harus segera bertindak cepat.” Badut bangkit dari duduknya. ”L, persiapkan Pokemonmu, kita akan mulai meringkus Nanta Paciolo...dan memaksanya bungkam!”
”Ya, kita hajar lelaki mata keranjang itu!” sahut Flame penuh semangat. Matanya tampak berapi-api saat mengatakan hal itu.
”Memangnya apa yang dia lakukan padamu sampai kau terlihat begitu bernafsu membunuhnya?” tanyaku pada Flame.
”Lelaki itu mengamati tubuhku terus dari tadi. Ih, jijik sekali rasanya aku membayangkannya. Ingin rasanya kutonjok muka mesumnya itu! Untunglah Flareon sempat menggigit kakinya saat dia hendak memegangku!” jawab Flame marah. Aku terkikik mendengarnya. Flareon benar-benar Pokemon yang pintar kalau begitu.
Setelah menyiapkan semua perlengkapan, kami bertiga segera keluar kamar. Aku dan Badut bertugas menyerbu masuk ke kamar 13 untuk meringkus Nanta Paciolo sementara Flame berjaga di luar kamar. Kebetulan sore itu sedang sepi sehingga sedikit pengunjung atau pengelola hotel yang lalu lalang. Bila ada pengunjung atau pengelola hotel yang lewat, Flame akan mengalihkan perhatian mereka dengan menjajakan balon. Rencana yang brilian.
Kami sudah di posisi masing-masing dan tinggal menunggu aba-aba Badut untuk menyerbu masuk. Tak menunggu lama saat Badut menganggukkan kepala dua kali tanda rencana dimulai.
Badut mendobrak pintu dengan keras sementara aku langsung masuk ke dalam kamar tatkala pintu kamar telah terbuka. Tampak dua orang berpakaian hitam yang berada di dalam kamar terkejut dengan kehadiran kami. Aku pun dengan sigap melemparkan pokeballku.
”Keluarlah Ninjask!” Ninjask pemberian Jiken melesat cepat dari dalam pokeball. Aku tak menyia-nyiakan waktu dan langsung memberi perintah. ”Ninjask, gunakan kilatan cahaya Flash!” Seketika ruangan menjadi silau oleh cahaya putih yang dikeluarkan oleh Ninjask. Ini seperti Flash Grenade, namun aku dan Badut tak terkena imbas silau karena kami memakai kacamata khusus anti silau.
Sinar Flash membuat kedua mafia itu tak bisa bergerak karena mereka buta untuk sementara waktu. Badut pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mengeluarkan Electabuzz.
”Electabuzz, gelombang petir!” perintah Badut cepat dan gelombang petir pun melesat dari tubuh Electabuzz ke arah target kami yaitu Nanta Paciolo dan seorang lagi yang menurut Flame bernama Verda. Nanta Paciolo tampak tak bisa bergerak akibat efek serangan itu. Badut kemudian mengikat tangan dan menutup mata target kami dengan cepat, kemudian dia mengeluarkan Abra dari pokeball. Aku pun tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Dengan cepat aku memegang tubuh Badut yang telah memegang Nanta Paciolo dan Abra. ”Teleport!” dan seketika kami melesat pergi dari dalam kamar itu.
Teleport Abra membawa kami ke sebuah tempat yang telah kami rencanakan sebelumnya untuk mengurung Nanta Paciolo. Kami berada di luar ruangan dengan semak belukar yang lebat mengelilingi kami. Dengan begini takkan ada yang tahu keberadaan kami.
”Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan dariku?” tanya Nanta panik karena dia tak bisa bergerak dan melihat apa-apa.
”Diam kamu! Kami takkan membiarkanmu membocorkan rahasia Tim Magma!” bentakku kasar. Badut menyuruhku untuk berbicara dengan Nanta Paciolo sementara dia dari sejak kedatangan kami di tempat ini sama sekali tak mengucap sepatah kata pun.
”Ho, jadi ini ada hubungannya dengan pertemuan kami dengan ranger?” tanya Nanta.
”Ya, tepat sekali.”
Tiba-tiba Nanta tersenyum misterius. Kami baru mengerti maksud senyuman itu tatkala tiba-tiba dari belakang tubuhnya keluar Pokemon berwarna merah membara seperti api dengan variasi kuning yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pokemon itu berukuran sama dengan Sandslash dan Electabuzz. Rupanya diam-diam Nanta mengeluarkan pokeball dari sakunya tanpa kami sadari.
“Magmar, buka ikatanku!” Nanta memerintahkan Pokemon merah itu cepat. Magmar menggunakan cakarnya untuk membuka ikatan dan penutup mata Nanta. Kejadian itu begitu cepat sehingga kami tak sempat mencegahnya.
”Kurang ajar! Kau mau melawan ya?” bentakku terlambat menyadari Nanta telah lolos dari ikatan Badut.
”Aha, kalian kira bisa melumpuhkanku begitu saja?” ejek Nanta dengan senyum mengejek. Namun senyum itu hilang saat dia melihat wajah Badut. ”Kau.... aku sangat mengenalmu...kau Volta bukan? Allejandro Volta?” tanya Nanta pada Badut. Badut tak menjawab. Dia diam seribu bahasa. Entah apa maksud kebisuannya itu.
Tapi apa tadi yang disebutkan Nanta Paciolo? Dia memanggil Badut dengan sebutan Allejandro Volta? Apakah.....
wah, info yang bagus
BalasHapusinfo yang mana ya?
BalasHapus