Episode 49: Ada Apa dengan Houndoom?
Houndoom? Pokemon apa itu? Sanggupkah Sandslash mengalahkannya?
“Aku tidak takut, Sandslash milikku akan mengalahkannya cepat,” tantangku menyembunyikan rasa takut.
”Oh, ya? Kalau begitu terimalah ini! Houndoom, gigitan!” Perintah Guy. Tapi Houndoom tak bergerak. Pokemon itu tetap pada posisinya. “Houndoom, kamu kenapa? Cepat serang Pokemon itu!”
“Aha...tampaknya Pokemonmu itu tidak menurut padamu. Kasihan sekali,” ejekku.
“Diam kau, dia ini Pokemon andalanku, tahu tidak!” bentak Guy. “Houndoom, ayo cepat serang dia! Buktikan kalau kau memang andalan Mistery Guy!”
Meskipun begitu, Houndoom tetap diam tak bergerak. Aku heran dengan Houndoom tersebut. Kenapa dia tak menyerang Sandslash? Kenapa dia tidak menuruti perintah pelatihnya?
”Houndoom, kamu ini kenapa?” tanya Guy mulai panik. ”Apa kamu sakit?”
Houndoom tak menjawab, dia hanya terdiam sembari memamerkan gigi-gigi tajamnya yang putih berkilat. Aku iri dengan Pokemon itu, tampaknya dia rajin menyikat giginya hingga bisa seputih itu.
”Kalau begitu biar aku saja yang mulai, Sandslash gunakan serangan menyayat!” aku bosan menunggu musuhku tak jua menyerang sehingga kuputuskan untuk mengambil inisiatif serangan.
Sandslash berlari menyongsong Houndoom dan menyabetkan cakarnya yang tajam. Houndoom terjatuh terkena serangan itu. Dia mengerang kesakitan.
”Bagus! Rupanya Pokemonkulah yang lebih penurut,” seruku menyombongkan diri.
”Ke...kenapa?” Guy tampak kebingungan. ”Houndoom, cepat bangun dan balas serangannya dengan gigitan.”
Houndoom memang kesakitan, tapi tampaknya Pokemon itu tak berniat menyerang balik. Pokemon itu justru sekarang berbaring bermalas-malasan, tapi masih saja memamerkan gigi-gigi tajamnya yang putih bersih. Huh, aku jadi semakin iri pada Pokemon itu.
”Terimalah kekalahanmu dan pergilah cepat, aku bahkan sudah menang tanpa bertarung.”
”Tidak bisa begitu, aku harus menyelesaikan pertarungan ini!” Guy bersikeras. ”Houndoom balas dengan semburan api sekarang!” Lagi-lagi Houndoom tak bergeming dan tetap berbaring malas dengan gigi putihnya.
”Guy, aku tak mau bercanda dalam pertarungan Pokemon, itu berarti kau tak menghargaiku, kau mempermainakanku!” kini aku marah. Aku memang paling benci bila ada seseorang yang tidak serius dalam pertarungan Pokemon.
”Tapi...”
“Aku takkan menyerang Pokemonmu sebelum Pokemonmu menyerang Pokemonku, karena kulihat Pokemonmu tak berminat dalam pertarungan ini. Lebih baik kau pergi tinggalkan kami atau aku akan menjatuhkan Pokemonmu sekarang juga!”
Guy terdiam. Dia tampak berpikir sebelum akhirnya berjalan mendekati Houndoom miliknya. Dia membungkuk dan membelai kepala Houndoom lembut.
”Dar, ada apa denganmu?” tanyanya pada Houndoom miliknya. Sepertinya Dar adalah nama yang diberikan Guy pada Houndoom tersebut. Beberapa orang memang menamai Pokemon mereka. Mungkin nanti aku akan menyusul. ”Apa kau sedang tak ingin bertarung? Kenapa? Bukankah kau sangat bersemangat saat kita berangkat tadi?” Houndoom tak menjawab namun kini menjilati wajah Guy pelan. Guy terdiam dan kemudian tersenyum. “Tak apa-apa Dar...tak apa-apa...kalaupun kau tak mau membantuku kali ini, aku tahu kau pasti punya alasan.”
“Tampaknya kau sangat akrab dengannya,” aku ikut bicara. ”Kulihat Houndoom itu sangat menyayangimu, tapi kenapa dia tak mau menuruti perintahmu?”
“Itulah...aku jadi heran,” jawab Guy. “Lho? Kok kita jadi ngobrol gak jelas gini sih?”
Aku tersenyum. “Mau bagaimana lagi? Kau lihat sendiri kan, Pokemon yang sangat menyayangimu itu tak mau menurutimu bertarung, itu berarti pertarungan tak bisa dilanjutkan. Kau tak bisa memaksanya.”
“Ya, Houndoom milikku ini memiliki insting tajam bila berhadapan dengan orang jahat. Dia bahkan tak segan-segan untuk menyerang siapapun yang dianggap jahat,” tutur Guy. ”Bukankah kalian ini... mungkin kau saja... adalah orang jahat? Tapi kenapa Houndoom tak mau menyerangmu? Harusnya kau sudah kutangkap sekarang... aku benar-benar tak mengerti....”
”Guy, jahat dan baik itu relatif... aku sendiri tak pernah merasa menjadi seorang penjahat walaupun aku tergabung dengan Tim Magma. Memang Tim Magma dikenal sebagai tim penjahat yang berniat membangunkan Groudon dengan menggunakan cara-cara yang melawan hukum, tapi aku tak pernah bertindak lebih dari itu. Ini adalah obsesi, dan terkadang demi tujuan mulia, kita bisa saja mengabaikan segalanya. Tujuan kami adalah memperluas dataran Hoenn agar bisa tercipta kedamaian, bukankah itu tujuan mulia?” celotehku panjang. ”Aku tak tahu apakah yang aku lakukan bersama Tim Magma adalah kejahatan, tapi bagiku kejahatan itu relatif.... dan bagiku yang aku lakukan sekarang bukanlah sebuah kejahatan...”
”Tapi kalian merugikan orang lain, apa itu bukan kejahatan?”
”Ya, mungkin...” jawabku dan kemudian bayangan serangan atas Sammon muncul di kepalaku. Bagaimanapun seranganku waktu itu merugikannya. ”Tapi sejauh ini kupikir masih bisa diterima akal sehat.... entahlah, mungkin suatu hari nanti aku akan berubah pikiran dan keluar dari Tim Magma, entahlah.... kusadari kalau saat ini aku tengah dalam perjalanan mencari jati diriku yang sebenarnya....”
Aku terdiam usai mengatakannya. Entah mengapa aku kini sadar bahwa saat ini memang belum menemukan jati diriku, tujuan yang sebenarnya. Selama ini yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya bisa memperluas dataran Hoenn dengan bantuan Groudon, tapi setelah itu apa? Bagaimana bila ternyata aku tak pernah bisa bertemu dengan Groudon? Bagaimana bila memperluas dataran Hoenn hanyalah sebatas impian yang tak bisa direalisasikan? Aku benar-benar tak tahu....tapi bukan itu masalahnya.....masalahnya adalah kenapa aku baru memikirkannya sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...