SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 03 Mei 2010

L's Diary: Eps. 73 - Kisah Flame

wooper gifEpisode 73: Kisah Flame


Setelah puas menjelajahi kota Lilycove, keesokan harinya, kami kembali pergi ke pantai. Kali ini kami sama-sama bersantai berjemur di pantai. Flame berbaring sambil membaca majalah wanita, Badut berbaring sambil bermain gameboy, sementara aku terduduk sambil mengamati Pokemon-Pokemon kami bermain di pantai. Kulihat juga ada banyak anak kecil yang bermain disana.

”Aku haus, aku mau beli minum di toko terdekat,” ujar Badut tiba-tiba. Dia menghentikan permainannya dan bangkit berdiri. ”Kalian mau titip apa?”

”Aku soda pop,” jawab Flame.

“Aku lemon water,” jawabku kemudian.

“Baiklah, pesanan segera datang. Aku pergi dulu.” Usai mengatakan itu, Badut berjalan meninggalkan kami berdua.

Aku kembali mengamati bibir pantai. Kulihat ada empat orang anak dengan seekor Pokemon berwarna kuning tengah bermain bersama. Tampaknya mereka berempat adalah seorang pelatih Pokemon.



”Flame, kamu tahu Pokemon berwarna kuning yang bersama keempat anak itu?” tanyaku pada Flame.

Flame berhenti membaca. Dia melihat ke arah yang kumaksudkan. ”Itu Pikachu,” jawabnya kemudian. ”Pokemon tikus listrik. Dia memang lucu dan menggemaskan, tapi kalau dia marah dia bisa menyetrummu dengan tegangan 10.000 volt.”

”Wow!”

”Mereka sepertinya adalah pelatih Pokemon,” tebak Flame.

”Aku juga berpikir seperti itu,” sahutku. ”Aku jadi ingat saat aku belum bergabung dengan Tim Magma dulu. Saat itu aku juga seorang pelatih Pokemon.”

”Oh ya, aku ingat itu.” Flame mengangguk. ”Saat itu aku yang menggeledah tasmu. Aku yang menemukan kartu pelatihmu.”

”Sudah lama sekali ya?” kenangku. ”Aku yang menjadi pelatih Pokemon agar aku bisa menangkap Groudon, tak kusangka akan bertemu Tim Magma dan malah bergabung dengan mereka.”

”Memangnya kenapa kau sangat ingin menangkap Groudon?” tanya Flame kemudian.

”Aku pernah melihatnya saat aku kecil. Kata ayahku, Groudon bisa menciptakan daratan. Aku ingin memilikinya agar aku bisa menciptakan daratanku sendiri. Aku ingin memperluas daratan Hoenn sehingga bisa menghubungkan wilayah-wilayah yang terpisahkan oleh lautan. Kudengar ada banyak pulau kecil yang tersebar di sekitar dataran utama Hoenn.”

”Jadi itu alasanmu mencari Groudon?”

Aku mengangguk. “Ya, aku pasti bisa menemukannya.” Aku menoleh pada Flame. ”Kalau kau sendiri, mengapa kau tertarik ikut mencari Groudon?” aku balik bertanya.

Flame terdiam mendengar pertanyaanku. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan. Aku tak tega melihatnya. ”Sudahlah, kalau itu membuatmu sedih. Tak apa-apa kalau kau tak mau bercerita,” hiburku.

Flame menggeleng. ”Tak apa, agar kita sama-sama tahu.”

”Lalu?”

Flame memandang ke langit. ”Semua bermula saat aku masih kecil,” Flame mulai bercerita. ”Kedua orang tuaku adalah penjaga gunung Cinnabar, gunung berapi aktif yang ada di pulau Cinnabar. Mereka berdua meninggal saat gunung Cinnabar meletus dan meninggalkanku yang saat itu masih sangat kecil. Beruntung seorang ilmuwan yang bekerja di pulau Cinnabar mau merawat dan membesarkanku hingga remaja. Aku sangat berterima kasih padanya, dia lelaki yang sangat baik dan sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri.

”Sampai sekarang gunung Cinnabar masih aktif dan suatu saat nanti pasti akan meletus dan menghancurkan seisi pulau,” lanjut Flame. ”Letusan terakhirnya telah memusnahkan sebagian besar kota, hanya tinggal sedikit saja penduduk yang berdiam diri disana, termasuk aku dan kakek Blaine.”

”Blaine?”

”Ya, Blaine adalah nama ilmuwan yang merawatku. Dia juga seorang ketua gym atau gym leader di kota Cinnabar. Dia spesialis Pokemon bertipe api, karena itulah aku merubah Eevee milikku menjadi Flareon agar aku bisa seperti dia. Tapi kau lihat sendiri kan apa yang terjadi pada Flareon kemudian?”

Aku mengangguk. ”Ya, kita yang menyelamatkannya di pulau Hitam.”

”Setelah kepergian Flareon, aku menjadi murung dan pendiam,” sambung Flame. ”Kepergian Flareon seolah telah melenyapkan semangat hidupku karena dialah satu-satunya teman yang aku punya.”

”Hanya Eevee saja temanmu?” tanyaku heran.

Flame mengangguk. ”Ya, hanya dia temanku. Anak-anak lain di kota Cinnabar tidak menyukaiku, mereka benci kepadaku terlebih setelah Flareon mengamuk.”

”Memangnya apa alasan mereka membencimu? Kulihat kau anak yang baik.”

”Ya, aku memang tidak nakal atau badung, tapi aku seorang pyrokinesics, begitu mereka biasa menyebutku.”

”Pyrokinesis? Bagaimana bisa?” tanyaku tak mengerti. Pyrokinesis adalah gejala dimana manusia bisa mengeluarkan api dari tubuhnya. Gejala seperti ini biasanya tidak disadari dan dianggap sebagai hal gaib, begitu yang aku ingat dari buku yang pernah kubaca.



”Ya, aku sendiri merasa bingung. Mereka bilang aku bisa mengeluarkan api dari tubuhku. Konon aku pernah membakar seorang anak saat aku sedang bermain dengannya. Tapi aku tak ingat semua kejadian itu. Itulah mengapa kemudian aku dikucilkan. Hanya kakek Blaine dan Eevee yang mau menemaniku.”

Aku terdiam. Aku membayangkan bagaimana rasanya anak sekecil Flame waktu dikucilkan dari pergaulan, itu pasti sangat menyedihkan. Aku sih terbiasa terkucil, tapi aku tidak dikucilkan melainkan memang mengucilkan diri. Seharusnya aku bersyukur...

”Sampai kemudian....” Flame melanjutkan ceritanya, ”Sampai kemudian paman Maxie datang ke kota kami dan menceritakan mengenai Groudon, Pokemon benua legendaris yang tinggal di provinsi Hoenn....

”Paman menceritakan kalau Groudon mampu menciptakan benua, menciptakan daratan. Mendengar itu aku langsung tertarik. Bila aku berhasil menangkap Groudon, maka aku bisa menciptakan daratan baru bagi penduduk kota Cinnabar. Bila hal itu terjadi, mereka pasti mau mengakui keberadaanku... mereka pasti mau menerimaku. Karena itulah... karena itulah aku mau bergabung dengan paman Maxie dalam tim Magma!”

Flame berhenti bercerita. Kulihat dia mulai meneteskan air matanya. Sekarang aku tahu mengapa dia begitu antusias dalam setiap tugas di tim Magma. Sekarang aku pun tahu mengapa dia begitu menghargai persahabatan di antara kami bertiga. Flame, aku bisa memahami perasaanmu sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...