SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 08 Januari 2020

Eps. 507: Lantai Teratas

Episode 507: Lantai Teratas

Diariku…

Aku sudah berada tepat di depan pintu masuk Battle Tower, ketika kusadari bayangan besar di belakangnya. Aku menoleh, ada sesuatu berukuran besar di sana, membuatku jadi mengkhawatirkan Melona. Tetapi… aku harus percaya pada Melona. Kuharap dia baik-baik saja dan mampu mengatasi kedua orang aneh itu.
Kutatap pintu masuk Battle Tower lantas masuk ke dalamnya. Seketika aku masuk, beberapa grunt Kelompok Paci langsung menyerbu. Dengan sigap kuperintahkan Mangrove untuk menyapu mereka semua dengan jurus selancar airnya. Langsung saja para cecenguk itu menghantam lantai satu per satu. Mangrove benar-benar membantu di pertarungan pertamanya sebagai Quagsire. 
Selesai satu lantai, aku langsung naik ke lantai berikutnya. Lagi-lagi grunt Kelompok Paci menghadang. Tampaknya pengamanan di sini begitu ketat, untuk memastikan pemimpin mereka, Nanta dalam kondisi aman. Tapi bagi juara Frontier Festival sepertiku, melumpuhkan para cecenguk mafia ini bukan hal yang sulit. Cukup Mangrove untuk membersihkan jalanku ke lantai berikutnya.


Hingga akhirnya aku tiba di lantai teratas, masuk di ruangan yang demikian luasnya. Tak heran mengingat menara ini digunakan untuk pertarungan Pokemon. Berbeda dengan ruangan di lantai-lantai sebelumnya, kali ini tak ada para grunt yang menghadang. Melainkan hanya seorang saja di ujung ruangan itu, seseorang yang lagi-lagi berbaju hitam (dan itu mulai membosankanku).
Bedanya, orang yang berbaju hitam itu kali ini berambut pirang, bertumbuh lebih pendek dari aku. Siapa lagi kalau bukan Nanta Paciolo! Pemimpin Kelompok Paci yang merupakan sumber masalah di Battle Frontier ini.
CLAP! CLAP! CLAP! 
Nanta menepukkan kedua tangannya, lantas berhenti dan berkata, “Good… very good… Lunar Servada. Atau boleh kupanggil Si Pincang dari Verdanturf… tapi sepertinya kamu sudah tidak pincang lagi. Baguslah.”
“Kurang ajar! Di mana Flame?” sentakku tak bisa menahan emosi begitu melihat wajahnya yang menyebalkan. 
Nanta menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri dengan santai. “Tak secepat itu,” ledeknya. “Apa kamu masih tak sadar kalau kehadiranmu di sini bukan tanpa alasan? Kamu pasti ingat jelas bukan yang terjadi di pulau itu? Sesuatu yang belum terselesaikan.
“Sampai peranmu selesai, Flame akan tetap dalam kuasa kami,” sambung Nanta menyeringai licik.
“Kurang aja! Biarkan gelombang air ini memberimu pelajaran! Mangrove!”
Dengan penuh emosi kuperintahkan Mangrove meluncurkan selancar airnya. Gelombang air menerjang ke arah Nanta, namun gelombang itu hanya berakhir menghantam dinding dan hilang begitu saja. Nanta masih tetap berdiri sana tanpa bergerak sedikit pun! Jangan bilang kalau dia juga sama seperti dua orang aneh yang ada di luar tadi.
“Hahahaha…. apa kamu pikir aku akan semudah itu menemuimu?” tawa Nanta. “Ini hologram, dasar bodoh!” 
Hologram? Kuamati dengan lebih teliti. Benar saja, wujud Nanta tampak berkedip-kedip… itu memang hologram. Syukurlah dia bukan seperti orang aneh di luar, karena pasti akan sangat menyusahkan. “Pengecut. Keluarlah dan hadapi aku kalau berani!”
“Lunar… Lunar… apa kamu lupa kalau bos penjahat itu selalu muncul terakhir? Setidaknya selama masih ada anak buah yang bisa mewakilinya terlebih dahulu.”
Anak buah? Jangan bilang kalau…
“Lihatlah di belakangmu,” kata Nanta kemudian.
Aku menoleh. Seekor Pokemon tiba-tiba sudah ada di belakangku. Aku terperanjat. Lagi-lagi…. lagi-lagi akan terjadi. Sepertinya aku memang tak bisa lari dari takdirku… takdir yang berhubungan dengan monster di dalam diriku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...