
Suara keras dari Exploud menutup jalan menuju kota Verdanturf. Kini ganti aku yang terjebak di dalam terowongan ini, di tengah kepungan para Pokemon suara yang sedang marah, seolah siap menghancurkan tubuhku dengan suara-suara kerasnya.
”Shadow, gunakan bola bayangan!” Shadow menciptakan gumpalan bola hitam di depannya dan melesatkannya ke arah Exploud. Bola hitam itu memang mengenai tubuh Exploud, namun pemimpin dari Pokemon suara itu tampak tidak bergeming. Sial, aku lupa kalau serangan tipa hantu bola bayangan tidak mempan terhadap Pokemon tipe normal seperti Exploud. Aku harus mencari cara lain.
”Shadow, gunakan...” perintahku terputus saat secara bersamaan para Pokemon suara mengeluarkan suara begitu keras yang membuat tubuhku dan Shadow terlempar cukup jauh. Aku terjatuh sangat keras di atas tanah terowongan yang juga keras. Kurasakan tulang-tulangku seperti remuk. Ah, sekarang aku bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhku! Sepertinya suara-suara itu berhasil membuat tubuhku mati rasa.
BEDEBAM!
Kembali kudengar suara keras di depanku, tapi kali ini suara lompatan yang sangat keras. Aku menoleh dan mendapati Exploud telah berdiri di depanku. Rupanya Exploud itu melompat mengejarku. Sepertinya dia belum puas mempermainkanku dengan suara-suara berisiknya. Aku... aku harus segera pergi dari tempat ini!

”Polar, keluarlah!” aku melemparkan sebuah PokeBall dan keluarlah Polar, Obalie pemberian Melona Bluesea yang telah membantuku mendapatkan lencana dinamo. Aku memberinya nama Polar karena Obalie habitatnya di tempat es, sementara es identik dengan kutub. Bagaimana menurut kalian? Apakah nama yang kuberikan cukup keren?
(Komentar Obalie, ”Kenapa masih sempat-sempatnya menanyakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini?”)
”Polar, gunakan tembakan es!” aku memberi perintah cepat, namun teriakan Exploud lebih cepat dari gerakan Polar sehingga teriakannya terlebih dulu membuatnya menggelinding menjauhiku. ”Hei Polar, jangan pergi jauh-jauh dariku! Nanti kamu hilang atau kesasar!”
(Komentar Obalie, ”Lha? Kok sempat-sempatnya bercanda?”)
Mendengar suaraku membuat Polar kini berbalik menggelinding ke arahku. Saatnya untuk percobaan kedua... ”Polar, tembakan es!” namun lagi-lagi teriakan Exploud lebih dulu menghantam tubuh mungil Polar. Polar terpental menghantam dinding terowongan dan kemudian memantul-mantul seperti bola basket dari dinding ke dinding. Tunggu dulu... apa aku bilang tadi? Memantul? Aha, aku baru saja mendpatkan sebuah ide!
”Polar, saatnya membalik keadaan.... gunakan bola es!” perintahku dengan sangat bersemangat. Inilah kesempatan terakhirku untuk mengakhiri mimpi buruk di dalam terowongan ini.
Tubuh Polar yang memantul kemudian berhenti di udara untuk waktu satu detik dan kemudian kembali lagi memantul di dinding, kali ini mengeluarkan sinar putih yang meliputi seluruh tubuhnya. Sinar putih itu lalu berubah menjadi es dan Polar berubah menjadi sebongkah bola es besar!
Bola es Polar langsung bergerak cepat ke arah Exploud. Exploud terkejut melihatnya dan langsung mengeluarkan suara keras. Suara itu memang mengenai bola es Polar, namun hanya menghancurkan beberapa lapis es yang meliputi tubuh Polar dan bola es Polar masih terus meluncur cepat hingga kemudian menghantam tubuh besar Exploud. Exploud terlempar dan terjatuh dengan suara keras di atas tanah. Kulihat Pokemon suara berisik itu kembali bangkit namun bola es Polar masih terus bergerak dan untuk kedua kalinya menghantam Exploud dengan suara keras sehingga Pokemon yang belum sempat membeli obat tetes mata itu langsung terlempar sangat jauh hingga kudengar suara benda terbentur dinding terowongan dengan keras. Kupikir dia pasti sudah pingsan sekarang.
Hantaman keras tadi selain melenyapkan Exploud dari pandangan, juga menghancurkan bola es Polar. Kini Polar sudah kembali dalam bentuk aslinya dan mulai menjilati wajahku.
”Polar, kamu melakukan yang hebat...” pujiku sambil membelai Polar. Tubuhku terasa sangat lemah setelah terhempas tadi. Kini aku terbaring tak berdaya terjebak di dalam terowongan. Paling tidak saat ini aku terhindar dari Pokemon suara yang gemar berteriak-teriak itu. Kuharap anak buahnya tidak datang untuk membalas dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...