
Aku mencoba untuk terus tersadar. Saat ini aku tak bisa bergerak, karena itu aku harus tetap sadar agar aku bisa mengetahui apabila para Pokemon berisik itu kembali datang. Polar masih setia menemaniku dan tentu saja, menjilati wajahku. Jalan menuju ke kota Verdanturf telah berada sangat jauh dan juga tertutup oleh reruntuhan bebatuan akibat teriakan Exploud. Kini harapanku untuk bisa keluar dari terowongan ini ada pada pintu terowongan sebelah barat yang menuju ke kota Rustboro. Kemungkinan pintu terowongan tersebut juga sudah tertimbun reruntuhan batu seperti yang diceritakan Rusty. Kalau seperti ini, Wanda pasti memberitahukan petugas penyelamat dan mereka akan segera datang untuk menolongku. Tapi sepertinya itu mustahil mengingat para petugas itu takut masuk ke dalam terowongan karena adanya Pokemon suara. Baiklah, aku tak bisa diam saja menunggu bantuan yang belum pasti datang. Sekarang aku harus berusaha sendiri untuk bisa mencapai pintu terowongan sebelah barat.
Aku mulai merangkak pelan ke arah barat. Rasanya sangat sulit menggerakkan tubuhku tapi inilah yang harus aku lakukan saat ini. Polar, satu-satunya Pokemonku yang masih tersadar mengikuti berjalan di sampingku.
Aku melihat pada arah yang kutuju. Kulihat disana gelap walaupun tampak sedikit cahaya. Sepertinya memang benar kalau pintu itu telah tertutup. Harapanku hanya menggunakan Polar untuk membekukan bebatuan yang menutupi pintu tersebut atau menghancurkannya dengan serangan ombak. Bagaimanapun aku harus mencapainya terlebih dahulu.

Entah sudah berapa lama aku merangkakkan tubuhku di atas tanah menuju ke pintu keluar. Perlahan-lahan kurasakan tubuhku mulai membaik sehingga aku mencoba untuk berdiri dan berhasil meskipun aku kemudian terjatuh lagi. Aku lalu mencoba berdiri untuk kedua kalinya namun kali ini aku berpegangan pada dinding. Aku berhasil menempelkan tubuhku di dinding. Dengan demikian aku bisa berjalan lebih cepat menuju ke pintu keluar.
Dengan menggerakkan tubuhku berjalan menempel pada dinding, aku akhirnya mencapai jalan buntu yang kutebak sebagai pintu keluar. Rupanya benar kalau pintunya sudah tertutup bebatuan. Sekarang saatnya menggunakan strategi yang tadi kurencanakan, menggunakan serangan om...serangan om.... BAK!
Tubuhku terjatuh lagi, kali ini membuatku kehilangan kesadaran sepenuhnya....
*
Sementara itu, di pondok Spectra
”Sudah lama tidak bertemu denganmu, Ester,” ujar seorang wanita berambut putih dengan gaun ungu yang lebar. Penampilannya seperti keluarga bangsawan Eropa. ”Bagaimana kabarmu?”
”Aku baik-baik saja,” jawab Spectra sambil menghidangkan secangkir minuman. ”Aku juga sudah lama tidak melihatmu, Glacia. Minumlah, ini minuman kelas atas.”
”Terima kasih.” Wanita berambut putih yang dipanggil Glacia lalu mengambil cangkir yang dihidangkan Spectra dan meminumnya pelan. ”Kita memang sudah tidak bertemu sejak pertarungan di Sootopolis saat itu. Oh ya Ester, kudengar nenekmu diserang orang tak dikenal, apa itu benar?”

”Oh, aku penasaran siapa pemuda itu?” sahut Glacia. ”Boleh aku menyalakan televisi?”
”Ya, silakan saja,” jawab Spectra. ”Pemuda itu namanya Lunar, dan dia sekarang jadi kekasihku.”
”Oh ya?” Glacia yang baru saja menyalakan televisi tampak terkejut. ”Kupikir hatimu hanya terpaut pada Steven saja. Rupanya ada yang bisa mengalahkan sang juara kita itu...”
”Hahaha, iya,” Spectra tertawa kecil. ”Aku tahu tidak mungkin mendapatkan Steven, dia terlalu terkenal, walaupun sejujurnya aku masih mengharapkan cintanya.”
”Lalu kenapa kau berpacaran dengan... siapa namanya tadi? Lunar?”
”Ya... aku awalnya juga tidak menyangka hal ini. Lelaki itu tiba-tiba menyatakan cintanya begitu saja. Kupikir tidak ada salahnya berhubungan dengan dia, karena dia juga tampan dan matanya sangat mempesona,” jelas Spectra.
”Aku jadi penasaran dengan lelaki yang sudah mencuri hatimu itu...” sahut Glacia. Spectra tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada layar televisi yang ada di depannya. ”Ada apa Ester?” tanya Glacia melihat sikap diam kawannya itu.
”Glacia, bisakah kau besarkan volume suara televisi?” jawab Spectra tanpa memalingkan wajah dari televisi.
”Bisa, memangnya kenapa?” Glacia kemudian menekan tombol pengeras suara di remote televisi. Dia lalu ikut menyimak apa yang disiarkan di televisi.
”Terowongan Rusturf dilaporkan kembali runtuh. Kepala proyek terowongan, Rusty terjebak di dalamnya. Regu penyelamat tidak berani masuk ke dalam terowongan untuk menyelamatkannya karena keberadaan Pokemon suara yang dikhawatirkan dapat menyebabkan reruntuhan dan membahayakan regu penyelamat. Beruntung kekasih Rusty, Wanda bersama seorang pemuda bernama Lunar nekat memasuki terowongan dan menyelamatkan Rusty. Wanda berhasil membawa keluar kekasihnya, tetapi Lunar terjebak di dalam terowongan akibat serangan Pokemon suara,” jelas pembaca berita di televisi panjang lebar.
”Terowongan itu sangat rapuh ya,” komentar Glacia. ”Memangnya ada apa dengan berita ini?”
Spectra terdiam dan kemudian menjawab, ”Lunar yang ada di berita itu adalah... kekasihku!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...