
--Not in my diary—
Seorang gadis berambut merah tampak berdiri di sebuah daerah yang penuh dengan bukit. Di seberangnya tampak dua ekor Pokemon bertubuh raksasa saling berhadapan. Pokemon pertama berwarna merah, berdiri dengan kedua kakinya dan dari tubuhnya keluar sinar yang merah yang menyala. Sementara itu Pokemon yang lain bertubuh menyerupai naga besar melayang berwarna hijau metalik. Kedua Pokemon itu tampak saling menatap dan sepertinya akan terjadi pertarungan di antara mereka.
Sang gadis mengamati sekelilingnya dan mendapati ada orang yang berdiri pada kepala masing-masing Pokemon raksasa tersebut. Sepertinya merekalah yang menjadi pengendali kedua Pokemon itu.
Dengan seksama gadis berambut merah mengamati sosok yang berdiri pada tiap-tiap kepala Pokemon. Keduanya laki-laki, yang satu berambut hitam legam dengan pakaian berwarna merah sementara satunya berambut pirang kuning menyala dengan pakaian berwarna putih. Kedua lelaki tersebut adalah.... sahabat dari masa lalunya!
......................................................................
”Flame, bangun....”
Flame terbangun dari tidurnya. Dia terkejut dengan yang baru saja dialaminya. Ternyata semua itu hanyalah mimpi. Tetapi, kenapa mimpi itu bisa terasa nyata? Kenapa kedua sahabatnya bisa ada di dalam mimpinya dengan... dengan Pokemon legendaris?
Perlahan pintu kamar Flame terbuka. Seorang lelaki tua berkepala botak dengan kacamata hitam masuk ke dalam kamar.
”Kakek Blaine, selamat pagi...” sapa Flame ramah pada lelaki tua itu.
“Selamat pagi Flame,” jawab lelaki yang dipanggil kakek Blaine oleh Flame. “Bangun dan bersihkan dirimu, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu. Kakek akan menunggumu di luar.” Usai mengatakannya, lelaki tua itu lalu keluar meninggalkan kamar Flame.
Flame segera bangkit dari tempat tidurnya. Setelah berganti pakaian dan membersihkan diri, dia keluar rumah menemui Blaine yang sudah menunggunya disana. Di luar dilihatnya sang kakek tengah berdiri di samping seekor Pokemon menyerupai kuda putih dengan api menjalar mulai dari kepala, punggung hingga ekornya.
”Seekor Ponyta?” tebak Flame melihat Pokemon tersebut.
Blaine mengangguk. ”Ya, seekor Ponyta. Kakek menemukannya saat mendaki gunung Cinnabar. Sepertinya kedua induknya meninggal akibat letusan kemarin.”
”Oh....” Flame tampak sedih. Dia lalu mendekati Ponyta tersebut dan membelainya lembut. ”Kamu pasti sedih sekali,” bisiknya pada Pokemon kuda api itu. Dia lalu merogoh saku celana pendeknya dan mengeluarkan sebuah berry berwarna biru dengan bintik-bintik kecil. ”Ini berry favoritku, namanya Oran berry. Aku biasa memakan berry ini setelah bangun pagi. Kupikir berry ini lebih berharga bila kamu yang memakannya pagi ini. Ini... makanlah, kamu pasti suka.” Perlahan dia mendekatkan Oran berry ke mulut Ponyta. Ponyta tampak malu-malu memakan Oran berry yang ada di tangan Flame. Perlahan Oran berry itu pun habis dimakannya.

Setelah memakan Oran berry, wajah Ponyta tampak ceria. Dia seperti tersenyum pada Flame. Flame yang melihatnya pun ikut tersenyum. “Enak bukan?” tanyanya. Ponyta mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengiyakan.
Blaine ikut tersenyum melihat peristiwa itu. Dia merasa sangat tersentuh dengan kebaikan gadis yang diselamatkannya saat masih bayi tersebut.
”Flame, Kakek pikir akan lebih baik bila Ponyta ini ikut bersamamu,” ujar Blaine. ”Sepertinya dia menyukaimu. Kamu mau merawatnya bukan?”
Flame tersenyum sembari mengangguk. ”Tentu saja Kakek Blaine. Ponyta ini sebatang kara sekarang, akan lebih baik bila ada seseorang yang mau menemaninya. Kupikir aku bisa menjadi teman yang baik untuknya.”
”Baiklah, sudah diputuskan,” sahut Blaine. ”Ponyta ini Kakek percayakan padamu. Sekarang Kakek harus pergi, ada seorang trainer muda yang menantang Kakek. Kalau tidak salah... namanya Luna.”
Luna? Flame terkejut. Nama yang baru saja disebutkan Blaine sangat mirip dengan nama seseorang yang pernah dekat dengannya. Mungkinkah...
”Dia anak perempuan yang enerjik, kupikir kakek akan kembali kalah kali ini,” lanjut Blaine.
Anak perempuan? Berarti bukan dia, batin Flame. Entah kenapa pagi itu dia teringat dengan sahabatnya itu, terutama setelah dia mengalami mimpi yang aneh.
“Flame, kamu kenapa?” tanya Blaine heran dengan sikap Flame yang mendadak berubah.
”Ah, tidak,” jawab Flame. ”Aku hanya teringat seseorang, namanya mirip sekali dengan nama trainer yang akan Kakek hadapi.”
”Oh ya? Siapa namanya?”
”Namanya Lunar...” jawab Flame lirih. “Lunar Servada...”
*
Sementara itu di tempat lain yang jauh...
Seorang lelaki berambut pirang dengan kemeja putih kusut tengah membaca sebuah surat kabar di ruang bacanya. Dia membaca surat kabar itu dengan sangat serius tanpa menyadari kedatangan dua orang laki-laki dan perempuan.
”Maaf mengganggu kesenangan bos,” ujar yang laki-laki. ”Kami hanya ingin melaporkan mengenai persiapan rencana kita.”
”Oh ya? Katakan saja,” sahut lelaki berambut pirang yang dipanggil bos tanpa mengalihkan pandangannya dari surat kabar.
”Semuanya sudah beres, kita bisa mengadakan sirkus disana,” jawab yang laki-laki.
”Lalu bagaimana dengan yang kuperintahkan padamu, Curie?” tanya lelaki berambut pirang sambil menoleh sedikit ke arah yang perempuan.
”Saya sudah melaksanakan perintah, mereka akan berkumpul disana,” jawab perempuan yang dipanggil Curie.
Lelaki berambut pirang tersenyum. Dia lalu menutup surat kabar yang tadi dibentangkannya lebar, meletakkannya dengan mantap di atas meja dan kemudian berdiri.
”Kalau begitu... saatnya kita beraksi....” ujarnya tegas. Dia melirik pada headline berita di halaman depan surat kabar yang baru diletakkannya di meja. Di situ tertulis....
Devon Corporation
BAB XXI Selesai....
Keterangan alih bahasa:
Terowongan Rusturf – Rusturf Tunnel
Nama Panggilan – Nickname
Pukulan Penghancur Batu – Rock Smash
Suara Keras – Hyper Voice
Bola Bayangan – Shadow Ball
Perisai Pelindung – Protect
Kilatan Cahaya – Flash
Tembakan Es – Ice Beam
Bola Es – Ice Ball
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...