SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 15 Oktober 2010

L's Diary: Eps.156 - Spectra Datang

wooper gifEpisode 156: Spectra Datang

”Hahahaha... jatuh terpeleset kulit pisang? Itu sangat memalukan!” ledek Har-Glen. ”Tadi Sandslash sudah terkena sekali serangan pukulan terfokus dan aku pastikan dia akan pingsan pada pukulan kedua ini.”
Medicham tampak selesai melakukan fokus, dan dia kemudian mulai bergerak. Sial, habislah sudah!

”Steven, bantu aku dong!” teriakku panik. Aku menoleh dan mendapati Steven lagi-lagi duduk membelakangiku di sudut bangunan sambil memainkan kotoran dengan sebatang kayu kecil. ”Hei, apa yang kau lakukan di saat seperti ini?”
”Aku sedih... aku kalah terkenal dari kau...”
”Weleh?”
”Berhenti main-mainnya bocah! Terimalah kekalahan kalian!” teriak Har-Glen keras seolah punya cadangan pita suara. Bersamaan dengan itu Medicham telah bergerak dan tinggal sedikit lagi pukulannya akan menjatuhkan Dian, kali ini mengalahkannya.
Oh, aku tak berani melihatnya. Dia terpeleset dan kalau dia sudah jatuh, dia suka lebay seolah-olah dia kesulitan berdiri, harusnya dia bisa langsung bangkit.
(Komentar Dian, ”Encokku kumat, susah gerak nih...”)
Ah, aku tak tega melihat Dian dibantai, lebih baik aku menutup mataku saja dengan kedua tanganku agar aku tidak bisa melihatnya (sebenarnya siapa yang lebay sih?).
”It had no effect!” tiba-tiba terdengar suara wanita yang sangat kukenal. Perlahan kubuka jari-jari tanganku mengintip apa yang sedang terjadi di depanku dan... hey, itukan nona Ester dengan... oh tidak, lebih baik aku tetap menutup mataku.
”Sampai kapan kamu mau menutup matamu, Lunar sayang...” panggil nona Ester.
”Singkirkan dulu si gigi kuning itu, dia membuatku takut,” jawabku manja.
”Oke, tapi sebelumnya biarkan dia mendaratkan serangannya terlebih dulu,” sahut nona Ester. ”Banette, gunakan cakar bayangan!”
Dari celah jemariku kulihat Pokemon gigi kuning itu mendaratkan cakarnya pada Medicham dan Medicham langsung terlempar lalu pingsan menghantam lantai kota.


”Siapa lagi perempuan ini?” tanya Har-Glen terkejut, tak menyangka Pokemonnya terkalahkan di saat dia hampir menang.
”Perkenalkan, namaku Spectra, spesialis Pokemon hantu, dan aku kekasih dari Lunar,” jawab nona Ester polos. Dia lalu mengembalikan si gigi kuning ke dalam PokeBall. ”Oke, Lunar sayangku, Banette sudah kukembalikan ke dalam bola, kamu bisa membuka matamu sekarang.”
Mendengar itu aku langsung membuka mata. Kini kulihat jelas apa yang telah terjadi di depanku. Saat pukulan terfokus Medicham hampir mengenai Dian, nona Ester datang bersama dengan Banettenya. Banette melindungi Dian dan pukulan terfokus Medicham pun mengenai Banette, namun serangan itu menjadi sia-sia karena serangan tipa petarung tidak mempan terhadap Pokemon tipe hantu. Selanjutnya Banette langsung menggunakan cakar bayangan yang sangat efektif menghadapi Pokemon tipe cenayang seperti Medicham. Blaziken dan Medicham pingsan, dan itu artinya... para ketua ninja berhasil dikalahkan!
”Sial, aku tak menyangka bisa dikalahkan oleh para pengganggu ini,” gerutu Har-Glen kesal.
”Cih, mereka sangat mengganggu,” timpal Bo-Jiken.
”Aku tak bisa mempercayainya!” sambung Har-Glen.
”Akuilah, kami memang lebih kuat dari kalian,” ujarku sombong. ”Ya kan nona Es...” aku menoleh ke arah nona Ester, tapi dia tidak ada tempatnya berdiri semula. Aku berbalik dan mendapati nona Ester berada di dekat Steven yang masih saja berjongkok memainkan kotoran. Eh, kenapa dia...
”Steven sayangku, kamu baik-baik saja kan?” tanya nona Ester sambil mengelus rambut perak Steven.
”Aku tidak apa-apa, Ester. Aku hanya syok karena ada yang lebih populer dariku,” jawab Steven dengan nada sedih. Tapi tiba-tiba dia langsung berdiri dan memasang wajah ceria. ”Tapi tidak apa-apa, yang terpenting sekarang kita berhasil mengalahkan pemimpin para ninja dan itu artinya kita menang! Kota ini terselamatkan!”
”Nona Ester, apa yang kau lakukan?” tanyaku gemas melihat nona Ester tampak mesra dengan Steven. ”Bukannya mengkhawatirkanku, tapi kau malah ....”
Aku terdiam seketika saat mendadak muncul begitu banyak ninja di sekeliling kami, baik yang berpakaian hijau dan hitam. Dua ninja masing-masing berpakaian hijau dan hitam berdiri di sampingku sambil menodongkan Magnemite, hal yang sama terjadi pada nona Ester dan Steven. Sekarang kami terdesak dan tak bisa berbuat apa-apa.
”L, kalau dalam permainan catur, ini disebut dengan SkakMat,” ujar Steven masih mencoba bercanda, walaupun terus terang itu sama sekali tidak lucu. Aku pun menanggapinya dengan senyuman aneh yang terlihat jelas kalau itu dipaksakan.
”Lepaskan mereka!” perintah Bo-Jiken. Anak buahnya yang menodongkan Magnemite ke arah kami tanpak terkejut. Aku pun sangat terkejut.
”Tapi bos, mereka kan....”
”Aku bilang lepaskan mereka!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...