
”Keluarlah Vigoroth!” teriak Pak Norman melemparkan PokeBall dan kemudian muncullah Pokemon berwarna putih berpostur seperti kera dengan jambul merah. Matanya bulat besar dan cakarnya terlihat tajam.

”Aku siap kapanpun kau siap, lakukan serangan sesukamu.”
”Kau yang memintanya, Dian gunakan sayatan!” perintahku. Dian berjalan cepat ke arah Vigoroth dan melayangkan sayatannya yang tajam. Vigoroth menghindarinya dengan lincah lalu membalas melakukan sayatan. Dian pun menghindarinya dengan lincah.
”Sayatan lawan sayatan, sangat menarik,” komentar Norman. ”Kita lihat sayatan siapa yang paling hebat! Vigoroth, sayatan!”
”Dian, sayatan!”
Dan seperti yang (mungkin) kalian duga, terjadilah adu sayatan di dalam arena gym. Kedua Pokemon saling menyayat satu sama lain sambil berusaha menghindarinya dengan lincah. Aku tak pernah melihat pertarungan Dian seseru ini, sepertinya aku sedang menyaksikan adu pedang Anakin melawan Obi-Wan dalam film Star Wars.
Beberapa kali cakar kedua Pokemon itu bertemu, menimbulkan suara ngilu yang cukup keras. Keduanya berusaha mempertahankan cakar tajamnya untuk bisa memenangkan adu cakar tersebut. Pada akhirnya keduanya sama-sama kuat sehingga dua-duanya terpental jauh.
”Vigoroth, teruslah berjuang! Sayat dia dengan cakarmu!”
”Dian, jangan menyerah! Buktikan kalau sayatanmu yang lebih hebat!”
Dan tanpa terasa setengah jam berlalu dengan pertarungan yang sama, saling serang dengan sayatan cakar, saling hindar, saling adu cakar dan... huh, aku mulai bosan. Ternyata bukan aku saja yang mulai bosan, Pak Norman pun demikian. Kulihat dia sedang menyantap mie ayam (Torchic?) yang dibelinya dari penjual mie ayam keliling yang kebetulan lewat di depan gym. Aku sendiri juga memesan satu mangkok mie yamin dan sekarang mie tersebut sudah habis karena aku sangat kelaparan. Kok jadi ngomongin makanan?
”Membosankan,” keluh Parmin yang menyaksikan pertandingan kami. Kulihat tampangnya terlihat suntuk sambil sesekali memasukkan makanan ikan ke dalam mulutnya. Dia memang anak yang aneh.
Satu jam pun berlalu dan Dian masih saja menyabetkan sayatan-sayatannya ke arah Vigoroth, demikian sebaliknya. Kedua Pokemon itu sama-sama lincah dan sama-sama keras kepala untuk mengalah.
(Komentar Dian, ”Udahan ya? Aku capek banget nih... dari tadi gak kelar-kelar, sudah sejam lebih...”)
(Komentar Vigoroth, ”Iya juga sih, aku juga capek. Kayaknya pertarungan ini gak akan selesai kalau kita masih saja saling sayat... kita harus gunakan jurus lain.”
(Komentar Dian, ”Ho-Oh, tapi pelatih kita tidak memberikan perintah jurus yang lain, mau bagaimana lagi? Kita kan harus nurut dengan perintah yang diberikan pelatih kita.”)
(Komentar Vigoroth, ”Iya sih, tapi coba deh lihat pelatih kita, mereka bahkan sudah tidak memperdulikan pertarungan ini.”)
(Komentar Dian, ”Ebuset! Kok si Lunar bodoh itu malah asyik makan mie ayam? Dia udah habis dua piring! Aku kan juga mau!”)
(Komentar Vigoroth, ”Pelatihku juga sama, dia malah sekarang pesan Bakso urat. Maunya apa sih?”)
(Komentar Dian, ”Hmm... aku ada ide!”)
Well, pertarungan gym ini sangat membosankan dan belum juga selesai, membuatku memesan sepiring lagi mie ayam. Di luar dugaan rasanya enak sekali, mantep dah pokoknya. Tapi saat sedang asyik-asyiknya makan mie ayam, tiba-tiba aku merasa seperti ada yang memperhatikanku dan... eh, rupanya Dian ada di depanku sambil menatapku tajam. Mau apa dia? Bukannya dia harusnya bertarung lawan Vigoroth? Aku menoleh ke seberang dan kulihat Vigoroth melakukan hal yang sama pada Pak Norman yang sedang makan Bakso urat.
(Komentar Dian, ”Enak aja makan mie ayam! Aku capek tahu! Aku kan juga pingin! Cepet buruan kasih perintah jurus yang lain!”)
Baiklah, saatnya kembali ke pertarungan. Kulihat Vigoroth sedang lengah dan ini saatnya menggunakan jurus lainnya.
”Dian, sekarang gunakan galian!” perintahku dengan mulut penuh mie. Dian pun menggali tanah dan lenyap dari pandangan.

”Dian, sekarang hajar!”
Mendadak Dian muncul di bawah mereka berdua dan yang terjadi kemudian.... sudah bisa ditebak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...