SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 03 Mei 2010

L's Diary: Eps. 70 - Tiket ke Kota Lilycove

wooper gifEpisode 70: Tiket ke Kota Lilycove



Aku, Flame dan Badut telah berada di ruangan Maxie sekarang. Maxie tampak duduk dengan tenang di kursinya sementara Tabitha berdiri menemani di sampingnya.

”Baiklah, lebih baik aku langsung ke pokok masalah,” ujar Maxie membuka pembicaraan. ”Akhir-akhir ini kalian selaku regu elit G telah menjalankan tugas dengan sangat baik. Kalian bertiga adalah yang terbaik dari prajurit Tim Magma. Hampir semua tugas yang kalian jalankan berjalan dengan baik. Aku bangga pada kalian, aku bangga pada setiap dari kalian.

”Badut, kau sudah seperti pemimpin tidak resmi dari regu ini. Kau telah menunjukkan kepemimpinanmu dengan sangat baik di dalam regu G. Kau telah menunjukkan kalau kau akan selalu membawa anggota timmu menemukan jalan keluar dari setiap kebuntuan. Kau punya bakat memimpin dan kupastikan kau akan berhasil bila kau membentuk sebuah tim baru.

”Flame, rasanya baru kemarin aku mengajakmu ikut bergabung bersama dengan Tim Magma, namun sekarang kau telah menjadi bagian penting dari tim ini. Pengorbananmu sangat luar biasa bagi tim ini. Meskipun kau wanita, tapi sikap setiamu begitu kuat dan tak bisa dipandang sebelah mata. Kau mewarisi darah ayahmu, darah keluarga Evers sang penjaga gunung berapi.

”L, kau anggota paling baru dari regu ini. Saat aku memutuskan untuk menerimamu sebagai anggota tim, aku sudah yakin kau memiliki kemampuan unik. Kau memiliki dedikasi, itu yang aku suka darimu. Aku sudah melihat semua hasil kerjamu, aku suka dengan apa yang kau kerjakan. Terlebih saat kau berusaha keras menyelamatkan Flame. Aku banyak berhutang padamu....”

”Paman, sebenarnya tujuan Paman memanggil kami mau memberi tugas pada kami atau hanya memuji kami?” potong Flame tampak tak sabar. Sepertinya dia memikirkan taruhan denganku. Jujur saja, aku sendiri heran mengapa aku bisa mengajukan keinginan seperti itu sebagai imbalan taruhan.

Maxie tersenyum mendengar komentar Flame. Dia lalu berdiri dan menghampiri kami bertiga. ”Aku memanggil kalian kesini ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua atas semua yang telah kalian lakukan. Dan ucapan terima kasihku tak sebatas hanya di lisan saja.” Maxie berhenti bicara. Dia kemudian mengeluarkan tiga lembar kertas dari sakunya dan menunjukkannya di depan kami. ”Apa yang aku pegang ini adalah tiga lembar voucher liburan untuk kalian. Kalian akan berlibur di kota Lilycove. Ini hadiah dariku atas kerja keras kalian selama ini.”

”Apa?” Flame tampak sangat terkejut. ”Pa... Paman bercanda kan?”

Maxie menggeleng. ”Tidak Flame, aku tidak bercanda. Mungkin kalian pikir aku ini orang yang sangat serius. Tapi aku juga tahu kalau anak buahku juga butuh liburan, butuh rekreasi.”

”Oh.... tidak...” Flame terlihat lemas. Hehehe, tak kusangka aku memenangkan taruhan bodoh ini. Rasain kamu sekarang Flame!

”Ada apa Flame? Sepertinya kamu tidak suka dengan hadiahku?” tanya Maxie heran melihat sikap keponakannya.

”Tidak tuan Maxie,” selaku. ”Flame justru sangat gembira. Sudah lama dia ingin pergi ke kota Lilycove untuk berlibur.”

Flame melirik ke arahku. Dia memandangku dengan tatapan penuh emosi. Tapi, biarlah aku tak peduli.

Maxie tersenyum mendengar jawabanku. ”Baiklah, sekarang aku tak ingin banyak berbasa-basi lagi. Badut, Flame, dan L, kalian harus mau menerima hadiah ini. Pokoknya aku ingin kalian pergi untuk sementara dari kapal selam ini dan menikmati liburan kalian. Kalian akan aku hukum bila menolak hadiahku ini.”

”Siap, laksanakan!” jawab kami serempak. Meski begitu Flame terdengar kurang bersemangat.

”Bersenang-senanglah!”



*


Aku dan Flame berada di kantin. Besok kami akan pergi ke kota Lilycove, namun kali ini bukan untuk menjalankan misi melainkan untuk berlibur. Terima kasih pada kebaikan Maxie sehingga aku bisa sedikit beristirahat. Jujur saja, aku begitu capek dengan semua hal mengenai Groudon, Groudon, dan selalu Groudon. Memang tujuanku adalah menangkap Groudon, tapi tak bisakah satu hari saja tanpa kata ”Groudon”? Dan kini di kantin ini, aku akan menagih janjiku pada Flame. Tebakanku benar, dan karena itu Flame harus menghadiahi aku sebuah ciuman. Hehehe, aku nakal juga ya?

”Flame, kapan kau akan mulai menciumku?” godaku pada Flame.

”Aku tak yakin melakukannya,” jawab Flame lemah. ”Tapi aku memang sudah berjanji.”

”Nah, kau tahu sendiri kan? Kalau begitu lakukanlah, aku sudah tak sabar nih,” godaku makin nakal.

”Oke, sekarang pejamkan matamu. Aku akan menciummu sebagaimana yang kau inginkan,” jawab Flame.

”Sip!” aku langsung saja menuruti perkataan Flame dengan menutup kedua mataku. Lama aku menunggu, Flame tak kunjung mendaratkan ciumannya. ”Flame, buruan... mumpung kantin lagi sepi....”

”Iya...iya... nih...”

DAK! Tiba-tiba sebuah pukulan keras menghantam bibirku hingga menjatuhkanku ke lantai. Kurasakan sakit yang sangat di seluruh tubuhku lalu kusadari tubuhku tak bisa bergerak. Kubuka mataku dan terlihat Badut berdiri disana bersama Electabuzz miliknya.

”Cium tuh pukulan petir Electabuzz!” bentak Badut keras. ”Enaknya saja kau mau mencium Flame, takkan kubiarkan!”

”Apa-apaan kau?” tanyaku marah sambil berusaha berdiri. Tapi aku tak bisa bergerak akibat serangan tadi.

Bukannya menjawab, Badut justru mendelik padaku. ”Awas kalau kau berani macam-macam dengan keponakan Maxie!” ancamnya kasar.

”Baiklah, aku minta maaf,” jawabku mengalah. Tak ada gunanya berurusan dengan Badut si temperamental.

”Minta maaf pada Flame!”

Aku menoleh pada Flame. ”Flame maafkan aku....”

”Aku sudah memaafkanmu kok,” jawab Flame sambil nyengir. Tampak ekspresi penuh kemenangan di wajahnya. ”Sudahlah, kita lupakan soal taruhan itu. Sebagai ganti taruhan itu, aku akan membelikanmu lemon water. Bagaimana?”

”Ogah!”

“Apa katamu?” Badut langsung memegang kerah seragamku marah.

”I...iya, aku mau kok....” jawabku ketakutan. Badut pun melepaskan genggamannya.

”Nah, kalau akur begini kan lebih baik,” komentar Flame tersenyum.

Dasar wanita licik, umpatku dalam hati. Tapi tak apa-apa, biarlah. Toh aku juga berpikir kalau aku tak layak melakukan hal tersebut pada Flame. Aku tak bisa memaksanya menciumku. Lupakan saja keributan hari ini, besok kan aku akan bersenang-senang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...