SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 16 Januari 2011

L's Diary: Eps. 197 - Rekaman Bunga Waktu

wooper gifEpisode 197: Rekaman Bunga Waktu

--Not in my diary--


Di kamar inap Spectra, tak lama setelah aku pergi...


Drake tampak memandangi Spectra yang terbaring lemah di tempat tidur. Beberapa detik kemudian dua orang muncul di belakangnya, seorang wanita dengan rambut pirang dan seorang lelaki dengan rambut punk.
”Apa kau tidak terlalu jahat pada bocah itu?” tanya wanita berambut pirang. ”Bagaimanapun dia adalah kekasih Ester dan Ester sangat mencintainya.”
”Aku tak peduli soal cinta, yang aku pedulikan adalah keselamatan Ester dan juga Hoenn. Aku akan mengambil sikap sebagaimana yang harus aku lakukan,” jawab Drake.
”Apa benar dia perlu kita cemaskan?” tanya lelaki berambut punk.
Drake mengangguk kecil. ”Ya, cepat atau lambat kita akan berhadapan dengannya. Sungguh ironis memang, kekasih kawan kita justru menjadi lawan kita...”
”Tapi dia tampak lemah, bukan masalah bagi kita untuk menghentikannya.”
”Kau benar tentang hal itu, tapi bukan itu yang aku khawatirkan,” sahut Drake. ”Yang aku khawatirkan adalah Ester dan perasaannya pada bocah itu. Kalian dengar sendiri kan bagaimana pembelaan Ester?”
”Ya, kami dengar...”
Drake menatap lekat wajah Spectra yang terbalut perban. Ingatannya kemudian melayang pada beberapa hari yang lalu saat Spectra belum sekarat. Saat itu...

”Tapi dia melakukannya demi sahabatnya, demi membangun kembali pulau yang hancur karena bencana... apakah itu sebuah kejahatan?”
”Kejahatannya adalah karena dia mencari Groudon... itulah kejahatannya...”
”Aku menyesal mengatakan hal ini pada kalian, aku tidak akan ikut untuk menghentikannya... aku mencintainya...”

”Apa karena cinta kau rela mengorbankan tugasmu sebagai Elite Four?”

”Ya, karena aku yakin padanya... aku yakin dia bukan orang jahat...”


”Mungkin Ester benar, tidak seharusnya kita mengkhawatirkan bocah itu,” ujar wanita berambut pirang membuyarkan ingatan Drake.
”Tidak, Ester salah.... sekecil apapun itu, sebuah ancaman tetaplah sebuah ancaman...”
”Sudahlah... lebih baik kita bicarakan hal lain yang lebih tepat dalam situasi seperti ini,” sela lelaki berambut punk. ”Kita harus segera mencari tahu siapa yang telah menganiaya Ester hingga dia seperti ini.”
”Kau benar Sid, kita harus mulai melakukan investigasi,” sahut Drake membenarkan ucapan lelaki berambut punk yang dipanggilnya Sid. Dia lalu menoleh ke arah wanita berambut pirang. ”Glacia, apa kau sudah menemukan petunjuk?”
Wanita berambut pirang yang dipanggil Glacia mengangguk. Dia lalu menunjukkan kelopak bunga berwarna merah muda dengan bercak-bercak darah di atasnya. ”Kupikir bunga ini bisa bercerita banyak.”

”Oh ya? Sejak kapan kau menekuni ilmu cenayang macam Lucian?” ledek lelaki punk bernama Sid.
”Dengarkan dulu penjelasanku sebelum berkomentar, Sid,” jawab Glacia ketus. ”Bunga yang biasa dikenakan Ester ini bukan bunga biasa, ini bunga yang langka, namanya bunga Waktu?”
”Bunga Waktu?”
Glacia mengangguk. ”Ester sering bilang kalau dia memasang bunga merah muda ini di telinganya untuk mempercantik penampilannya, tetapi bukan itu alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya kenapa bunga ini selalu menghias telinganya adalah karena dia ingin merekam kejadian-kejadian yang dianggapnya penting ke dalam bunga ini.... bunga Waktu.”
”Jadi Ester menggunakan bunga Waktu, bunga yang bisa merekam kejadian yang berlangsung di sekitar bunga itu... dia benar-benar pintar,” komentar Drake. ”Kalau begitu yang perlu kita lakukan sekarang adalah memunculkan rekaman tersebut. Semoga saja kejadian malam itu terekam di bunga ini. Glacia, apa kau bisa melakukannya?”
Glacia mengangguk. Dia lalu meletakkan bunga itu di lantai dan sejurus kemudian muncul semacam hologram keluar dari bunga tersebut. Hologram itu menampakkan rekaman di malam naas Spectra. Ketiga teman Spectra tersebut lalu menyaksikan rekaman bunga waktu dengan serius. Mereka tercekat saat melihat sosok berjubah hitam menghajar Spectra dengan membabi buta. Rekaman itu terhenti saat Spectra jatuh pingsan dan bunga tersebut terlepas dari telinganya. Namun sebelum hologram itu hilang, terlihat sesuatu yang besar melayang di langit, di atas sosok berjubah hitam.
”Aku... aku tak menyangka ada orang sejahat itu...” Glacia tampak berkeringat. Dia terkejut dengan yang baru saja dilihatnya. Dia lalu menoleh pada Spectra, membayangkan hal-hal tersebut terjadi pada teman baiknya itu dan bergumam pelan, ”Ester yang malang...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...