
”Sial, aku tak menduga kamu bisa seberuntung ini,” umpat Redz kesal. Aku setuju dengan kekesalannya, Parmin benar-benar beruntung kali ini. ”Elvasta, aku memilihmu! Jangan kecewakan aku!” Redz melemparkan PokeBall terakhirnya dan keluarlah Skarmory, Pokemon burung besi seperti yang dimiliki oleh Steven. ”Elvasta, serangan langit!”

”Fearow, keluarlah!” Parmin melemparkan PokeBall terakhirnya dan benar dugaanku, itu Fearow.
”Ini tidak baik, serangan-serangan Fearow tidak akan mempan terhadap Skarmory yang memiliki ketahanan terhadap serangan bertipe terbang,” tiba-tiba terdengar suara di sampingku dan lagi-lagi anak sombong dengan PokeDex itu ada di sampingku.
”Dian, galian!” perintahku cepat.
”Tu... tunggu! Aku cuma...” cegah anak itu namun terlambat karena Dian lebih cepat dan muncul menghantamnya menembus atap Battle Tent sampai hilang ke langit menjadi kilauan cahaya.
Huh, bocah pengganggu, gerutuku dalam hati. Benar-benar mengganggu kenikmatan menonton. Tapi memang benar yang dikatakannya, serangan-serangan bertipe sama milik Fearow yang kekuatannya bisa berlipat takkan ada gunanya menghadapi tipe besi seperti Skarmory. Kalau Parmin masih bersikap bodoh, dia akan kalah.
”Fearow, perisai pelindung!”
”Elvasta, sayap besi!”
Elvasta bergerak cepat mengembangkan sayapnya bersiap menghantamkannya pada Fearow. Namun Fearow menciptakan perisai pelindung yang membuat serangan sayap besi menjadi sia-sia.
”Hebat Parmin! Tumben kamu pintar!” teriakku girang. Dengan jurus perisai pelindung itu, Parmin memiliki kesempatan memenangkan angka dari kategori pikiran.
”Kurang ajar, Elvasta serangan langit!” perintah Redz.
”Fearow, tim ganda!” perintah Parmin.

”Parmin, pikirkan serangan yang bagus! Ini kesempatanmu!” teriakku sangat bersemangat. Parmin bisa menang, dan dia harus menang.
”Fearow, perisai pelindung!”
GUBRAK!
”What? Apa-apaan kamu ini?” bentakku marah. ”Kenapa tidak melakukan jurus serangan? Bukankah sudah jelas Elvasta sudah tidak bisa menyerang?”
”Maaf kak L, tapi kata anak tadi serangan tipe terbang tidak mempan melawan Skarmory, jadi ya aku pakai perisai pelindung saja...”
Aku geleng-geleng kepala. Dasar anak bodoh! Kalaupun mau menggunakan jurus lain, kenapa malah memilih perisai pelindung yang tak ada gunanya itu? Elvasta sudah kehabisan giliran menyerang, untuk apa melindungi Fearow? Dasar anak bodoh!
”Duel Fearow melawan Skarmory selesai,” ujar wasit. ”Juri akan memberikan penilaian.”
Parmin dan Redz tampak menunggu keputusan juri dengan tidak sabar.
”Dari kategori pikiran, Parmin lebih unggul!” juri mulai mengumumkan. Yup, seperti yang sudah kutebak, Parmin lebih unggul karena perisai pelindung dan tim ganda tadi.
”Dari kategori kemampuan, Redz lebih unggul!” sambung juri. Aku setuju, Elvasta memang melakukan serangan beruntun dan menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Imbang pada dua kategori, kini tinggal satu kategori lagi yaitu kategori ketahanan. Parmin dan Redz tampak cemas, keduanya tak sabar menunggu pengumuman kategori ketahanan. Aku tak bisa menebak karena aku tak bisa melihat health point siapa saja yang telah berkurang. Berdasarkan pengamatanku, tak ada serangan yang berhasil mendarat tepat, dengan begitu kedua Pokemon itu...
”Dan dari kategori ketahanan....” akhirnya juri mulai mengumumkan kategori ketahanan. Juri menarik nafas sejenak lalu melanjutkan, ”... Keduanya sama-sama unggul! Dengan demikian pertarungan ini berakhir seri!”
Parmin melonjak girang sementara Redz tampak kecewa. Parmin berlari ke arahku dan berteriak-teriak seperti kesetanan. ”Kak L, aku seri, aku seri!”
”Iya, kamu seri,” sahutku tak bersemangat. ”Asal kamu tahu, kamu bisa menang tahu tidak? Andai kamu mengurangi health point Skarmory sedikit saja, pasti kamu memenangkan penilaian kategori ketahanan. Dasar payah!”
Parmin terdiam. Dia tampak memikirkan ucapanku. Ah, kenapa aku mengatakan hal itu? Parmin pasti sedih mendengarnya.
”Sudahlah Parmin, jangan dipikirkan,” hiburku kemudian. ”Bagaimanapun kamu sudah bertarung dengan segenap kemampuanmu, tak ada yang bisa mengalahkan kenikmatan bertarung seperti itu. Tak peduli apapun hasilnya, yang terpenting adalah kamu menikmati pertarunganmu tersebut.”
Parmin lalu tersenyum dan melihat ke arahku. ”Terima kasih kak L, terima kasih telah mendukungku...”
”Kita inikan rekan, tentu saja kita harus saling mendukung,” jawabku membalas senyumnya.
Parmin mungkin bodoh dalam hal pertarungan Pokemon, tapi bagiku dia begitu tulus dalam bertarung. Dia pelatih Pokemon paling tulus yang pernah aku temui. Terkadang kepolosannya terasa sangat menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...