SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 01 April 2011

L's Diary: Eps. 238 - Berpikir Ulang dan Impian

wooper gifEpisode 238: Berpikir Ulang dan Impian

Hari ini aku kembali ke rumahku di Verdanturf setelah selama satu minggu menunggui kak Lydia di rumah sakit. Keadaan kak Lydia mRata Penuhasih belum sadarkan diri, namun aku sudah boleh membesuknya. Tubuhnya masih dingin, kurasakan saat aku memegang tangannya. Aku tak sabar menunggunya sadar agar aku bisa minta maaf karena telah membahayakan nyawanya.
Hal yang sama juga terjadi pada Profesor Hurr. Profesor masih belum sadarkan diri. Aku beberapa kali menjenguknya dan bertemu dengan Sammon disana. Tapi Sammon langsung pergi saat menyadari kedatanganku. Dia tak mengatakan apa-apa dan langsung berlalu begitu saja. Aku menyadari ini semua kesalahanku hingga membuat Sammon begitu marah. Saat ini baru kurasakan kalau keputusanku mencari Groudon ternyata adalah sebuah kesalahan besar.
Aku memasuki rumahku yang sunyi. Rumahku memang selalu seperti ini, terkadang aku merasa sangat kesepian. Ayahku hilang saat aku masih kecil, pamanku meninggal, dan ibuku... entahlah, ayah dan paman tidak pernah menceritakannya bahkan saat aku menanyakannya sekalipun. Ayah hanya mengatakan kalau ibuku pergi jauh karena beliau adalah seorang pahlawan sementara paman mengatakan kalau suatu hari nanti aku pasti akan mengetahuinya. Dengan jawaban seperti itu aku lalu menganggap ibuku sudah meninggal, dan beliau meninggal sebagai pahlawan. Bilapun benar yang dikatakan ayahku, aku akan sangat bangga pada ibuku walaupun aku belum pernah melihat potretnya bahkan mengetahui namanya sekalipun.
Perlahan aku memasuki kamarku yang kecil dan sempit. Aku langsung saja berbaring di tempat tidurku yang nyaman, seolah sudah lama aku tidak berbaring di atasnya. Aku berbaring sambil menatap lamgit-langit kamar, hal yang sudah sering aku lakukan. Pikiranku menerawang pada kejadian yang baru saja terjadi, pertarungan melawan Elite Four dan juga juara, yang membuat kak Lydia dan Profesor Hurr celaka. Aku tak menyangka bila keinginan masa kecilku dulu akan mencelakakan orang-orang yang aku sayangi. Wajah mereka kini seolah tergambar di langit-langit kamar.
”Maafkan aku kak Lydia, harusnya aku mendengarkanmu waktu itu... Pokemon legenda memang tidak seharusnya ditangkap karena akan membawa pada bencana,” gumamku menatap langit-langit. ”Maafkan aku Profesor, seharusnya aku tidak melibatkanmu dalam pencarian ini karena ini ambisiku pribadi, seharusnya aku sendiri yang datang kesana..”
Kejadian ini, kekalahan ini membuatku berpikir ulang. Sepertinya aku harus berhenti mencari Groudon, sepertinya memang itu yang harus aku lakukan. Menangkap Pokemon legenda bisa menyebabkan bencana, dan kurasakan hal itu telah terjadi bahkan sebelum aku mendapatkannya. Ya, demi kepentingan semua orang aku akan berhenti memburu Groudon. Aku tidak akan mencari Groudon lagi, aku menyerah. Biarlah sebuah janji tidak terpenuhi, yang terpenting tidak ada lagi seseorang yang tersakiti...

*

Aku berdiri di atas sebuah kebun bunga yang maha luas. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah hamparan bunga nan indah disana-sini. Keindahan bunga-bunga itu membuatku merasa sangat tenang.
”Lunar sayang... aku ada disini...” panggil suara wanita yang sangat kukenal. Aku langsung saja mencari asal suara dan menemukan seorang wanita berkulit kecoklatan berdiri disana, dengan dua Pokemon hantunya. Nona Ester! Itu Nona Ester!
Mengetahui ada nona Ester disana, akupun langsung berlari ke arahnya.
”Nona Ester.... kau sudah sembuh?” tanyaku senang melihat nona Ester tampak sehat.
Nona Ester tidak menjawab, dia hanya tersenyum manis ke arahku sementara seekor Shuppet dan Duskull mengelilinginya. Herannya entah kenapa aku tidak takut pada dua Pokemon hantu itu.

”Lunar,” panggil nona Ester lembut. Sudah lama sekali aku tidak mendengarkan suaranya sehingga tatkala kembali mendengarkan suara lembut itu, hatiku terasa sangat senang. ”Apa kau punya impian?” tanyanya kemudian.
Aku mengangguk. “Tentu saja punya, manusia tanpa impian tidak akan menjadi apa-apa.”
Nona Ester tersenyum mendengar jawabanku. ”Kalau begitu sudahkah kau mendapatkannya?”
”Aku belum mendapatkannya. Kupikir aku akan berhenti mengejarnya karena itu melukai mereka yang aku sayangi,” jawabku jujur.
”Apa impianmu itu impian yang baik?” tanya nona Ester lagi.
”Menurutku itu impian yang baik karena aku melakukannya demi sebuah janji,” jawabku. ”Tapi kebanyakan orang menganggapnya sebagai bencana.”
”Lalu kenapa mereka terluka? Apa kau melukai mereka?”
”Mereka terluka karena membantuku...”
Nona Ester terdiam sejenak lalu bertanya lagi, ”Apa mereka membantumu dengan ikhlas? Apa mereka tersenyum tulus saat membantumu?”
Aku diam tak menjawab. Entah mengapa aku diam dan tak bisa menjawab. Nona Ester yang melihat sikap diamku kemudian tersenyum. ”Saat mereka tersenyum tulus, maka mereka ingin melihatmu bahagia. Bila engkau bahagia dengan impianmu, maka mereka pun akan bahagia... Jangan sia-siakan senyum mereka....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...