SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 01 Februari 2011

L's Diary: Eps.212 - Gurun yang Panas

wooper gifEpisode 212: Gurun yang Panas

Setelah mendengar kisah dari Paman Donald, aku dan Profesor mulai memasuki gurun pasir. Badai pasir langsung menyambut kami namun tidak terlalu mengganggu karena kami memakai kacamata go-goggles yang membuat pandangan kami tidak terganggu pasir-pasir yang berterbangan.
Gurun pasir ini masih tetap sama saat aku dulu mengunjunginya. Aku ingat saat itu aku kesini untuk mencari Pokemon Fosil setelah mendengar cerita orang-orang di Pokemon Center. Aku berharap menemukannya dan menjadikannya Pokemon pertamaku. Aku memang mendapatkan fosil Pokemon, namun itu tidak menjadi Pokemon pertamaku. Aku ingat saat aku hampir mati dibelit Seviper di gurun ini. Beruntung Dian yang saat itu masih berupa Sandshrew datang menolongku atau mungkin aku tidak akan mengalami pengalaman sampai sejauh ini, sampai aku menantang Elite Four. Gurun ini begitu berkesan, terlebih di sinilah aku pertama kali bertemu dengan Steven, tepatnya di menara ilusi yang kemudian lenyap begitu saja begitu aku mengambil fosil akar. Aku tak menyangka hubunganku dengan Steven menjadi sedingin ini. Bagaimanapun kami berdua memiliki jalan masing-masing yang telah kami pilih... dan aku harus bangga akan itu.
”Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya profesor Hurr. Suaranya terdengar begitu jelas di telingaku walaupun kami berada di dalam badai pasir yang sangat berisik. Hal ini karena kami menggunakan earphone yang memungkinkan kami bisa berbicara meskipun berada di jarak yang jauh.
”Tidak, aku hanya teringat saat pertama kali mendatangi tempat ini,” jawabku polos.
”Fokuskan perhatianmu, jangan lengah karena kita tidak tahu apa yang terjadi nanti,” ujar Profesor memperingatkan.
”Baik.”
Kami terus berjalan ke bagian terdalam gurun ini. Berdasarkan informasi dari Paman Donald, suara itu terletak di arah tenggara dan kami menuju ke sana saat ini. Semakin jauh langkah kami, semakin aku merasakan hawa yang menjadi panas. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila aku tidak memakai pakaian anti panas karena hawa panas akan semakin menambah panas gurun ini yang sebelumnya sudah cukup panas. Itulah kenapa aku mempertahankan Dian dan kawan-kawannya di dalam PokeBall karena hawa panas ini tidak baik untuk mereka. Dan sepertinya hawa panas ini juga membuat kami sama sekali tidak menemukan Pokemon liar sepanjang perjalanan. Panas ini benar-benar aneh, membuatku semakin penasaran dengan apa yang terjadi di gurun ini.
Alat pencatat temperatur milik Profesor Hurr menunjukkan angka yang sangat tinggi, sepertinya menunjukkan kalau kami sudah semakin dekat dengan asal hawa panas ini.
”Groudon tidak akan memunculkan hawa sepanas ini,” ujar Profesor kemudian. ”Kemampuan Groudon memunculkan kemarau tidak seperti ini, karena kenyataannya disini hawa ini adalah hawa yang menyengat... ini seperti sengatan panas yang bisa membakar.”
Aku mencoba meneliti angin yang bertiup bersamaan dengan pasir-pasir yang beterbangan. Profesor benar, panas ini berasal dari angin... anginnya yang panas dan ini bukan kemarau. Kalau begitu... apa ini bukan Groudon?
Tiba-tiba Profesor berhenti melangkah. Dia tampak mengamati sekeliling. ”Apa kamu dengar suara itu?” tanyanya kemudian.
”Suara apa?”
”Dengarkanlah baik-baik...”
Aku terdiam dan mencoba menangkap setiap suara yang muncul. Ya, aku mendengarnya! Aku mendengarkan suara seorang wanita sedang bernyanyi di kejauhan. Tapi...tunggu dulu, seorang wanita sedang bernyanyi jauh di dalam gurun pasir berbadai dan panas membakar seperti ini? Ini tidak mungkin! Apa mungkin... apa mungkin itu suara hantu?
”Profesor... bisakah Profesor menceritakan mengenai reruntuhan gurun seperti yang dikatakan Paman Donald?” tanyaku mulai merinding. Well, kalian yang mengikuti ceritaku pasti tahu alasan kenapa aku merinding.
”Itu cerita lama... mengenai legenda Pokemon abadi,” jawab Profesor.
”Pokemon abadi?”
Profesor mengangguk. ”Dahulu kala ada Pokemon purba yang memindahkan benua dengan menariknya menggunakan tali. Pokemon itu menciptakan tiga Pokemon abadi menggunakan bagian dari tubuhnya yaitu tanah liat, es, dan magma. Orang-orang di masa lalu takut akan kekuatan dari Pokemon ini hingga kemudian mereka menyegel Pokemon ini di provinsi nun jauh dari sini untuk memisahkannya dengan tiga Pokemon abadi yang telah diciptakannya. Tiga Pokemon abadi itu berada di Hoenn, tersegel dengan sangat baik di tiga tempat berbeda... dan salah satunya berada di gurun ini, yaitu reruntuhan gurun.”
Pokemon abadi? Dan salah satunya tersegel di gurun ini? Aku baru tahu ada cerita seperti itu. ”Apakah memang ada kutukan yang menyertainya?” tanyaku semakin penasaran.
”Aku tidak tahu, tapi seingatku ketiga Pokemon itu telah dibangkitkan oleh Elite Four saat pertarungan besar di kota Sootopolis... jadi kupikir makam itu sudah tidak berharga lagi.”
Ketiganya sudah dibangkitkan oleh Elite Four? Apakah ini artinya... nona Ester juga telah membangkitkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...