SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 12 Desember 2014

Lunar's Diary: Eps.430 - Hitungan Mundur


SERVADA CHRONICLES: BATTLE SEASON
BAB LXII FINAL FRONTIER (part.1)

Episode 430: Hitungan Mundur

Arena ini... arena final. Hari ini, aku kembali mengulangnya setelah kegagalanku di Liga Ever Grande. Tapi kali ini, kupastikan aku yang akan memenangkannya. Karena ini bukan saja pertarungan untuk merebut gelar juara. Ini adalah pertarungan pertaruhan, untuk membuktikan siapa yang lebih pantas disebut pecundang!
“Ayo Pincang! Maju dan kalahkan si mulut besar itu!” teriak salah seorang penonton.
“Iya Pincang, kamu pasti bisa melakukannya! Kamu memang hebat...” sahut penonton lain yang juga mendukungku.
Teriakan ‘PINCANG! PINCANG! PINCANG!’ pun terdengar menggema serentak, memberikan dukungan padaku. Teriakan yang sama, yang kudengar saat akan melawan Erou dulu di Ever Grande. Tapi kali ini lawanku bukan si Angkuh Tangguh itu. Melainkan dia, dia yang telah mengkhianati persahabatan regu elit Tim Magma, dia adalah...
“BADUT! BADUT! BADUT!” mendadak seruan lain muncul bertubrukan dengan seruan dukungan untukku. Ya, pengkhianat yang menyebut dirinya Badut, yang telah membuat persahabatan kami hancur.... Volta!
Bagaimana Lunar, Badut. Apa kalian mau melanjutkan debat kusir kalian, atau mau melanjutkan duel Pokemon kalian,” kata Flame yang bertindak sebagai MC. “Selesaikan masalah kalian nanti, sekarang penuhi apa yang diinginkan penonton,” lanjutnya.
“Ini bukan hanya masalah kami Flame, ini adalah masalah kita!” seruku menyahut. “Tapi aku tak mau mengecewakan pendukungku. Karenanya, akan kita bicarakan lagi masalah kita, setelah aku mengalahkan bajingan ini!” teriakku bersemangat.
Mendengar itu, Volta mendengus dan tersenyum sinis. “Maaf Lunar, tapi akan kupermalukan kamu sekali lagi di laga pemungkas ini. Akan kubuktikan bahwa kamu tak layak menjadi seorang juara.”
Baiklah, sepertinya kalian sudah sepakat,” ujar Flame tampak kehabisan kesabaran. Wajar saja, sedari tadi pertarungan final ini belum juga dimulai. Alih-alih mengeluarkan Pokemon, aku dan Volta justru mengeluarkan sumpah serapah mengungkit masa lalu. “Kalau begitu, dalam hitunganku...
Suasana arena mendadak lengang. Riuh penonton pun meredup. Pun denganku dan Volta, kami kini diam, namun tetap saling menatap mata masing-masing. Saat ini mata kami yang berbicara, untuk berikutnya...
TIGA!
Flame mulai melakukan hitungan mundurnya. Semua orang di arena terdiam. Pun dengan Guy, Scott, Lavender, dan Flint. Semuanya menahan napas, seakan tak sabar mengetahui Pokemon pertama yang akan kami adu di arena.
DUA!
Tanganku semakin erat menggenggam sebuah Pokeball yang masih kusembunyikan di belakang tubuhku. Sementara kulihat, kini hanya ada satu Pokeball yang terselip di jemari Volta. Tampaknya dia juga sudah memutuskan Pokemon apa yang akan dipilihnya. Kalau begitu, tinggal menunggu hitungan terakhir, untuk kami saling melempar Pokeball masing-masing.
‘Tuhan, tolong menangkan aku,’ batinku mulai gugup. Laga final selalu membuatku gugup. Aku takut aku melakukan langkah yang salah, yang bisa menghancurkan segala daya dan upayaku selama ini. Aku tak ingin kerja kerasku jadi sia-sia. Pertarungan ini pun menjadi ajang pembuktian untuk...
SATU!
Flame telah menghitung angka terakhirnya. Dan demi mendengar hitungan itu, secara bersamaan dua buah Pokeball melayang di arena pertarungan. Semua mata yang ada di tribun penonton pun tertuju pada dua Pokeball itu, hingga kemudian...
“Aku memilihmu... CRADILY! Majulah TREASURE!”
“Jangan kecewakan aku... MACHAMP!”
Seekor Pokemon hijau berkepala kelopak bunga muncul di arena. Di hadapannya, tampak Pokemon berwarna biru menyerupai manusia, dengan empat lengan teracung ke atas.
Pertarungan final Frontier Festival... Pincang melawan Badut... DIMULAI!
Riuh suara penonton kembali terdengar membahana di seantero tribun. Pekikan namaku dan Volta pun kembali terdengar berulang-ulang. Ini telah dimulai, dan aku akan mengerahkan segala kemampuanku untuk memenangkan ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...