
Kami semua sudah kembali ke rumah kakek Briney di barat Slateport. Sesampainya di rumah, Profesor langsung mengutak-atik mesinnya berusaha memasukkan batu yang kami bawa untuk bisa menyalakan TerraSearch. Hal itu berlangsung sangat lama sehingga membuatku bosan. Aku pun akhirnya memilih menonton berita nasional di televisi bersama Parmin.
”Berita berikutnya berasal dari rute 111 gurun pasir,” ujar pembaca perita di televisi. ”Hawa panas yang aneh muncul di gurun pasir. Empat orang arkeolog yang sedang berada disana mengalami luka bakar yang cukup serius. Keempatnya kini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit kota Mauville. Salah seorang dari mereka mengatakan kalau sebelum hawa itu muncul, mereka mendengar sebuah suara aneh mirip seperti nyanyian wanita. Saat mereka akan mencari tahu mendadak hawa panas muncul dan melukai mereka.”
Suhu panas yang aneh? Apa ini ada hubungannya dengan gua Terra? Aku harus memberitahukannya pada Profesor, pikirku. Aku pun beranjak dari dudukku dan menemui Profesor di ruang bawah tanah.
”Profesor, ada hawa panas yang aneh di....”
”Rute 111,” potong Profesor tiba-tiba.
”Darimana Profesor tahu?” tanyaku terheran.
”Karena mesin ini yang mengatakannya,” jawab Profesor sambil menunjukkan indikator pada TerraSearch. Aku melihat dan mendapati cahaya merah berkelap-kelip di rute 111 yang tergambar di peta indikator tersebut. Rupanya TerraSearch telah bekerja!
*
Segera setelah mengetahui cuaca aneh tersebut, kami langsung pergi ke kota Mauville untuk kemudian menuju ke rute 111 untuk menyelidikinya. Kami bergerak cepat karena khawatir perubahan cuaca itu hilang yang artinya gua Terra kembali lenyap, kalaupun benar perubahan cuaca tersebut diakibatkan oleh kemunculan gua Terra. Kami belajar dari pengalaman sebelumnya dimana kemunculan gua tersebut begitu singkat. Meski begitu Profesor tampak tidak yakin karena lokasi rute 111 tidak ada dalam daftar perkiraan lokasi gua Terra yang telah dibuat. Selain itu Profesor mengatakan temperatur di rute 111 tidak sepanas temperatur saat gua Terra muncul. Apakah benar perubahan temperatur ini dikarenakan oleh adanya gua Terra di gurun pasir?
”Kita tidak punya pilihan selain menyelidikinya langsung... secepat mungkin,” ujar Profesor sebelum kami memasuki gurun pasir yang ganas tersebut. Tampak banyak palang berjejer bertuliskan ”No Trespassing” menutupi akses ke gurun pasir. Sepertinya pihak keamanan setempat tidak mau jatuh korban berikutnya karena hawa panas tersebut sehingga mereka memblokir jalan ke gurun pasir.

”Inilah kenapa aku melarang Parmin ikut serta, ini terlalu berbahaya,” jawab Profesor. Parmin memang tidak ikut dengan kami berdua karena Profesor melarangnya. Parmin sendiri terlihat begitu kecewa karena tidak diizinkan ikut serta. ”Ini resiko kita, kemungkinan Groudon yang memunculkan hawa panas ini.” Profesor lalu membuka tas ranselnya dan mengeluarkan dua bungkusan dari dalamnya. Diberikannya satu bungkusan itu padaku sementara dia mulai membuka bungkusan yang lain. Aku langsung membukanya dan mendapati satu stel pakaian berwarna putih keperakan dengan bahan kain yang sangat tebal. ”Itu pakaian anti panas, akan mengurangi efek terbakar dari sengatan panas. Pakailah dan kita akan segera memasuki gurun ini.”
Aku mengangguk dan segera melapisi pakaianku dengan pakaian anti panas itu. Profesor juga memakainya dan tak butuh waktu lama untuk kami berdua mengenakan pakaian anti panas tersebut.
”Kalian juga menyelidiki reruntuhan gurun?” terdengar suara berat seorang lelaki saat kami akan memasuki gurun pasir. Kami menoleh dan mendapati seorang lelaki gemuk berdiri di sana. Wajah lelaki itu sepertinya pernah kulihat... Hei, itukan....
”Paman Donald?” tebakku.
”Lama tak bertemu L,” sahut Paman Donald. ”Kau tampak semakin keren saja.”
”Kamu kenal dia?” tanya Profesor padaku.
”Ya, beliau Paman Donald, kami pernah menjelajah gurun ini bersama-sama,” jawabku teringat saat-saat awal memulai perjalanan sebagai pelatih Pokemon. ”Paman Donald, apa maksudmu dengan reruntuhan gurun?” tanyaku melihat pada Paman Donald.
”Aku dan tiga orang temanku sedang mencari reruntuhan purbakala yang kabarnya ada di gurun ini saat kemudian kami mendengar suara misterius mirip wanita bernyanyi. Aku yang penasaran lalu memutuskan untuk menyelidikinya bersama dengan teman-temanku. Kami semakin dekat dengan suara tersebut saat tiba-tiba berhembus angin badai yang terasa sangat panas. Panasnya begitu menyengat hingga teman-temanku mengalami luka bakar cukup serius, aku juga mengalaminya.” Paman Donald membuka lengan bajunya dan menunjukkan bekas luka bakar di lengannya. ”Seharusnya aku tak mengajak teman-temanku untuk mencari asal suara itu, kupikir suara itu adalah kutukan dari gurun dan mengincar kami yang sedang mencari reuntuhan tersebut.”
”Profesor, apa mungkin itu suara Groudon?” tanyaku pada Profesor.
Profesor terdiam. Beliau tampak berpikir dan kemudian menjawab, ”Entahlah... kita tidak akan tahu sebelum memastikannya...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...