SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 01 Februari 2011

L's Diary: Eps.210 - Dua Batu Besar

wooper gifEpisode 210: Dua Batu Besar

Parmin sedang asyik berbaring di bawah pohon yang besar dan rimbun saat sebuah benda lunak berwarna putih jatuh di atas kepalanya. Dia lalu mengambil benda tersebut yang bentuknya menyerupai krim.
”Siapa yang melempar es krim hangat ini di kepalaku?” tanyanya sendiri. Dia lalu menjilat benda tersebut dan langsung bangkit berdiri. ”Yikess! Kenapa rasanya tidak enak? Es krim rasa apa ini?”
Parmin mendongak ke atas pohon dan mendapati seekor Taillow, Pokemon burung berwarna biru tua tengah bertengger di salah satu dahannya.
”Eh, apa Taillow yang melemparkan krim ini?” tebaknya kemudian. ”Kalau Taillow yang melemparkannya, berarti krim ini adalah.... kotoran burung!”
8*&%$@#%I^((&)(#*@)*!(#@*$(%*&*%(#*$(^*%()&*&)^*&()^*%)%*)%&*)&%
(Komentar Taillow, ”Hehehe, enak gak es krimnya? Fresh from the oven lho....)
”Dasar Taillow keparat! Berani-beraninya kamu buang air besar di kepalaku!” caci Parmin marah. ”Sekarang terimalah pembalasanku! Keluarlah Fearow!” Parmin mengeluarkan sebuah PokeBall dan langsung melemparkannya ke udara. Seekor Fearow pun muncul di atas anak itu. ”Fearow, serang di.... eh....” ucapan anak itu terhenti saat benda lunak berlendir warna cokelat jatuh di kepalanya. Dia lalu mendongak ke atas dan kali ini benda yang sama jatuh menimpa matanya.
*#@(#$()!*(#*$(^)&((!*$&%^(&))!@(@)#)$*%*&^)&*)^($(@)@**@(@)#($(%)^(&
”Fearow keparat! Kenapa kamu ikut-ikutan buang kotoran di kepalaku!” Parmin kembali mencaci, sekarang pada Fearow yang baru saja dikeluarkannya.
(Komentar Fearow, ”Maaf Bos, kebelet banget nih...)
”Aku butuh air! Aku butuh air!” teriak Parmin sambil berjalan berputar-putar di tempat yang sama. Mendadak muncul gelombang air yang besar yang mengguyur seluruh badannya membuatnya basah kuyup.
”Terima kasih airnya, tapi gak sebanyak ini juga kaleee!”
”Ayo kita pergi,” kataku sambil memasukkan Polar kembali ke PokeBall. Aku menyuruh Polar untuk menyiramkan air ke Parmin. Dia minta air, jadi ya kuberikan saja.
”Kak L... kau membuatku terkejut,” sahut Parmin tampak kedinginan.
”Profesor sudah menghubungiku, ayo kita kesana,” ajakku. Aku dan Parmin kemudian berjalan menuju Space Center dimana Profesor sudah menunggu. Sepanjang perjalanan, Fearow tampak terbang di atas Parmin sambil mengibas-ngibaskan sayapnya untuk mengeringkan tubuh basah tuannya tersebut.
Setelah beberapa lama berjalan, kami akhirnya tiba di depan Space Center. Profesor tampak menunggu dengan dua buah batu berukuran bola bowling di depannya.
”Hei, si Parmin kenapa?” tanya Profesor heran saat melihat Parmin tampak basah kuyup.
”Dia meminta air dan kuberikan saja....” jawabku tenang.
”Tapi tidak sebanyak ini juga,” sahut Parmin dengan wajah melas.
”Oh, baiklah... kita akan membawa dua batu ini ke kapal. Aku sudah menghubungi Briney untuk menyiapkan perjalanan kita berikutnya,” jelas Profesor kemudian.
”Ini batu apa Profesor?” tanya Parmin ingin tahu.
”Dua batu ini adalah batu meteor, menyimpan kekuatan untuk memberikan daya pada TerraSearch. Sudahlah, kalian berdua angkat cepat... kita bicara lagi di kapal.”

Aku dan Parmin lalu mendekati dua batu itu dan mengangkatnya masing-masing. Di luar dugaan batu itu sangat berat... membuat tanganku seakan patah. Kulihat Parmin juga kesulitan membawa batu yang satu lagi.
”Kalian kenapa?” tanya Profesor melihat ekspresi kesusahan kami.
”Batu ini berat juga...” jawabku sambil meringis.
”Kamu mau menangkap Groudon tidak?”
”I... iya... tentu saja,” jawabku cepat. Huh, baiklah... demi Groudon akan kulakukan apapun!

*

Sementara itu di gurun pasir rute 111....

Sekelompok lelaki berpakaian ala arkeolog tampak berusaha melewati ganasnya badai pasir. Seorang lelaki gemuk tampak berjalan memimpin di depan. Mereka semua terus berjalan walaupun badai bergerak tak karuan.
”Apa sebaiknya kitaa beristirahat terlebih dahulu,” ujar salah seorang di antara mereka. ”Badai ini terlalu kuat.”
”Baiklah, kita beristirahat di balik bukit itu,” jawab lelaki gemuk yang memimpin perjalanan. Mereka pun beristirahat sesampainya di bukit yang dimaksud. Saat tengah beristirahat itulah tiba-tiba terdengar suara misterius di kejauhan. Sekelompok arkeolog itu tampak terkejut mendengarnya.
”Kau mendengar sesuatu?” tanya seseorang di antara mereka.
”Ya, aku mendengar ada suara seperti bernyanyi,” sahut yang lain.
”Apa itu suara hantu?”
Lelaki gemuk langsung berdiri dari duduknya dan melihat jauh ke asal suara. ”Aku belum ada ide, tapi kita akan mencari tahu...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...