BAB XXXI
NYANYIAN MISTERIUS DI GURUN PASIR

Aku keluar dari gym kota Mossdeep dengan perasaan senang. Bagaimana tidak? Aku berhasil memenangkan pertarungan melawan dua bersaudara kembar ketua gym kota Mossdeep, Tate dan Liza. Dengan kemenangan ini berarti aku tinggal menghadapi ketua gym terakhir untuk bisa melengkapi lencana menuju liga Pokemon. Juan, ketua gym terakhir itu bahkan datang melihat pertarungan kami. Kemenangan ini membuatku tak sabar untuk segera menantangnya, terlebih Obalie telah berubah menjadi Todoggler, aku menjadi semakin kuat!
Tapi kenyataannya tujuan ke kota Mossdeep bukanlah untuk memenangkan lencana pikiran gym kota ini, dimana kedatanganku kesini dalam rangka mendapatkan sumber tenaga bagi mesin TerraSearch buatan Profesor Hurr. Dengan mesin itu aku bisa menemukan lokasi dimana gua Terra dan aku bisa mendapatkan Groudon!
”Kak, setelah ini kita kemana?” tanya Parmin yang selalu saja menguntitku.
”Profesor bilang akan menghubungi kita bila beliau sudah mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Aku pikir lebih baik kita menunggu saja di Pokemon Center kota ini.”
Aku dan Parmin kemudian berjalan ke Pokemon Center. Saat melewati sebuah rumah kecil sederhana, entah mengapa aku merasa ada yang memperhatikanku. Aku menoleh ke rumah tersebut dan melihat pintunya tampak terbuka sebagian.

”Parmin, kamu tunggu sebentar ya?” perintahku pada Parmin. Parmin hanya mengangguk dan aku mulai berjalan mendekati rumah misterius itu.
Entah kenapa aku jadi penasaran dengan rumah ini, aku benar-benar tidak mengerti. Tepat di depan kuketuk pintu perlahan namun tidak ada jawaban.
”Permisi... Apa ada orang di rumah?” panggilku memberi salam namun tetap juga tak ada jawaban. Aku tahu masuk ke rumah orang tanpa izin itu tidak benar, tapi rasa penasaran aneh membuatku perlahan memasuki rumah yang pintunya tidak tertutup itu. Saat aku sadar aku telah berada di dalam rumah yang tampak rapi tersebut. Kulihat ke sekeliling ruangan dan melangkah memasuki sebuah kamar yang ada di dalam rumah itu. Aku terkejut saat melihat seseorang duduk di bangku meja kerja membelakangiku. Rambut lelaki itu berwarna putih keperakan dan tak butuh waktu lama untukku mengenalinya sebagai...
”Sudah kuduga kau akan datang,” sapa Steven tanpa menoleh ke arahku. ”Kudengar kau berhasil mengalahkan Tate dan Liza... kau benar-benar hebat.”

”Aku hanya ingin memperingatkanmu untuk mulai berhati-hati... karena para Elite Four telah bergerak untuk memburumu,” jawab Steven datar.
”Aku tahu itu, tidak usah kau peringatkan,” sahutku ketus. Entah mengapa yang muncul kini adalah aura permusuhan yang tajam di antara aku dan Steven, tidak seperti sebelumnya saat kami bersahabat dan bekerjasama. ”Bagaimana keadaan nona Ester? Apa dia sudah siuman?”
”Sudah kukatakan padamu kalau Ester akan baik-baik saja, Glacia telah merawatnya dengan baik. Kalaupun ada perkembangan terbaru kupastikan kau akan mendapatkannya langsung dariku. Saat ini pergi ke Ever Grande sama saja bunuh diri bagimu. Aku heran kenapa Ester bisa menyukai lelaki seperti dirimu...”
Mendadak perasaan kesal memenuhi hatiku. Entah mengapa aku menjadi begitu kesal pada lelaki yang duduk membelakangi di depanku. Tanpa kusadari tanganku mengepal begitu keras.
”Steven, aku sangat ingin melawanmu,” ujarku kemudian.
Steven terdiam. Kudengar suara dengusannya dan sedetik kemudian dia bangkit dari tempat duduknya, berbalik dan langsung menghadap ke arahku.
”Pikirkan dulu sebelum bicara, Lunar Servada,” jawab Steven menatap mataku tajam. ”Aku hanya akan melawanmu bila kau sudah mendapakan delapan lencana liga Hoenn. Bila kau berhasil mengumpulkan semuanya, temui aku di Meteor Falls... aku menunggumu disana.”
”Baiklah, aku akan mendapatkan lencana terakhir dan aku akan menemuimu di Meteor Falls... aku tak sabar melawan juara sepertimu...”
”Huh, aku sudah bukan juara lagi...” sahut Steven. ”Hoenn telah memiliki juara yang baru, namun bukan berarti aku mudah untuk dikalahkan...”
”Aku tahu, seorang juara ataupun mantan juara sama saja... aku akan berusaha mengalahkanmu!”
”Kita lihat dan buktikan nanti... siapa yang lebih kuat di antara kita berdua!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...