SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 30 April 2014

Lunar's Diary: Eps.428 - Dua Finalis

Episode 428: Dua Finalis

Kembali ke diariku…

Suasana Battle Dome pagi ini begitu ramai. Lebih ramai dari hari pertarungan sebelumnya. Kuamati, semua tempat duduk di tribun penonton telah terisi. Teriakan-teriakan pun terdengar cetar membahana ke berbagai sudut arena. Mereka meneriakkan julukanku, dan julukan si Volta. Sementara, di tribun kehormatan, Scott tampak duduk tenang, menyaksikan langsung pertarungan final ini.

Namun, suasana riuh itu mendadak lengang ketika sesosok perempuan berambut merah pendek dengan gaun hijau tampak anggun memasuki tengah arena. Miss Festival, yang tak lain adalah Flame, bakal kembali memimpin jalannya pertarungan. Kali ini, laga pamungkas turnamen yang telah berjalan selama sebulan lamanya ini.
“Selamat datang di Battle Dome, Battle Frontier!” terdengar jelas suara Flame yang volumenya menjadi berlipat-lipatkarena mikropon.“Selamat datang di Final Frontier Festival!”
“YEEEEEE!!!!”
Seruan para penonton terdengar begitu keras menyahut sapaan Flame.Flame yang melihat antusiasme para penonton tampak senang. “Sepertinya kalian semua sudah tak sabar menyaksikan pertarungan yang telah ditunggu-tunggu… Pertarungan akhir Frontier Festival!”
Lagi, suara Flame disambut riuh sorakan penonton.Mereka terdengar begitu senang dengan pertarungan ini.Membuatku teringat pertarungan final Liga Ever Grande dulu, saat aku berhadapan dengan Kernway.
Pertarungan final hari ini memang bukan partai final pertamaku. Sebelumnya, aku juga pernah mencapai babak final dalam liga Pokemon Hoenn, Ever Grande.Sayangnya, aku gagal menang, aku dikalahkan lawanku saat itu, Erou Kernway. Karenanya, pada finalku kedua ini, aku tak boleh mengulangi kegagalan itu. Aku harus menang!
Di sisi biruInilah dia finalis pertama kita….” Seru Flame mulai memperkenalkan finalis. “Dari Kota Verdanturf… dengan julukan si Pincang… Inilah dia… Lunar Servada!
Serta merta aku muncul ke arena. Seketika pula para penonton langsung berteriak meneriakkan namaku… bukan, mereka meneriakkan julukanku, si Pincang. Mau tak mau aku harus menerima julukan itu, karena memang begitulah aku dikenal di turnamen ini.
“PINCANG! PINCANG! PINCANG!”
“AYO PINCANG! Kalahkan si Badut!
“Pincang, menangkan final ini! Jadilah juara!”
“PINCANG! Kami mendukungmu!”
Teriakan-teriakan itu… keramaian ini… benar-benar momen yang kurindukan. Aku tak menyangka akan merasakannya lagi di Battle Frontier. Saat ini…. Sekali lagi aku di final.
Dan di sisi merah… finalis kedua kita….” Flame kembali memperkenalkan finalis. Kali ini siapa lagi kalau bukan…
Mengaku berasal dari Kota Goldenrod, Provinsi Johto… Inilah dia…. Badut!”
Bersamaan dengan itu, teriakan menggema di berbagai penjuru ruangan. Disusul, munculnya sesosok berambut kuning keemasan, dengan baju putih, dan jubah cokelat berkibar. Itu Volta.
“HIDUP BADUT!”
“AYO BADUT!”
“BADUT! BADUT! BADUT!”
Volta tampak tersenyum mendengar nama julukannya itu berkali-kali disebut. Dia menengadah, melihat berkeliling ke arah tribun penonton.Sejurus kemudian, dia menatap ke arahku dengan tajam.
“HAH! Akhirnya Lunar. Akhirnya kita bersua di arena ini,” ujarnya ketus. “Tak kusangka aku bisa berhadapan kembali denganmu dalam pertarungan Pokemon. Bahkan turnamen resmi seperti ini,” lanjutnya.
“Ya, aku juga begitu,” sahutku tak mau kalah. “Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu. Akhirnya tiba saatku, untuk menuntaskan kebencianku padamu… Badut… atau kalau boleh kusebut… VOLTA!”
Volta tersenyum sinis. Dia menggerakkan tangan kanannya ala pemain sulap kartu, memunculkan tiga buah PokeBall masing-masing terjepit di sela-sela jari tangannya.
“Menarik sekali Lunar… maksudku si Pincang,” ledek Volta.“Karena terakhir kali kita bertarung Pokemon… saat itu kamu kalah dengan menyedihkan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...