Episode
428: Dua Finalis
Kembali
ke diariku…
Suasana Battle Dome pagi ini begitu
ramai. Lebih ramai dari hari pertarungan sebelumnya. Kuamati, semua tempat duduk
di tribun penonton telah terisi. Teriakan-teriakan pun terdengar cetar membahana
ke berbagai sudut arena. Mereka meneriakkan julukanku, dan julukan si Volta. Sementara,
di tribun kehormatan, Scott tampak duduk tenang, menyaksikan langsung
pertarungan final ini.
Namun, suasana riuh itu mendadak lengang
ketika sesosok perempuan berambut merah pendek dengan gaun hijau tampak anggun
memasuki tengah arena. Miss Festival, yang tak lain adalah Flame, bakal kembali
memimpin jalannya pertarungan. Kali ini, laga pamungkas turnamen yang telah
berjalan selama sebulan lamanya ini.
“Selamat
datang di Battle Dome, Battle Frontier!” terdengar jelas suara Flame yang volumenya
menjadi berlipat-lipatkarena mikropon.“Selamat
datang di Final Frontier Festival!”
“YEEEEEE!!!!”
Seruan para penonton terdengar begitu
keras menyahut sapaan Flame.Flame yang melihat antusiasme para penonton tampak
senang. “Sepertinya kalian semua sudah
tak sabar menyaksikan pertarungan yang telah ditunggu-tunggu… Pertarungan akhir
Frontier Festival!”
Lagi, suara Flame disambut riuh sorakan
penonton.Mereka terdengar begitu senang dengan pertarungan ini.Membuatku
teringat pertarungan final Liga Ever Grande dulu, saat aku berhadapan dengan
Kernway.
Pertarungan final hari ini memang bukan
partai final pertamaku. Sebelumnya, aku juga pernah mencapai babak final dalam
liga Pokemon Hoenn, Ever Grande.Sayangnya, aku gagal menang, aku dikalahkan
lawanku saat itu, Erou Kernway. Karenanya, pada finalku kedua ini, aku tak boleh
mengulangi kegagalan itu. Aku harus menang!
“Di
sisi biru… Inilah dia finalis pertama
kita….” Seru Flame mulai memperkenalkan finalis. “Dari Kota Verdanturf… dengan julukan si Pincang… Inilah dia… Lunar
Servada!”
Serta merta aku muncul ke arena. Seketika
pula para penonton langsung berteriak meneriakkan namaku… bukan, mereka meneriakkan
julukanku, si Pincang. Mau tak mau aku harus menerima julukan itu, karena memang
begitulah aku dikenal di turnamen ini.
“PINCANG! PINCANG! PINCANG!”
“AYO PINCANG! Kalahkan si Badut!
“Pincang, menangkan final ini! Jadilah
juara!”
“PINCANG! Kami mendukungmu!”
Teriakan-teriakan itu… keramaian ini…
benar-benar momen yang kurindukan. Aku tak menyangka akan merasakannya lagi di
Battle Frontier. Saat ini…. Sekali lagi aku di final.
“Dan
di sisi merah… finalis kedua kita….” Flame kembali memperkenalkan finalis.
Kali ini siapa lagi kalau bukan…
“Mengaku
berasal dari Kota Goldenrod, Provinsi Johto… Inilah dia…. Badut!”
Bersamaan dengan itu, teriakan menggema
di berbagai penjuru ruangan. Disusul, munculnya sesosok berambut kuning
keemasan, dengan baju putih, dan jubah cokelat berkibar. Itu Volta.
“HIDUP BADUT!”
“AYO BADUT!”
“BADUT! BADUT! BADUT!”
Volta tampak tersenyum mendengar nama
julukannya itu berkali-kali disebut. Dia menengadah, melihat berkeliling ke
arah tribun penonton.Sejurus kemudian, dia menatap ke arahku dengan tajam.
“HAH! Akhirnya Lunar. Akhirnya kita
bersua di arena ini,” ujarnya ketus. “Tak kusangka aku bisa berhadapan kembali
denganmu dalam pertarungan Pokemon. Bahkan turnamen resmi seperti ini,”
lanjutnya.
“Ya, aku juga begitu,” sahutku tak mau
kalah. “Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu. Akhirnya tiba saatku, untuk
menuntaskan kebencianku padamu… Badut… atau kalau boleh kusebut… VOLTA!”
Volta tersenyum sinis. Dia menggerakkan
tangan kanannya ala pemain sulap kartu, memunculkan tiga buah PokeBall
masing-masing terjepit di sela-sela jari tangannya.
“Menarik sekali Lunar… maksudku si
Pincang,” ledek Volta.“Karena terakhir kali kita bertarung Pokemon… saat itu
kamu kalah dengan menyedihkan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...