Episode 72: Liburan Hingga Malam
Tiga hari sudah kami berada di kota Lilycove. Disini kami menikmati hampir semua fasilitas yang ada di kota ini mulai dari pantainya yang elok, museum seni rupa, mall terbesar di seluruh Hoenn, hingga ke Taman Safari atau Safari Zone.
”Kau benar-benar mau membeli semua barang ini?” tanyaku tak percaya melihat begitu banyak barang belanjaan yang dibeli oleh Flame di mall Lilycove. Ada permadani, meja, pakaian, keset bergambar not balok, hingga boneka-boneka Pokemon. Harganya pun terbilang mahal-mahal. Ini pertama kalinya aku menemani seorang perempuan berbelanja. Baru aku tahu kalau perempuan sangat senang berbelanja. Mereka tak bisa diam bila melihat benda yang dianggapnya bagus.
”Tentu saja aku beli,” jawab Flame menjawab pertanyaanku. “Memangnya kenapa?”
“Gak apa-apa sih, tapi apa kau akan membawa semua barang ini ke Continent Magmarine? Terus, bagaimana caramu membawanya?”
”L, aku tidak akan membawa barang-barang ini ke kapal selam, aku akan mengirimnya ke rumahku di pulau Cinnabar,” jawab Flame. ”Nanti kalau kita sudah berhasil menangkap Groudon, aku akan kembali ke pulau dan menikmati semua ini.”
”Oh, baiklah...” sahutku menyudahi pembicaraan. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
Setelah dari mall, kami pergi ke Taman Safari di kota Lilycove. Taman Safari ini adalah satu-satunya di provinsi Hoenn. Disana kami bisa melihat banyak sekali Pokemon yang hanya bisa ditemukan di tempat ini di Hoenn. Disini juga kami diperbolehkan menangkap Pokemon yang kami inginkan dengan bola khusus yang disebut Safari ball, namun kami dilarang keras membawa masuk Pokemon kami. Jadi kami menangkap Pokemon setelah memancingnya dengan Pokeblock, makanan kesukaan Pokemon atau dengan melempari dengan batu agar Pokemon itu menjadi marah dan mendekati kita.
Flame tampak antusias dengan Taman Safari. Dia berusaha keras menangkap Pokemon-Pokemon yang dianggapnya lucu dan menggemaskan, namun sampai waktu berkunjung di Safari Zone habis, dia tak juga mendapatkan Pokemon yang diinginkannya. Padahal Flame telah membuat banyak sekali Pokeblock. Aku sendiri masih cukup beruntung karena berhasil mendapatkan seekor Sunkern, Pokemon berbentuk biji bunga. Flame yang melihatku berhasil mendapatkan Sunkern tampak iri.
Oh ya, Badut tak ikut dengan kami ke mall dan ke Taman Safari. Dia lebih memilih mengunjungi sebuah warung internet di samping mall. Saat aku menemuinya kembali seusai dari Taman Safari, dia masih asyik duduk di depan layar komputer.
”Memangnya kamu main apa sih? Kok sepertinya menyenangkan?” tanyaku penasaran.
”Oh, aku sedang memainkan Shoddy Battle. Ini mengasyikkan lho!” jawabnya meyakinkan.
“Shoddy battle? Apaan tuh?” tanyaku penasaran.
“Semacam simulasi pertarungan Pokemon di internet. Disini kita bisa memilih Pokemon apa saja yang ingin kita mainkan,” jelas Badut. ”Kau bisa menantang semua pemain dari seluru penjuru dunia. Saat ini trainer terhebat adalah dua orang dengan username Gigatitan dan Uuton. Kau mau coba?”
”Boleh juga!”
Permainan yang ditunjukkan Badut sangat menarik, aku langsung menyukainya saat pertama memainkannya. Kami berdua pun memainkannya terus-menerus hingga malam. Dan saat tengah asyik bermain, tiba-tiba seseorang menjewer telinga kami keras. Rupanya Flame!
”Mau sampai kapan kalian bermain disini?” tanyanya tampak marah. ”Laki-laki yang baik tidak menghabiskan waktunya sampai malam begini di warung internet. Kalian buka situs porno ya?”
”Enak saja, kami main game kok,” sanggahku cepat.
”Memangnya kalian main apa sih?” tanya Flame penasaran.
”Nih, coba saja sendiri!” tantang Badut.
Flame melihat apa yang kami mainkan. Dia lalu mencoba permainannya dan sepertinya dia menyukainya. Dia menggeserku dari tempat duduk dengan kasar hingga aku terjatuh dari tempat duduk.
”Hei, itu tempatku!” protesku.
”Sudah, kamu cari tempat lain saja,” jawab Flame santai tanpa memalingkan wajah ke arahku sedikitpun. Tampaknya dia ikut tertarik dengan permainan itu. Aku pun mencari meja lain untuk melanjutkan permainanku.
Kami bertiga akhirnya sama-sama memainkan permainan itu hingga larut malam. Kami baru berhenti bermain saat warung internet itu ditutup pada jam satu malam.
”Sial! Aku belum sempat menantang si Uuton itu!” keluh Flame kesal. ”Kenapa sih warung internet ini tutup jam satu? Tak bisakah buka seharian penuh?”
”Hoahem... Sudahlah,” sahutku sambil menguap. ”Ini sudah larut malam, waktunya kita kembali ke motel. Lagipula tak baik perempuan masih ada di luar malam-malam begini.”
”Aku kan lagi liburan, memangnya tidak boleh!” jawab Flame kesal.
”L benar, kita harus segera tidur. Besok kita masih bisa menikmati liburan kita,” hibur Badut.
”Ya sudahlah...” Flame tampak kesal, tapi mau bagaimana lagi. Diam-diam kuperhatikan wajahnya yang sedang kesal. Wajahnya manis juga saat sedang kesal.
Aku senang sekali hari ini. Baru kali ini aku menikmati liburan dengan kedua temanku itu hingga larut malam. Kulihat mereka tampak bahagia, dan tentunya itu menjadikan kebahagiaan pula untukku. Aku pasti akan sangat merindukan saat-saat ini, saat-saat bersama dengan kedua teman yang sangat aku sayang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...