
Beberapa grunt Tim Magma termasuk diriku dengan dipimpin Tabitha mengejar Volta di lorong kapal selam. Namun Volta memerintahkan Electabuzz miliknya untuk mengeluarkan kejutan petir guna memperlambat para pengejarnya hingga pada akhirnya dia berhasil keluar dari kapal selam yang tengah berada di dalam laut itu dengan menggunakan teleport Kadabra.
“Sial!” umpat Tabitha kesal. Dia lalu mengeluarkan Magmavon-nya. “Perintahkan nahkoda untuk menaikkan kapal selam!” teriaknya keras pada Magmavon. ”Untuk semua unit, status tim dalam keadaan siaga! Ini darurat! Semuanya berkumpul di aula pertemuan sekarang!”
Suasana panik langsung mendera seluruh penghuni kapal selam Magmarine. Ya, sebuah barang yang sangat berharga telah dicuri dari dalam ruangan Maxie. Bukan itu saja, ternyata sang pencuri adalah mata-mata musuh yang selama ini menyamar sebagai anggota Tim Magma. Dan yang membuat aku sedih, orang itu ternyata adalah temanku, rekanku di dalam regu G.

Semua grunt telah berkumpul di aula pertemuan yang saat itu sedang dipakai untuk pesta. Para grunt tidak sempat berganti pakaian karena suasana saat ini benar-benar darurat. Di mimbar, Tabitha telah siap memberi perintah.
”Segera setelah kapal ini naik ke atas permukaan, kalian segera menuju hangar dan gunakan helikopter yang ada untuk mengejar Badut atau identitas aslinya adalah Volta itu,” perintah Tabitha. ”Dia pasti belum jauh, karena itulah pastikan kalian menangkapnya!”
”Siap!”
Kapal selam kemudian telah naik ke atas permukaan. Beberapa helikopter Tim Magma pun mulai meluncur keluar dari hangar dan terbang mengejar Volta.
”Aku tak menyangka kalau Volta adalah mata-mata Tim Aqua,” ujar Flame lemah saat mengantarkan kepergian helikopter di hangar. Air mukanya menunjukkan kesedihan. Sepertinya sebentar lagi dia akan menangis.
”Harusnya aku curiga saat dia tak ingin kita memanggilnya dengan nama aslinya,” sahutku. ”Tak ada gunanya bersedih. Sekarang yang terpenting adalah menangkapnya.”
”Tapi dia kan...”
”Persetan dengan persahabatan kalau berakhir seperti ini!” potongku cepat. ”Aku tak bisa berdiam diri sementara yang lain sedang berusaha menangkapnya.”
Aku kemudian berjalan keluar dari hangar. Langit malam yang gelap tanpa bintang langsung menyambutku.
”Kau mau kemana L?” cegah Flame.
“Kemana lagi? Tentu saja menangkap si Badut brengsek itu!” jawabku dengan penuh amarah. Kini amarahku benar-benar meluap terhadap Volta. Firasat burukku benar-benar terjadi.
“Tapi kau kan tidak bisa mengendarai helikopter?” sahut Flame pelan. Dia sepertinya takut melihat kemarahanku.
“Kau pikir aku akan memakai helikopter?” jawabku ketus. “Helikopter takkan bisa menangkapnya, aku yakin itu. Badut brengsek itu cukup lihai untuk menghindar dan melarikan diri, apa kau tak mengenalnya?”
”Lalu...” Flame terlihat mulai menitikkan air mata.
”Saat ini yang kita hadapi adalah salah satu grunt terbaik Tim Magma, walaupun kita tahu kemudian kalau dia adalah mata-mata. Dia tak boleh dianggap remeh.” Aku lalu mengeluarkan Nest Ball dan melemparkannya ke udara. Dari dalam bola hijau itu keluar Pokemon hijau yang tak lain adalah Tropius. ”Flame,” ujarku sambil menatap wajah gadis itu, ”yang kita hadapi sekarang mungkin musuh, tapi bagi kita dia adalah sahabat, benar begitu?” Flame mengangguk. ”Dan kau harus tahu satu hal Flame, aku takkan membiarkan begitu saja orang yang telah membuatmu menangis. Aku pasti akan menangkapnya, aku pastikan itu!”

Sesaat setelah mengatakan hal itu, aku langsung naik ke atas Tropius. Terima kasih pada Fadli yang memberiku HM Fly, yang memungkinkan Tropius untuk bisa terbang membawaku. ”Tropius, ayo kita terbang,” bisikku pada Pokemon yang pernah menyelamatkan nyawaku itu, ”.....dan kita tangkap pengkhianat itu!”
“Sial!” umpat Tabitha kesal. Dia lalu mengeluarkan Magmavon-nya. “Perintahkan nahkoda untuk menaikkan kapal selam!” teriaknya keras pada Magmavon. ”Untuk semua unit, status tim dalam keadaan siaga! Ini darurat! Semuanya berkumpul di aula pertemuan sekarang!”
Suasana panik langsung mendera seluruh penghuni kapal selam Magmarine. Ya, sebuah barang yang sangat berharga telah dicuri dari dalam ruangan Maxie. Bukan itu saja, ternyata sang pencuri adalah mata-mata musuh yang selama ini menyamar sebagai anggota Tim Magma. Dan yang membuat aku sedih, orang itu ternyata adalah temanku, rekanku di dalam regu G.
*

Semua grunt telah berkumpul di aula pertemuan yang saat itu sedang dipakai untuk pesta. Para grunt tidak sempat berganti pakaian karena suasana saat ini benar-benar darurat. Di mimbar, Tabitha telah siap memberi perintah.
”Segera setelah kapal ini naik ke atas permukaan, kalian segera menuju hangar dan gunakan helikopter yang ada untuk mengejar Badut atau identitas aslinya adalah Volta itu,” perintah Tabitha. ”Dia pasti belum jauh, karena itulah pastikan kalian menangkapnya!”
”Siap!”
Kapal selam kemudian telah naik ke atas permukaan. Beberapa helikopter Tim Magma pun mulai meluncur keluar dari hangar dan terbang mengejar Volta.
”Aku tak menyangka kalau Volta adalah mata-mata Tim Aqua,” ujar Flame lemah saat mengantarkan kepergian helikopter di hangar. Air mukanya menunjukkan kesedihan. Sepertinya sebentar lagi dia akan menangis.
”Harusnya aku curiga saat dia tak ingin kita memanggilnya dengan nama aslinya,” sahutku. ”Tak ada gunanya bersedih. Sekarang yang terpenting adalah menangkapnya.”
”Tapi dia kan...”
”Persetan dengan persahabatan kalau berakhir seperti ini!” potongku cepat. ”Aku tak bisa berdiam diri sementara yang lain sedang berusaha menangkapnya.”
Aku kemudian berjalan keluar dari hangar. Langit malam yang gelap tanpa bintang langsung menyambutku.
”Kau mau kemana L?” cegah Flame.
“Kemana lagi? Tentu saja menangkap si Badut brengsek itu!” jawabku dengan penuh amarah. Kini amarahku benar-benar meluap terhadap Volta. Firasat burukku benar-benar terjadi.
“Tapi kau kan tidak bisa mengendarai helikopter?” sahut Flame pelan. Dia sepertinya takut melihat kemarahanku.
“Kau pikir aku akan memakai helikopter?” jawabku ketus. “Helikopter takkan bisa menangkapnya, aku yakin itu. Badut brengsek itu cukup lihai untuk menghindar dan melarikan diri, apa kau tak mengenalnya?”
”Lalu...” Flame terlihat mulai menitikkan air mata.
”Saat ini yang kita hadapi adalah salah satu grunt terbaik Tim Magma, walaupun kita tahu kemudian kalau dia adalah mata-mata. Dia tak boleh dianggap remeh.” Aku lalu mengeluarkan Nest Ball dan melemparkannya ke udara. Dari dalam bola hijau itu keluar Pokemon hijau yang tak lain adalah Tropius. ”Flame,” ujarku sambil menatap wajah gadis itu, ”yang kita hadapi sekarang mungkin musuh, tapi bagi kita dia adalah sahabat, benar begitu?” Flame mengangguk. ”Dan kau harus tahu satu hal Flame, aku takkan membiarkan begitu saja orang yang telah membuatmu menangis. Aku pasti akan menangkapnya, aku pastikan itu!”

Sesaat setelah mengatakan hal itu, aku langsung naik ke atas Tropius. Terima kasih pada Fadli yang memberiku HM Fly, yang memungkinkan Tropius untuk bisa terbang membawaku. ”Tropius, ayo kita terbang,” bisikku pada Pokemon yang pernah menyelamatkan nyawaku itu, ”.....dan kita tangkap pengkhianat itu!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...