SERVADA CHRONICLES: HUNTER SEASON
BAB XXVI: ANGIN PERAK
Episode 177: Mendarat di Slateport
Di suatu tempat tanpa aku tahu...
”Kapan Nyonya kembali? Apakah sudah selesai dengan urusan Nyonya?” tanya suara wanita di seberang telepon.
”Ada satu hal lagi yang harus aku lakukan,” jawab seorang wanita berambut putih yang memegang telepon. ”Setelah itu aku akan kembali, kau tak perlu khawatir.”
”Baiklah, aku berharap Nyonya segera kembali, karena aku tidak bisa menangani semua masalah disini. Disini tuan Putri...”
Tut! Tut! Tut!
Mendadak sambungan telepon tersebut terputus. Rupanya wanita berambut putih sengaja memutus sambungan telepon tersebut. Entah kenapa wanita itu lalu tersenyum misterius.
Kembali ke diariku, bersama Parmin...
Aku dan Parmin terbang menuju ke kota Slateport. Di peta mungkin terlihat dekat, tapi kenyataannya jaraknya cukup jauh. Meski begitu akhirnya kami mendarat juga disana.
”Seperti biasa, kota ini selalu ramai,” ujarku begitu menapak tanah. Aku turun dari Tropius dan memasukkannya ke dalam PokeBall. Parmin melakukan hal yang sama terhadap Fearownya. Suasana di sekitar kami memang sangat ramai, banyak orang lalu-lalang baik di pantai dan di pasar.
”Memang selalu ramai ya?” tanya Parmin polos.
Aku mengangguk. ”Iya, tentu saja. Kota ini adalah kota pelabuhan, menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dari luar provinsi Hoenn. Disini ada sebuah pasar yang sangat terkenal, pasar tradisional kota Slateport. Harga barang-barang yang dijual lumayan murah, jadi banyak pengunjung yang jauh-jauh datang dari kota lain. Selain itu di kota ini sering diadakan berbagai macam festival seperti festival musim panas atau kontes Pokemon, menjadikan kota ini banyak dikunjungi. Serta tentu saja, jangan lupakan pantai Slateport yang begitu indah dan ramai wisatawan.”
Mendengar ucapanku sendiri, entah kenapa aku jadi teringat malam festival tahun baru waktu itu, hari dimana Maxie memecatku dari Tim Magma dan juga... hari ulang tahun Flame yang kesembilan belas. Itu adalah hari yang sangat bermakna bagiku karena di hari itu aku mendapatkan ciuman pertamaku. Oh...
”Hai Lunar!” terdengar suara wanita yang sangat kukenal, suara itukan...
”Nona Ester? Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini,” sahutku saat menyadari asal suara. Nona Ester tampak anggun dengan pakaian khasnya dan kini dia berjalan mendekatiku.
”Aku juga tak menyangka bertemu denganmu disini. Aku tadi melihat Tropius dan kupikir itu kau, ternyata perasaanku benar,” ujar nona Ester sambil tersenyum manis. Oh... senyumnya mengalihkan duniaku!
”Sedang apa kau disini?” tanyaku penasaran.
”Aku berencana menonton kontes Pokemon di kota ini. Kudengar kakakmu akan bertanding dalam kontes. Apa kau juga mau menonton pertandingan kakakmu?”
Aku mengangguk. ”Iya, aku ingin menonton kakakku bertanding, sudah lama sekali aku tak menyaksikannya di panggung kontes sebagai seorang koordinator. Kakakku seorang koordinator yang hebat di masanya dan kini dia lebih dikenal sebagai juri dalam kontes Pokemon. Bagaimana kalau kita menontonnya bersama-sama?”
”Tentu saja Lunar, aku akan sangat senang menonton kontes denganmu,” jawab nona Ester. ”Bagaimana kalau sekarang kita langsung ke balai kontes?”
”Baik, mari kita segera ke aula kontes untuk mendapatkan bangku paling depan.”
”Kalau begitu aku beli minuman dulu ya?” sahut Parmin. ”Kak L dan kak Ester mau minuman apa?”
”Aku mau lemon water,” jawabku. ”Kalau kau apa nona Ester?” tanyaku pada nona Ester.
”Aku anggur saja, yang berkelas ya!”
”Anggur?” Parmin tampak bingung. ”Bukankah itu nama buah?” Sudah kuduga dia akan bingung, dasar anak bodoh.
”Sudah, belikan nona Ester lemon water seperti yang kupesan,” jawabku cepat.
”Lunar, tapi aku kan mau...”
”Ayolah nona Ester, sekali-kali minum lemon water tak masalah kan untukmu? Lagipula Parmin tidak cukup umur untuk membeli minuman seperti itu dan juga...”
”Harganya mahal, bilang aja gak ada duit!” potong nona Ester sambil merenggut.
”Oh, ayolah,” hiburku sambil merangkulnya lembut.
Nona Ester kemudian tersenyum. Dia menatap wajahku dan berkata, ”Baiklah, apapun untukmu Lunar sayang. Lagipula, minum lemon water bersama kekasih tampaknya sangat romantis. Bukan begitukan, Banette?”
Banette? Jangan bilang kalau Banette ada di...
”WAH! Singkirkan Pokemon jelek itu! Singkirkan cepat!” teriakku menyadari Banette melayang keluar dari belakang tubuh nona Ester sambil menyunggingkan senyum mengerikannya ke arahku. Nona Ester dan Parmin pun terkikik melihat reaksi ketakutanku. Duh, sampai kapan aku harus mengalami hal seperti ini?
BAB XXVI: ANGIN PERAK

Di suatu tempat tanpa aku tahu...
”Kapan Nyonya kembali? Apakah sudah selesai dengan urusan Nyonya?” tanya suara wanita di seberang telepon.
”Ada satu hal lagi yang harus aku lakukan,” jawab seorang wanita berambut putih yang memegang telepon. ”Setelah itu aku akan kembali, kau tak perlu khawatir.”
”Baiklah, aku berharap Nyonya segera kembali, karena aku tidak bisa menangani semua masalah disini. Disini tuan Putri...”
Tut! Tut! Tut!
Mendadak sambungan telepon tersebut terputus. Rupanya wanita berambut putih sengaja memutus sambungan telepon tersebut. Entah kenapa wanita itu lalu tersenyum misterius.
*
Kembali ke diariku, bersama Parmin...

”Seperti biasa, kota ini selalu ramai,” ujarku begitu menapak tanah. Aku turun dari Tropius dan memasukkannya ke dalam PokeBall. Parmin melakukan hal yang sama terhadap Fearownya. Suasana di sekitar kami memang sangat ramai, banyak orang lalu-lalang baik di pantai dan di pasar.
”Memang selalu ramai ya?” tanya Parmin polos.
Aku mengangguk. ”Iya, tentu saja. Kota ini adalah kota pelabuhan, menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dari luar provinsi Hoenn. Disini ada sebuah pasar yang sangat terkenal, pasar tradisional kota Slateport. Harga barang-barang yang dijual lumayan murah, jadi banyak pengunjung yang jauh-jauh datang dari kota lain. Selain itu di kota ini sering diadakan berbagai macam festival seperti festival musim panas atau kontes Pokemon, menjadikan kota ini banyak dikunjungi. Serta tentu saja, jangan lupakan pantai Slateport yang begitu indah dan ramai wisatawan.”
Mendengar ucapanku sendiri, entah kenapa aku jadi teringat malam festival tahun baru waktu itu, hari dimana Maxie memecatku dari Tim Magma dan juga... hari ulang tahun Flame yang kesembilan belas. Itu adalah hari yang sangat bermakna bagiku karena di hari itu aku mendapatkan ciuman pertamaku. Oh...
”Hai Lunar!” terdengar suara wanita yang sangat kukenal, suara itukan...
”Nona Ester? Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini,” sahutku saat menyadari asal suara. Nona Ester tampak anggun dengan pakaian khasnya dan kini dia berjalan mendekatiku.
”Aku juga tak menyangka bertemu denganmu disini. Aku tadi melihat Tropius dan kupikir itu kau, ternyata perasaanku benar,” ujar nona Ester sambil tersenyum manis. Oh... senyumnya mengalihkan duniaku!
”Sedang apa kau disini?” tanyaku penasaran.
”Aku berencana menonton kontes Pokemon di kota ini. Kudengar kakakmu akan bertanding dalam kontes. Apa kau juga mau menonton pertandingan kakakmu?”
Aku mengangguk. ”Iya, aku ingin menonton kakakku bertanding, sudah lama sekali aku tak menyaksikannya di panggung kontes sebagai seorang koordinator. Kakakku seorang koordinator yang hebat di masanya dan kini dia lebih dikenal sebagai juri dalam kontes Pokemon. Bagaimana kalau kita menontonnya bersama-sama?”
”Tentu saja Lunar, aku akan sangat senang menonton kontes denganmu,” jawab nona Ester. ”Bagaimana kalau sekarang kita langsung ke balai kontes?”
”Baik, mari kita segera ke aula kontes untuk mendapatkan bangku paling depan.”
”Kalau begitu aku beli minuman dulu ya?” sahut Parmin. ”Kak L dan kak Ester mau minuman apa?”
”Aku mau lemon water,” jawabku. ”Kalau kau apa nona Ester?” tanyaku pada nona Ester.
”Aku anggur saja, yang berkelas ya!”
”Anggur?” Parmin tampak bingung. ”Bukankah itu nama buah?” Sudah kuduga dia akan bingung, dasar anak bodoh.
”Sudah, belikan nona Ester lemon water seperti yang kupesan,” jawabku cepat.
”Lunar, tapi aku kan mau...”
”Ayolah nona Ester, sekali-kali minum lemon water tak masalah kan untukmu? Lagipula Parmin tidak cukup umur untuk membeli minuman seperti itu dan juga...”
”Harganya mahal, bilang aja gak ada duit!” potong nona Ester sambil merenggut.
”Oh, ayolah,” hiburku sambil merangkulnya lembut.
Nona Ester kemudian tersenyum. Dia menatap wajahku dan berkata, ”Baiklah, apapun untukmu Lunar sayang. Lagipula, minum lemon water bersama kekasih tampaknya sangat romantis. Bukan begitukan, Banette?”
Banette? Jangan bilang kalau Banette ada di...
”WAH! Singkirkan Pokemon jelek itu! Singkirkan cepat!” teriakku menyadari Banette melayang keluar dari belakang tubuh nona Ester sambil menyunggingkan senyum mengerikannya ke arahku. Nona Ester dan Parmin pun terkikik melihat reaksi ketakutanku. Duh, sampai kapan aku harus mengalami hal seperti ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...