
Lydia’s Diary
”Hanya tersisa tidak lebih dari satu menit, ini adalah kesempatan terakhir bagi kedua koordinator untuk melakukan serangan. Siapakah yang lebih beruntung?”
Aku harus meningkatkan nilai, tidak boleh terpancing untuk menjatuhkan Chimecho karena itu akan cukup sulit. Sekarang pikirkan jurus yang cantik. Baiklah, sudah kuputuskan!
”Rainbow, gunakan aroma wangi!”
Rainbow lalu mengeluarkan serbuk merah muda yang bertebaran di seluruh arena. Serbuk itu menyebar dan memunculkan aroma wangi di sekelilingnya.
”Aroma wangi yang luar biasa, nilai bertambah bagi Lydia!”
”Jadi kamu sekarang fokus pada penambahan nilai?” tanya wanita bernama L seolah menebak jalan pikiranku.
”Tentu saja, menjatuhkan Chimecho akan sulit saat ini.”
”Kalau begitu kamu yang memintanya, Chimecho gunakan pikiran tenang kembali!”
Chimecho kembali berkonsentrasi menggunakan pikiran tenang. Jurus yang sama seperti ini akan mengurangi nilainya, tapi memiliki kesempatan untuk menjatuhkan Rainbow dan bila itu terjadi maka nilai tinggipun percuma saja. Rupanya dia bisa menangkis strategiku, benar-benar koordinator yang luar biasa!
”Sekarang sampai waktu habis, Rainbow gunakan angin puyuh!” perintahku di detik-detik terakhir pertarungan. Rainbow lalu mengeluarkan pusaran angin yang menyelimuti Chimecho namun tak menghasilkan efek apa-apa.
”Angin puyuh yang indah, nilai bertambah signifikan untuk Lydia!”
”Aku selesaikan sekarang! Chimecho, Saikik!” mendadak wanita bernama L memberikan perintah lantang dan Chimecho pun memunculkan sinar violet yang tadi menghantam Rainbow. Rainbow kembali terhempas dengan dahsyat dan jatuh ke lantai. Oh, tidak... Rainbow sudah kehabisan health pointnya!
”Serangan yang sama menurunkan nilai L, kini nilai L telah habis. Tetapi serangan terakhir membuat Masquerain pingsan dan tidak mampu melanjutkan pertarungan. Karena keduanya terjadi secara bersamaan pada giliran terakhir, maka dengan demikian pertarungan ini berakhir... imbang!”
Pertarungan sudah selesai, hasilnya seri. Aku berhasil menghabiskan nilai L sementara L berhasil membuat Rainbow pingsan. Aku menang angka, sementara L menang bertahan, hasil pertarungan ini benar-benar imbang.
Perlahan tapi pasti riuh suara penonton terdengar di seluruh penjuru ruangan. Aku menoleh ke arah bangku penonton dan melihat ekspresi Lunar yang sangat bersemangat.
”Kak Lydia, imbang pun tak apa-apa, Kakak sudah berusaha dengan sangat baik!” teriaknya dari bangku penonton.
Huh, dasar Lunar...
*

”Good Game... Permainan yang bagus, Lydia Servada,” tiba-tiba terdengar suara yang kukenal sebagai suara wanita bernama L yang menjadi lawanku dalam ekshibisi tadi. Aku menoleh dan melihat wanita itu tengah berdiri tak jauh di sampingku dengan Chimecho miliknya melayang di sampingnya. ”Aku tak heran bila kamu dijuluki Angin Perak dari Verdanturf, julukan itu memang sangat tepat untukmu, Lydia.”
”Anda juga koordinator yang hebat, aku tak menyangka Anda bisa menangkis strategiku dengan begitu brutal, hebat sekali,” balasku memuji. ”Tapi ada sesuatu yang membuatku sangat penasaran. Aku merasa mengenal Anda, apakah kita pernah bertemu?”
”Mungkin demikian,” jawabnya. ”Kudengar kamu mengurus sebuah peternakan Pokemon dan peternakan Pokemon itu akan segera kamu tutup? Benarkah?”
”Darimana Anda tahu?” tanyaku terkejut. Aku memang mengurus peternakan Pokemon bernama Servada Ranch dan saat ini peternakanku sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga aku berencana menutupnya. Tetapi darimana wanita ini bisa tahu? Aku tak pernah mengatakan hal ini kecuali pada adikku saja. Apa adikku mengenal wanita ini?
”Darimana aku tahu itu bukan hal yang penting,” jawab wanita itu datar. ”Aku akan membantu peternakanmu, anggap saja sebagai hadiah dariku karena kamu telah menghadirkan pertarungan yang hebat tadi. Bila kamu keluar dari gedung ini, jangan lupa untuk melihat rekeningmu, aku sudah menambahkan beberapa disana.”
”Si...siapa Anda ini sebenarnya?” tanyaku tak kuasa menahan rasa penasaran.
”Aku sudah berjanji akan memberitahukan namaku bila kamu berhasil mengalahkanku dalam pertarungan ekshibisi tadi. Tapi kita bermain imbang jadi aku tak bisa mengatakan nama asliku. Meski begitu, ini adalah sebuah pengecualian, aku akan memberitahukan namaku padamu....” Wanita itu lalu mendekat tepat di sampingku dan dia berbisik pelan, ”Namaku Lumina...”
Lumina? Ini tidak mungkin... aku tak percaya ini... apakah wanita ini adalah...
Aku menoleh ke arah wanita misterius itu, dan dia sudah mulai berjalan membelakangiku ke arah lain lorong loker.
”I...ibu...” panggilku lemah.
”Akhirnya kamu menyadarinya juga Lydia...” sahut wanita bernama Lumina, yang tak lain adalah... ibuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...