SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 01 Januari 2011

L's Diary: Eps.187 - Parmin Memimpin

wooper gifEpisode 187: Parmin Memimpin

Pokemon kedua Parmin belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku heran, kenapa Pokemon-Pokemon Parmin tampak asing ya? Apa dia berasal dari luar Hoenn? Bodohnya aku, kenapa aku tidak menanyakan asal-usul bocah bodoh itu? Sepertinya aku sudah ketularan bodoh...
”Nidorino, serangan tanduk!” perintah Parmin. Nidorino berlari cepat dan menyeruduk Scizor dengan tanduknya, tetapi Scizor Redz tampak baik-baik saja.

”Kamu bodoh! Serangan normal macam itu takkan ada gunanya melawan tipe besi,” cibir Redz. ”Kamu payah sekali ya? Sekarang lihatlah ini, Scizor pukulan peluru!” Scizor melayangkan pukulannya, menghempaskan Nidorino dalam sekali pukul, tetapi Nidorino masih bertahan walau terseret-seret.
”Parmin, berpikirlah! Jangan terima dihina seperti itu!” teriakku lagi-lagi memberi semangat. Well, biarpun Parmin itu bodoh, tapi dia teman seperjalananku, aku harus mendukungnya.
”Tapi kak L, aku kan memang bodoh?” sahut Parmin dengan wajah polosnya.
GUBRAK!
”Hahaha... dasar idiot!” ledek Redz mendengar ucapan Parmin. ”Aku heran kenapa idiot seperti kamu bisa maju sampai sejauh ini.”
”Aku mungkin idiot,” sahut Parmin, ”tapi aku selalu tahu kalau mereka yang memanggilku idiot, adalah orang-orang yang lebih idiot dariku!”
”KAREPMU!” bentak Redz keras. ”Scizor, langsung bantai idiot ini, pukulan peluru!”
”Nidorino, kilatan petir!”
Nidorino bergerak menyerang terlebih dulu. Tanduknya memancarkan sinar kekuning-kuningan yang lalu menyerang menyambar Scizor yang tengah melayang hendak memukulnya. Scizor terhempas, jatuh dan pingsan.
”Sangat menarik,” tiba-tiba terdengar suara angkuh di sampingku. Suara itu berasal dari seorang anak yang sedang melihat PokeDex miliknya. ”Kedua Pokemon itu memiliki statistik speed yang sama yaitu 65. Benar-benar kebetulan yang menarik.”
”Lalu kenapa?” aku berdiri dari tempat dudukku dan mendelik ke arahnya. ”Kamu mau memamerkan PokeDex itu padaku?” tanyaku kesal dengan tingkah anak sombong itu. ”Dian, singkirkan dia sekarang...”
Mendadak Sandslash andalanku muncul dari bawah anak itu dan langsung melemparkannya menembus atap Battle Tent diiringi suara teriakan ’kecil’, hilang jadi sinar kemilau di langit.
”Kerja bagus Sandslash,” ujarku memasukkannya kembali ke dalam PokeBall dan aku kembali duduk di tempatku. Huh, anak yang bikin iri itu memang pantas diberi pelajaran. Mentang-mentang punya PokeDex lalu seenaknya menyindirku yang tidak punya PokeDex? Jangan main-main ya sama Lunar Servada...
Oke, kita kembali ke arena pertarungan Parmin, bocah sombong itu benar-benar sudah mengganggu kenikmatan menonton saja. Scizor pingsan dan kini Redz akan mengeluarkan Pokemon keduanya. Dia melemparkan PokeBall dan keluarlah Pokemon biru menyerupai buaya yang berdiri dengan kedua kakinya.
Duel Nidorino melawan Feraligatr!
”Feraligatr, tembakan air!” perintah Redz pada Pokemon buaya yang dipanggilnya Feraligatr. Feraligatr lalu menembakkan air dari mulutnya dan langsung mengenai Nidorino namun Nidorino masih bertahan.
”Nidorino, ulangi kilatan petir!” perintah Parmin dengan jurus yang sama seperti sebelumnya. Kilatan petir pun muncul dari culanya dan langsung menyambar Feraligatr hingga Feraligatr merasa kesakitan. Meski begitu Feraligatr masih bertahan walaupun tampak kesakitan. Kupikir dengan sekali serang saja Feraligatr akan langsung pingsan.
”Ferali, aqua jet!” perintah Redz di giliran kedua. Feraligatr bergerak cepat menghantam Nidorino dengan air di sekeliling tubuhnya. Nidorino terlempar, namun Feraligatr juga ikut terlempar ke belakang. Pokemon itu memegangi tubuhnya, tampaknya kesakitan. Oh, kulitnya berubah menjadi keunguan... apakah dia keracunan?
”Titik racun,” ujar Parmin. ”Nidorino memiliki kemampuan titik racun, dan aku sudah berkali-kali hampir mati keracunan setiap kali memegang badannya. Entah kenapa aku selalu lupa kalau kulitnya beracun.”
Kemampuan titik beracun memang membuat sentuhan fisik memiliki kemungkinan meracuni Pokemon lawan, jadi tak heran kalau Feraligatr kemudian keracunan, serta tidak heran juga kalau Parmin suka lupa kalau kulitnya beracun karena dia itu bodoh. Oh, lebih baik aku mulai berhenti mengucapkan kata bodoh, kupikir hal itu tidak baik kukatakan disini.
Feraligatr mengerang kesakitan akibat racun yang menjalar di tubuhnya dan beberapa saat kemudian dia jatuh dan pingsan. Parmin pun unggul sementara ini.

1 komentar:

Anda sopan, Sandslash pun segan...