BAB LI. REAPER
Episode 348. Pembagian Grup
Perhatian seluruh penonton di dalam Dome tertuju pada sosok wanita cantik bergaun kuning di tengah arena. Di belakang kaki wanita berambut merah itu tampak seekor Flareon yang begitu setia mengikutinya.
“Halo para Frontier mania!” sapa wanita itu disambut riuh suara penonton di seluruh penjuru ruangan Dome. “Selamat datang di Frontier Festival! Nama saya Flame Evers dan saya yang akan memandu setiap pertarungan selama turnamen ini berlangsung. Mohon kerjasamanya ya?”
“YAAAA!!!” jawab penonton seperti paduan suara yang kompak. Suasana di dalam dome pun menjadi semakin meriah.
“Itu Flame teman kita dulu?” Tanya Darko tampak terkejut melihat Flame.
Aku mengangguk. “Ya, aku bertemu dengannya di kapal. Aku tak menyangka dia jadi Miss Festival.”
“Wah… aku tak menyangka bisa bertemu kalian berdua disini… maksudku bertemu kembali dengan sesama anggota Tim Magma…”
“Mantan,” potongku. “Sesama mantan anggota Tim Magma. Apa kamu lupa kalau kamu dipecat waktu itu?”
“Ah iya, lagipula Tim Magma sudah bubar,” sahut Darko pelan. Dia lalu mengamati Flame dari kejauhan dengan seksama. “Dia semakin cantik aja ya Lunar? Cantik dan juga pintar… aku ingat bagaimana dia mengalahkan timku di ujian regu elit Tim Magma…”
“Regu G… Regu G yang mengalahkan regu kalian,” potongku meralat.
“Iya, tapikan Flame bagian regu G juga.”
“Lalu kamu mau bilang kalau aku dan Ba…” perkataanku langsung terhenti. Entah kenapa aku tidak ingin mengingat satu lagi anggota regu G itu.
“Maafkan aku Lunar, aku tak bermaksud mengungkitnya,” kata Darko menyesal melihat perubahan sikapku.
“Tidak apa-apa Darko, lupakan saja,” kataku sambil tersenyum. “Daripada memikirkan masa lalu, lebih baik kita perhatikan apa yang akan dikatakan Flame terkait turnamen ini. Kita disini kan untuk ikut turnamen, bukan untuk reuni Tim Magma.”
Aku dan Darko pun kembali memerhatikan ke tengah arena dimana Flame tengah berbicara disana.
“Dan sekarang saya akan membacakan pembagian grup untuk turnamen ini,” kata Flame melihat pada kertas yang ada di tangan kirinya. “Ada tiga puluh dua peserta yang terdaftar dalam turnamen ini yang semuanya terbagi dalam delapan grup. Dua terbaik dari setiap grup akan melaju ke fase gugur. Inilah mereka!”
Pandangan Flame langsung bergerak ke layar besar di belakangnya. Perhatian para penonton pun ikut tertuju pada layar besar itu. Layar yang sebelumnya hitam itu kemudian langsung menyala menampilkan delapan kotak. Di setiap kotak terdapat empat potret peserta. Aku memerhatikan setiap kotak itu seksama untuk mencari potretku. Darko pun melakukan hal yang sama, melihat dengan penuh perhatian. Pada akhirnya aku berhasil menemukan potretku di kotak D bersama dengan tiga potret lainnya. Salah satu dari tiga potret yang terdapat dalam kotak itu membuatku terkejut karena potret itu adalah potret…
“Aku benar-benar beruntung…” kata Darko sembari melihat ke arahku. “Aku tak hanya bisa kembali bertemu denganmu Lunar, tapi aku juga bisa bertarung melawan salah satu trainer paling terkenal di Hoenn… si pincang dari Verdanturf!”
“Ya… kita berada di kotak yang sama…” sahutku mengerti maksud perkataan Darko. Potret yang membuatku terkejut itu adalah potret Darko, kami berada di grup yang sama… di grup D! “Ini adalah sebuah kebetulan yang menyenangkan,” komentarku kemudian. “Aku penasaran bagaimana kemampuanmu sekarang… kita akan bertarung untuk membuktikan siapa yang…”
“Tidak… ini tidak mungkin…” ucapanku terputus saat tiba-tiba Flame bersuara. Aku langsung melihat ke arena dimana Flame menatap layar besar sambil menutup mulutnya. Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggunya.
“Nona Flame, ada apa?” Tanya Scott heran.
“Di… dia… ada disini…” kata Flame terbata, membuatku semakin penasaran.
Aku lalu menilik pada layar lebar dan melihat ke arah yang sama yang dilihat oleh Flame. Tatapan Flame tampak memandang ke kotak berhuruf G dimana seperti kotak-kotak lainnya, terdapat empat potret di dalamnya. Aku mengamati empat potret dalam kotak itu dan kini ikut terkejut. Salah satu potret dalam kotak itu aku kenal! Lelaki berambut dengan carut di pipi kanannya… Kubaca nama yang tertera di bawah potret itu dan aku benar-benar yakin siapa dia… Tertulis disitu sebuah nama…. Badut.


“Halo para Frontier mania!” sapa wanita itu disambut riuh suara penonton di seluruh penjuru ruangan Dome. “Selamat datang di Frontier Festival! Nama saya Flame Evers dan saya yang akan memandu setiap pertarungan selama turnamen ini berlangsung. Mohon kerjasamanya ya?”
“YAAAA!!!” jawab penonton seperti paduan suara yang kompak. Suasana di dalam dome pun menjadi semakin meriah.
“Itu Flame teman kita dulu?” Tanya Darko tampak terkejut melihat Flame.
Aku mengangguk. “Ya, aku bertemu dengannya di kapal. Aku tak menyangka dia jadi Miss Festival.”
“Wah… aku tak menyangka bisa bertemu kalian berdua disini… maksudku bertemu kembali dengan sesama anggota Tim Magma…”
“Mantan,” potongku. “Sesama mantan anggota Tim Magma. Apa kamu lupa kalau kamu dipecat waktu itu?”
“Ah iya, lagipula Tim Magma sudah bubar,” sahut Darko pelan. Dia lalu mengamati Flame dari kejauhan dengan seksama. “Dia semakin cantik aja ya Lunar? Cantik dan juga pintar… aku ingat bagaimana dia mengalahkan timku di ujian regu elit Tim Magma…”
“Regu G… Regu G yang mengalahkan regu kalian,” potongku meralat.
“Iya, tapikan Flame bagian regu G juga.”
“Lalu kamu mau bilang kalau aku dan Ba…” perkataanku langsung terhenti. Entah kenapa aku tidak ingin mengingat satu lagi anggota regu G itu.
“Maafkan aku Lunar, aku tak bermaksud mengungkitnya,” kata Darko menyesal melihat perubahan sikapku.
“Tidak apa-apa Darko, lupakan saja,” kataku sambil tersenyum. “Daripada memikirkan masa lalu, lebih baik kita perhatikan apa yang akan dikatakan Flame terkait turnamen ini. Kita disini kan untuk ikut turnamen, bukan untuk reuni Tim Magma.”
Aku dan Darko pun kembali memerhatikan ke tengah arena dimana Flame tengah berbicara disana.
“Dan sekarang saya akan membacakan pembagian grup untuk turnamen ini,” kata Flame melihat pada kertas yang ada di tangan kirinya. “Ada tiga puluh dua peserta yang terdaftar dalam turnamen ini yang semuanya terbagi dalam delapan grup. Dua terbaik dari setiap grup akan melaju ke fase gugur. Inilah mereka!”
Pandangan Flame langsung bergerak ke layar besar di belakangnya. Perhatian para penonton pun ikut tertuju pada layar besar itu. Layar yang sebelumnya hitam itu kemudian langsung menyala menampilkan delapan kotak. Di setiap kotak terdapat empat potret peserta. Aku memerhatikan setiap kotak itu seksama untuk mencari potretku. Darko pun melakukan hal yang sama, melihat dengan penuh perhatian. Pada akhirnya aku berhasil menemukan potretku di kotak D bersama dengan tiga potret lainnya. Salah satu dari tiga potret yang terdapat dalam kotak itu membuatku terkejut karena potret itu adalah potret…
“Aku benar-benar beruntung…” kata Darko sembari melihat ke arahku. “Aku tak hanya bisa kembali bertemu denganmu Lunar, tapi aku juga bisa bertarung melawan salah satu trainer paling terkenal di Hoenn… si pincang dari Verdanturf!”
“Ya… kita berada di kotak yang sama…” sahutku mengerti maksud perkataan Darko. Potret yang membuatku terkejut itu adalah potret Darko, kami berada di grup yang sama… di grup D! “Ini adalah sebuah kebetulan yang menyenangkan,” komentarku kemudian. “Aku penasaran bagaimana kemampuanmu sekarang… kita akan bertarung untuk membuktikan siapa yang…”
“Tidak… ini tidak mungkin…” ucapanku terputus saat tiba-tiba Flame bersuara. Aku langsung melihat ke arena dimana Flame menatap layar besar sambil menutup mulutnya. Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggunya.
“Nona Flame, ada apa?” Tanya Scott heran.
“Di… dia… ada disini…” kata Flame terbata, membuatku semakin penasaran.
Aku lalu menilik pada layar lebar dan melihat ke arah yang sama yang dilihat oleh Flame. Tatapan Flame tampak memandang ke kotak berhuruf G dimana seperti kotak-kotak lainnya, terdapat empat potret di dalamnya. Aku mengamati empat potret dalam kotak itu dan kini ikut terkejut. Salah satu potret dalam kotak itu aku kenal! Lelaki berambut dengan carut di pipi kanannya… Kubaca nama yang tertera di bawah potret itu dan aku benar-benar yakin siapa dia… Tertulis disitu sebuah nama…. Badut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...