Aku sedang di berada di ruangan penelitian Butler di markas Tim Magma gunung Chimney. Butler tertarik dengan penelitian Sammon dan sekarang dia sedang menelitinya. Butler adalah seorang ilmuwan anggota Tim Magma. Pakaiannya mungkin terkesan parlente, tapi dia orang yang baik.
”Kalian mendapatkan barang yang bagus,” puji Butler padaku dan Badut. ”Ini adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan.”
”Memangnya apa itu?” tanya Badut ingin tahu.
”Batu ini adalah batu fosil Groudon. Aku yakin kita bisa membangkitkan Groudon menggunakan batu ini. Hanya saja untuk membangkitkannya dibutuhkan tenaga yang sangat besar, tapi itu bukan masalah. Kita pasti akan segera menemukan sumber energi itu,” jelas Butler panjang lebar. ”Aku harus berterima kasih pada kalian. Sepertinya Maxie tak salah memilih kalian sebagai regu elit.”
”Ah, itu sudah tugas kami sebagai anggota tim,” sahutku merendah.
”Oh, ya. Ngomomg-ngomong dimana Flame? Kenapa aku tidak melihatnya?” tanya Butler kemudian.
”Flame?” aku terkejut. Oh, iya...semenjak kedatangan kami di gunung Chimney, Flame langsung berpisah dengan aku dan Badut. Kemana dia ya?
”Lalu bagaimana kalau penelitian ini gagal?” tanya Badut mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia benar-benar tertarik dengan proses pembangkitan Groudon.
”Oh, itu. Tentu saja ini cuma salah satu caranya. Kau tahu kan kenapa kita membangun markas di dalam gunung Chimney?” tanya Butler kemudian. Dia lalu menjawabnya sendiri, “Itu karena kami percaya Groudon tertidur di dalam gunung ini, sehingga bila suatu saat dia terbangun, kami bisa dengan mudah menangkapnya. Lalu juga....” Butler terus menjelaskan panjang lebar namun aku sudah tidak tertarik lagi. Badut masih terus mendengarkan
“Badut, aku mencari Flame dulu ya?” pamitku. Badut hanya memberi isyarat membolehkanku dengan tangan sementara perhatiannya masih tertuju pada Butler. Aku pun segera meninggalkan ruangan Butler dan mencari Flame.
Mungkin Flame ada di kantin tim, pikirku. Aku pun melangkah menuju kantin tim. Disana banyak grunt yang sedang menikmati makanan mereka, tapi tak kulihat ada Flame disana.
”Hei L, kalian berhasil ya?” sapa Monsta alias M saat melihatku. Tampak dia sedang duduk di tempat duduk kantin bersama Casey dan Jones. ”Aku iri nih...”
”M, kau lihat Flame tidak?” tanyaku padanya.
”Flame? Maaf tapi aku tak melihatnya,” jawab M. ”Apa kalian berdua melihatnya?” tanya M pada Casey dan Jones. Kedua rekan M itu hanya menggeleng.
”Oke, terima kasih.” Aku pun berbalik dan saat itu Tabitha baru saja masuk ke dalam kantin. Mungkin Tabitha tahu, batinku. ”Kak Tabitha, tahu dimana Flame?”
Tabitha tampak berpikir kemudian menjawab, ”Aku sih belum bertemu dengannya hari ini. Tapi coba kau cari di danau lava, mungkin dia ada disana.”
“Danau lava?” tanyaku tak mengerti.
”Iya, danau Lava yang terletak di dekat pintu masuk Magstadium. Biasanya dia suka menyendiri disana,” terang Tabitha.
”Terima kasih.” Aku kemudian melangkah ke tempat yang dimaksud dan kulihat ada sebuah danau kecil yang penuh dengan lava mendidih. Di tepinya tampak seorang grunt tengah duduk termenung. Kukenali dia sebagai Flame.
”Flame?” panggilku memastikan. Yang kusapa menoleh dan ternyata dia memang Flame. ”Aku mencarimu kemana-mana dan Tabitha bilang kau ada disini. Sedang apa kau?”
”Oh, kau L. Tidak, aku hanya sedang ingin sendiri saja,” jawab Flame sekenanya.
”Ingin sendiri? Kenapa?” tanyaku tak mengerti. ”Kau sedang sedih? Tapi kenapa kau bersedih sedangkan tugas pertama kita telah berhasil kita lakukan dengan baik.”
”Bukan itu L.”
”Apa kehadiranku mengganggumu?” tanyaku kemudian. ”Kalau kehadiranku disini mengganggumu, baiklah aku akan meninggalkanmu sendiri disini.”
Aku berbalik dan hendak meninggalkan Flame, namun saat itu Flame mencegahku. ”Tidak L, kau tidak menggangguku,” ujarnya. Aku kemudian mengurungkan niatku dan duduk di samping keponakan Maxie itu.
”Kalau boleh aku tahu, apa yang telah membuatmu risau Flame?” aku memberanikan diri bertanya.
”Tentu kau boleh tahu, kita ini kan teman,” sahut Flame. Dia lalu mengeluarkan sebuah potret dari dalam saku seragamnya dan menunjukkannya kepadaku. Dalam potret itu terlihat gadis kecil yang kutebak sebagai Flame sedang memeluk seekor Pokemon kecil. Aku belum pernah melihat Pokemon seperti yang ada pada potret itu.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...