SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 16 Februari 2010

L's Diary: Eps. 34 - Eevee yang Hilang

wooper gifEpisode 34: Eevee yang Hilang


”Pokemon apa itu?” tanyaku.

”Ini Eevee, Pokemon pertamaku,” jawab Flame menjelaskan. ”Kami sering bermain bersama dulu saat masih kecil. Dia adalah teman yang sangat baik.”

”Lalu dimana dia sekarang?” tanyaku penasaran.

”Itulah yang membuatku sedih,” lanjutnya. ”Suatu hari aku mendapatkan batu api dan berniat merubah Eevee menjadi Flareon menggunakan batu tersebut. Aku melihat Eevee tampak ketakutan saat akan kusentuhkan batu api padanya, namun aku tetap menyentuhkan batu itu karena aku ingin Eevee kecilku menjadi Flareon.”



”Lalu?”

”Dan setelah Eevee kecilku berubah menjadi Flareon, tingkah lakunya langsung berubah. Dia menjadi sangat agresif dan sangat liar. Dia menyerang seluruh kota dengan serangan apinya hingga terjadi kebakaran besar di pulau Cinnabar. Banyak warga hendak melumpuhkannya namun mereka justru jadi korban. Maka Blaine, kakekku yang juga ilmuwan di pulau Cinnabar memanggil pasukan penangkap Pokemon. Pasukan penangkap Pokemon berhasil menangkap Flareon dan membawanya ke penjara Pokemon jahat yang ada di pulau Hitam.”

”Pulau Hitam?” tanyaku.

Flame mengangguk. ”Iya, pulau Hitam, pulau yang dikenal dengan pulau kegelapan. Pulau ini terletak di gugusan kepulauan Poin, sebuah provinsi yang terletak jauh dari Hoenn. Disana ada penjara Pokemon dimana setiap Pokemon yang bertingkah jahat dan membuat kerusakan akan ditangkap dan dikurung disana.”

Flame berhenti bicara, dia lalu menatap potret di tangannya dengan sedih. ”Ini semua salahku....ini semua salahku yang memaksanya berubah menjadi Flareon. Harusnya aku tahu kalau dia tidak mau berubah menjadi Flareon. Harusnya aku tahu....pelatih macam apa aku ini....” Flame mulai menitikkan air mata. Dia menangis pelan, dan itu membuatku ikut sedih.

”Apa kau ingin membebaskannya dari penjara itu?” tanyaku kemudian.

”Mustahil,” jawab Flame sambil menyeka air matanya. ”Walaupun aku berhasil membebaskannya, tetapi dia pasti sudah tidak mengenaliku dan akan menyerangku. Aku melihat betapa dia sangat marah padaku saat petugas penangkap Pokemon memasukkannya ke dalam kerangkeng baja. Dia sangat membenciku....”

”Tapi kau tak pernah membencinya bukan?” aku mencoba memberinya kekuatan. Dia mengangguk kecil menjawab pertanyaanku. ”Kalau begitu kita akan pergi kesana.”

Flame tersentak kaget mendengar ucapanku. ”Apa kau serius? Apa kita bisa?” tanyanya tak percaya.

”Ya, bila dengan melihatnya dan mengetahui keadaannya akan membuatmu bahagia,” jawabku menyimpulkan. ”Karena biarpun dia membencimu sekarang, tapi yang terpenting kau tak pernah membencinya.”

Flame tampak tercengang mendengar kalimatku. Dia kemudian menyeka air matanya sampai habis. Dan tanpa kuduga tiba-tiba dia memelukku erat.

”L, terima kasih...terima kasih kau mau mendengarkan kesedihanku...terima kasih kau mau membantuku,” ujarnya pelan.

”Sudah...tidak apa-apa....kita ini kan teman,” jawabku salah tingkah. Aku belum pernah dipeluk wanita sebelum ini.

Flame melepaskan pelukannya dan menatap wajahku. ”L, mari kita selamatkan Flareon. Kalaupun dia tidak mau ikut bersamaku, paling tidak aku akan lega bila tahu bagaimana keadaannya.”

Aku mengangguk. Kami berdua kemudian meninggalkan danau lava yang panas itu dan berjalan menemui Tabitha. Aku menjelaskan secara singkat tujuan kami dan Tabitha bisa memahaminya walaupun dia ragu dengan kami berdua.

”Pulau Hitam adalah tempat berbahaya. Dahulu disana ada sebuah proyek gagal yang telah memakan banyak korban. Konon disana tersimpan kekuatan besar yang sangat berbahaya,” ujar Tabitha setelah mendengar niat kami.

”Proyek yang gagal?”

Tabitha mengangguk. ”Ya, sebuah proyek yang disebut proyek Terminal X. Aku sendiri kurang begitu tahu dengan proyek misterius ini, tapi semenjak kecelakaan besar itu pulau Hitam menjadi ditakuti dan tak berpenghuni. Oleh karena itulah disana dibangun penjara Pokemon dan dianggap sangat aman untuk mengamankan Pokemon di sana.”

”Kami janji kami akan baik-baik saja,” aku berusaha meyakinkan Tabitha agar membolehkan kami pergi.

”Ya, aku percaya,” sahut Tabitha. ”Kalian telah berhasil pada tugas pertama, maka aku tak ada alasan untuk tidak membolehkan kalian pergi. Lagipula ini semua demi Flame bukan? Flame adalah keponakan Maxie, jadi tentu saja aku menyetujuinya. Tetapi....”

”Tapi apa?” tanyaku penasaran.

”Tetapi kau harus berjanji untuk menjaga Flame dengan sangat baik. Dia adalah keluarga Maxie, maka aku tidak bisa menerima bila Flame dalam bahaya.”

”Tenang Tabitha, aku bisa menjaga diri kok,” Flame ikut bicara. ”Lagipula aku kan anggota regu elit.”

”Tapi kau ini wanita, ingat itu...” potong Tabitha. ”Baiklah, kalian bisa berangkat kapanpun kalian mau. Mungkin sekarang saat yang tepat karena saat ini kalian sedang tidak ada tugas. Bagaimana?”

”Baik, semakin cepat semakin lebih baik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...