Episode 37: Kenangan yang Membakar
Kedua tangan Flame tetap memegang erat jeruji sel yang mengurung Flareon. Dia masih manatap Flareon dengan pandangan yang sedih. Flareon tampaknya heran dengan apa yang dilakukan oleh Flame.
Secara tiba-tiba Flareon kembali menyemburkan api ke arah Flame. Semburan api itu berhenti tepat di depan wajah Flame, menyisakan hawa panas yang menyakitkan. Flame tampak menahan panas tersebut. “Bakar aku....bakar aku bila itu bisa membuatmu lega...” lagi-lagi Flame meracau. ”Bakar aku bila itu satu-satunya jalan agar kau memaafkanku....”
Flareon tak mengindahkan ucapan Flame. Pokemon api murni itu tetap saja menyemburkan api di dalam selnya dan berhenti di tepat di wajah Flame. Wajarnya Flame akan merasa kepanasan akibat paparan api tersebut, namun Flame tetap bersikeras bertahan dan menahan rasa panas itu.
”Flame, kumohon hentikan,” bujukku. ”Bila dia memang sudah tak mengenalimu, biarkan saja. Paling tidak kau sudah melihatnya bukan?”
”Tidak L...tidak....” sahut Flame lemah. ”Ini semua salahku sehingga dia masuk ke dalam penjara yang menyedihkan ini....ini semua salahku! Dan hanya inilah caraku untuk menebusnya....”
Flareon terus menyemburkan api yang panas di depan wajah Flame. Flame yang tak kuat lagi menahan panas kemudian terjatuh. Dia terjatuh berlutut dengan kedua tangannya masih mencengkeram jeruji sel. Flame belum mau menyerah. Flareon yang melihatnya menjadi iba. Tiba-tiba semua kenangan bersama Flame muncul kembali dalam ingatan Flareon tersebut. Pokemon api tersebut kemudian menghentikan semburannya. Secara perlahan Flareon berjalan mendekati Flame yang telah lemas. Aku terkejut melihatnya.
Flareon lalu mencium pipi Flame melalui celah jeruji. Flame yang hampir tak sadarkan diri karena sengatan panas terkejut. Kepalanya yang tertunduk ke lantai perlahan dia tegakkan. Flame tersenyum, sebuah senyuman kebahagiaan yang tulus.
”Jadi kau masih mengingat aku? Jadi kau mau memaafkan aku?” ujar Flame lemah. ”Syukurlah.....Cuma itu yang aku inginkan saat ini...”
”Flame, kini biarkan aku yang mengambil alih,” selaku kemudian. Aku lalu mengeluarkan Magbomb, sebuah benda kecil seukuran telepon genggam dari sakuku dan menempelkannya pada parameter pengendali sel Flareon. Kutekan pelan benda itu dan kemudian benda itu meledak dengan ledakan kecil membuat sistem penguncian sel menjadi terbuka. Jeruji sel itu pun kini terbuka membuat Flareon keluar dari dalamnya dan langsung menempel pada tubuh Flame. Flame begitu bahagia. Dia langsung memeluk Flareon dengan erat, begitu pula Flareon. Persahabatan mereka sepertinya telah pulih kembali.
”Flareon, maafkan aku ya?” Flame tampak riang. ”Mulai sekarang kita berteman kembali ya?” Hilang sudah kesedihan yang tadi membayangi wajahnya. Kini Flame bisa tersenyum bahagia. Aku yang melihatnya ikut senang sekaligus terharu. Tak terasa aku pun ikut menitikkan air mata.
”Maaf mengganggu reuni kalian berdua, tetapi kita harus segera pergi dari tempat ini sebelum....” baru saja aku akan melanjutkan perkataanku saat muncul sesosok tubuh berada di depan kami berdua. Penjaga penjara!
”Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan disini?” penjaga tersebut tampak marah. Entah mengapa aku seperti tak bisa melihat wajahnya yang tertutup tudung hitam. Padahal wajahku saja masih terlihat saat aku memakai seragam tim Magma dengan tudung merah bertanduk itu.
”Flame, lari sekarang!” teriakku sambil berlari. Flame kemudian berlari menyusulku.
”Mau lari kemana kalian?” kata penjaga itu sambil mengejar kami. ”Gastly, jilatan!” tiba-tiba seekor Pokemon berbentuk gas warna hitam muncul dan langsung menjilat tubuh Flame yang sedang berlari. Flame kemudian terjatuh karena jilatan itu. Dia mencoba untuk bangkit tetapi entah mengapa dia tak bisa bergerak.
Sial! Flame terkena efek lumpuh yang disebabkan oleh serangan jilatan Gastly!
”Hahahaha....tertangkap kalian sekarang, dasar tikus-tikus kecil!” penjaga itu tertawa puas. Dia lalu berjalan santai menghampiri Flame untuk menangkapnya. Saat itulah muncul Flareon yang menghadang langkah sang penjaga. ”Ho...anak manis...kamu tidak mau jadi anak nakal bukan?” sang penjaga itu tampak berbicara dengan Flareon. Flareon hanya diam saja sambil memandangi sang penjaga. Tiba-tiba saja Flareon menyemburkan api besar yang mengenai penjaga. Penjaga itu pun terbakar. ”Arrghhh!! Sialan kau! Kurang ajar!!!” umpat penjaga itu panik sambil berusaha keras memadamkan api yang membakar pakaiannya.
Menyadari hal tersebut, aku lalu menghampiri Flame dan membantunya berjalan. Hal ini memperlambat pelarian kami, tapi paling tidak sang penjaga tengah disibukkan oleh api yang membakarnya.
Alih-alih keluar dari bangunan penjara itu, kami sekarang justru tersesat di lorong penjara yang gelap. Lorong penjara yang berliku membuat kami tak tahu arah sama sekali. Aku benar-benar bingung sementara kami tahu penjaga yang lain kini tengah mengejar kami. Saat itulah tiba-tiba terdengar suara yang aneh dari sebuah ruangan di samping kami. Suara itu benar-benar mengerikan. Aku pun penasaran sekaligus ketakutan dengan ruangan itu.
”Rupanya disini kalian....” tiba-tiba sebuah suara mengagetkan kami. Rupanya penjaga yang satu lagi telah menemukan kami. Tak ada pilihan lain selain masuk ke dalam ruangan itu.
”Keluarlah Ninjask!” kulemparkan pokeballku cepat dan keluarlah Ninjask. ”Ninjask, kilatan cahaya!” Ninjask lalu mengeluarkan kilatan cahaya yang menyilaukan mata, membuat sang penjaga buta sesaat sementara aku dan Flame langsung masuk ke dalam ruangan itu.
Mengapa tulisannya "Secara perlahan Flareon berjalan mendekati Flareon yang telah lemas."?
BalasHapusBukannya "Secara perlahan Flareon berjalan mendekati Flame yang telah lemas."?
Ya, memang seharusnya seperti itu, ada kesalahan penulisan... :)
BalasHapus