SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 16 Februari 2010

L's Diary: Eps. 39 - Akhir Mimpi Buruk

wooper gifEpisode 39: Akhir Mimpi Buruk


Entah sedang bermimpi atau apa, aku merasakan hawa panas mengelilingiku. Seingatku aku sudah mati. Lalu hawa panas ini.... apakah aku sekarang sudah berada di neraka?

Perlahan mataku terbuka dan kulihat langit-langit tanah yang sangat kukenal. Bau belerang panas yang menyengat menyadarkanku dimana aku berada sekarang. Aku ada di dalam gunung Chimney!

”L, kau sudah sadar?” kudengar suara yang sangat familiar, suara Tabitha.

”Tabitha? Kenapa aku ada disini?” tanyaku heran. Kini aku bisa melihat wajah Tabitha dengan lebih jelas setelah sebelumnya aku hanya melihatnya samar-samar. ”Apa yang terjadi padaku?” Aku bangkit dari tidurku.

”Tenanglah, kau baik-baik saja sekarang,” ujar Tabitha berusaha menenangkanku. ”Kau terkena kutukan saat berada di pulau Hitam.”

”Kutukan?” tanyaku tak mengerti.

”Ya, kutukan. Kutukan yang dikeluarkan oleh Gastly sehingga kau nyaris mati karenanya,” jelas Tabitha. ”Jurus kutukan memiliki efek berbeda bila dilakukan oleh Pokemon tipe hantu.” Jadi itu efek dari kutukan yang dikeluarkan oleh Gastly? Jadi itu alasan sehingga aku merasa kehilangan jiwaku saat berusaha melarikan diri dari pulau Hitam.

”Lalu bagaimana dengan Flame? Apakah dia baik-baik saja?” tanyaku cepat setelah teringat akan Flame.

”Dia baik-baik saja,” jawab Tabitha. “Untunglah kau tak lupa menyalakan sinyal Magma sebelum kau tak sadarkan diri. Badut turun dari helikopter dan menyelamatkan kalian dari dua penjaga penjara tersebut. Dia menggunakan Abra untuk melakukan teleport dan kembali ke helikopter sebelum dua penjaga itu menangkap kalian.”

”Pokemon kami bagaimana?” tanyaku lagi setelah kali ini aku teringat akan Sandslash dan Flareon.

”Mereka juga baik-baik saja. Kalian harus bangga terhadap mereka, karena mereka telah melindungi kalian dengan sekuat tenaga,” terang Tabitha. ”Sandslash dan Flareon telah berusaha keras sebelum akhirnya mereka takluk oleh Gastly.”

Aku merasa lega mendengar semua keterangan dari Tabitha. Untunglah semuanya berjalan dengan baik, walaupun aku sudah putus asa pada awalnya. Syukurlah Flame baik-baik saja walaupun aku telah gagal melindunginya.

”Aku minta maaf karena aku telah gagal menjaga Flame,” ujarku pelan pada Tabitha. Tapi Tabitha menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

”Kau tidak gagal L, kau telah berhasil dengan sangat baik,” sanggah Tabitha. ”Kau telah menjaga Flame sampai batas yang bisa kau lakukan, itulah yang terpenting.” Tabitha menepuk bahuku pelan. ”Aku bangga padamu....oh, tidak....kami semua bangga padamu. Kau telah memperlihatkan sebuah semangat Tim Magma yang luar biasa. Aku benar-benar bangga telah memilihmu sebagai anggota regu elit.”

Aku tersenyum pendek. Entah mengapa aku merasa sangat bahagia. Bukan karena pujian dari Tabitha, tetapi kenyataan bahwa aku telah menepati janjiku.

Setelah pulih benar dan mengambil Pokemonku, aku menuju ke Magstadium. Kabarnya Badut sedang bertarung melawan seorang grunt disana. Aku yang penasaran pun datang ke Magstadium dan mendengar riuh suara penonton menyaksikan Badut tengah bertarung melawan Mack, salah seorang grunt elit Tim Magma. Aku pun ikut menyaksikan pertarungan itu. Seperti biasanya, Badut selalu bersemangat dalam setiap pertarungannya.

”Melihat semangatnya, kamu pasti iri,” tiba-tiba terdengar suara wanita di sampingku. Aku menoleh dan ternyata Flame telah berada di sampingku sekarang. ”Mau permen isi cokelat?” tanyanya sambil menawarkan beberapa butir permen isi cokelat kesukaannya.

”Terima kasih,” jawabku seraya menerima beberapa butir permen tersebut.

”Bagaimana keadaanmu? Baikkah?” tanya Flame kemudian.

”Baik, katanya aku kena kutukan...,” jawabku sambil menngunyah permen dengan santainya. Tiba-tiba kulihat Flareon muncul dari belakang Flame. ”Hei, akhirnya kalian berkumpul lagi,” seruku saat melihat Flareon begitu akrab dengan Flame.

Flame tersenyum mendengarnya. ”Ini semua berkat kau L, ini semua berkat kau. Kau yang memberiku ide gila untuk pergi ke pulau Hitam. Dan kau pulalah yang membantu semua ini. Aku harus berterima kasih padamu. Andai ada yang bisa aku lakukan untukmu.”

”Kau sudah melakukannya di awal kita bertemu dulu Flame. Pembelaanmu membuatku harus membalas budi baikmu.”

Flame tersenyum lagi. Sebuah senyum yang membuatku merasa tenang dan nyaman. ”Itulah gunanya teman.”



Tiba-tiba aku ingat sesuatu yang mengganggu pikiranku. ”Flame, sebenarnya apa yang terjadi padamu saat kita masuk ke dalam ruangan itu?”

”Entahlah L, aku tak ingat jelas. Tapi saat itu tiba-tiba aku merasa bermimpi. Sebuah mimpi buruk....” Flame mencoba mengingat.

”Begitu ya? Sepertinya pulau itu memang benar-benar mimpi buruk bagi kita semua,” simpulku.

”Tapi untunglah L, untunglah kita berdua telah terbangun dari mimpi buruk tersebut.” Flame lalu menatap arena Magstadium. Aku pun ikut menatap arena Magstadium juga. ”Dan lelaki penuh semangat yang ada di arena sana....dialah yang membangunkan kita dari mimpi buruk itu,” sambung Flame sambil menunjuk ke arah Badut.

Aku mengangguk setuju. ”Kau benar....dia memang pantas disebut Badut..... ”

Kami berdua kemudian sama-sama menyaksikan pertarungan Badut. Badut bertarung dengan tangguh hingga akhirnya dia memenangkan pertarungan. Kami berdua langsung turun ke arena mengucapkan selamat untuknya. Badut tersenyum, Flame tersenyum, dan aku pun tersenyum. Yang pasti, senyum ini adalah senyum persahabatan.


Sementara itu tanpa aku tahu, di penjara Pokemon pulau hitam.
“Maafkan kami Tuan, kami tak berhasil menangkap mereka,” ucap seorang penjaga penjara Pokemon pulau Hitam pada seorang lelaki berjas biru muda.

“Tidak apa-apa...tapi lain kali jangan terjadi lagi,” sahut lelaki berjas biru muda. “Untunglah mereka tak menyentuh Pokemon spesial ini.... atau rencana kita pasti akan gagal.” Setelah mengatakan itu, lelaki berjas biru muda itu berjalan meninggalkan sebuah sel. Di dalam sel tersebut tampak seekor Pokemon yang tengah tertidur. Tiba-tiba saja mata Pokemon itu terbuka. Dia menatap tulisan di dinding sel dengan tajam. Tulisan itu berbunyi.......


Darkrai



Bab VI - Misi Penyelamatan di Pulau Hitam --- selesai.



Keterangan Alih Bahasa:


Galian - Dig

Semburan Api - Flamethrower

Jilatan - Lick

Kutukan - Curse

Kilatan Cahaya - Flash

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...