SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 01 Maret 2010

L's Diary: Eps. 41 - Sikap Aneh Badut

wooper gifEpisode 41: Sikap Aneh Badut


Tabitha telah berdiri membelakangi papan tulis sementara aku, Flame, dan Badut telah siap mendengarkan apa yang akan dia katakan.

”Ini misi kalian selanjutnya,” Tabitha membuka forum. ”Misi ini cukup penting, karena menyangkut keberadaan kita di gunung Chimney. Maxie sendiri mendadak mengatakan hal ini.”

Tabitha menyalakan proyektor slide dan muncullah gambar Sekelompok orang berpakaian serba hitam dengan topi ala mafia di papan tulis. Seorang lelaki pendek tampak berdiri paling depan. Aku menduga lelaki itu adalah pemimpin mereka.

”Apa?” Badut tampak terkejut saat melihat gambar tersebut.

”Ada apa Badut? Apa kau mengenal mereka?” tanya Tabitha heran dengan keterkejutan Badut.

”Tidak, aku hanya terkejut melihat mereka berpakaian seperti mafia,” jawab Badut gugup. Entah mengapa aku melihat ada yang disembunyikan olehnya.

”Oke, kalau begitu langsung saja aku jelaskan. Mereka adalah kelompok mafia yang berasal dari provinsi Johto. Mereka sering disebut dengan nama Paci, kelompok mafia yang memiliki pengaruh kuat di Johto. Diduga mereka masih memiliki hubungan dengan Voltalesque, pemimpin keluarga Volta yang terkenal itu,” jelas Tabitha panjang lebar.

”Keluarga Volta adalah salah satu dari tujuh keluarga yang berperan penting di masa lalu,” celetuk Flame.

”Benar sekali Flame,” sahut Tabitha. ”Tapi saat ini kita tidak akan membahas hal itu. Yang akan kita bahas adalah rencana kedatangan kelompok Paci ini ke Hoenn, tepatnya di kota Lilycove. Mereka akan datang dan melakukan pertemuan rahasia di hotel Cove Lily minggu ini. Kabarnya mereka akan bertemu dengan mata-mata ranger.”

”Mafia bertemu dengan ranger?” tanyaku heran.

”Sebenarnya L, kelompok Paci ini dikenal dekat dengan ranger dan ranger tertipu dengan penampilan mereka yang berlindung dibalik keluarga Voltalesque. Ranger tidak tahu kalau mereka adalah mafia. Ranger hanya tahu kalau mereka adalah pebisnis yang melintasi berbagai provinsi.”

”Lalu apa hubungannya dengan kita?”

”Kelompok Paci akan membuka bisnisnya di Hoenn, mereka seperti parasit dan hendak membuka sebuah usaha di gunung Chimney yang menjadi markas kita. Entah apa yang akan mereka lakukan, apakah akan membangun resort, pemandian air panas, atau apapun itu. Tentu saja keberadaan mereka membahayakan markas kita ini. Gawatnya, mereka telah mengetahui keberadaan markas ini dan akan mengatakannya pada ranger pada pertemuan di kota Lilycove nanti. Kemungkinan mereka akan meminta bantuan pada ranger untuk menyingkirkan kita dari gunung ini.”

”Dan tugas kami adalah mencegah pertemuan itu berlangsung, begitu?” tebak Badut.

”Kau memang selalu cerdas Badut. Perkiraanmu benar,” jawab Tabitha. ”Kalian harus bisa mencegah kelompok Paci bertemu dengan ranger, karena kalau mereka bertemu, maka kita harus meninggalkan markas yang telah kita bangun dengan susah payah ini. Kalian mengerti?” Kami bertiga mengangguk menjawab pertanyaan Tabitha. Tabitha tersenyum simpul dan meneruskan, ”Lelaki pendek ini bernama Nanta, Nanta Paciolo. Dia adalah pemimpin dari kelompok Paci. Kalau kalian berhasil melumpuhkannya, maka akan mudah bagi kalian untuk menggagalkan pertemuan itu.”

”Baik, akan kami laksanakan!” jawabku mantap.

”Tentu bukan perkara sulit bagi regu G,” sambung Flame.

Badut terdiam. Dia tak bereaksi apapun, membuat kami berdua heran.

”Badut, kau tidak apa-apa?” tanyaku kemudian.



”Ah, iya. Kita bertiga pasti bisa menuntaskan misi ini dengan baik,” ujar Badut tiba-tiba. Benar-benar misterius, pikirku. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Badut.

”Baiklah, tampaknya kalian sudah tahu garis besar misi ini. Kalian akan aku berikan rincian jelasnya nanti dan besok kalian akan berangkat. Kuharap kalian bisa mengulang keberhasilan sebelumnya,” kata Tabitha menutup forum. Dia lalu membagikan sebuah kertas kepada kami bertiga dan setelah itu kami bertiga keluar dari ruangan tersebut.

”Misi ini sangat riskan ya?” komentarku setelah keluar dari ruangan Tabitha.

”Iya, itu benar. Tapi kita akan berusaha untuk menyelesaikannya,” sahut Flame. ”Iya kan Badut?” yang disapa tak menyahut. Badut hanya diam saja sambil menatap kertas yang dibagikan oleh Tabitha. ”Badut?”

”Ah, iya. Tentu saja,” sahut Badut terkejut. ”Tentu kita bisa.”

”Heran, sebenarnya apa yang terjadi denganmu hari ini Badut? Kulihat kau sangat aneh hari ini,” Flame tampak heran. ”Apa kau salah makan?”

”Ah, tidak. Hanya agak kurang enak badan,” jawab Badut. ”Sudahlah, aku mau makan dulu. Lapar nih...” Badut kemudian berlari pergi meninggalkan kami berdua.

”Badut benar-benar aneh hari ini, kau menyadarinya bukan?” tanya Flame.

Aku mengangguk. ”Ya, dia aneh semenjak Tabitha menjukkan gambar kelompok Paci.”

”L, maafkan sikap Brodie tadi ya?” Flame tiba-tiba mengalihkan pembicaraan, menyinggung kejadian sebelum ini. ”Aku tak menyangka dia bisa bertindak seperti.”

”Ah, sudahlah. Aku sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu disini,” jawabku merendah. ”Tapi apa benar dia itu kekasihmu?” tanyaku penasaran.

”Bukan. Dia bukan kekasihku. Dia memang pernah menyatakan perasaannya kepadaku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai kakak, tidak lebih. Tak kusangka dia masih mengharapkan menjadi kekasihku. Aku benar-benar malu kepadamu.”

”Sudahlah Flame, tak ada yang perlu kau sesali. Lebih baik sekarang kita pikirkan rencana untuk misi baru kita ini,” hiburku.

”Kau benar. Ayo kita susul Badut di kantin, rupanya aku juga sudah lapar....”

Aku tersenyum. Aku senang mengetahui kalau Flame belum memiliki kekasih. Tapi, kenapa aku justru senang ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...