SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 16 April 2010

L's Diary: Eps. 61 - Keanehan di Kota Fortree

wooper gifEpisode 61: Keanehan di Kota Fortree


Bagaimanapun aku harus membawa Flame ke rumah sakit sesegera mungkin. Karena itu aku harus berpikir cepat untuk menyelamatkan Tropius. Tapi bagaimana caranya? Aku sudah kehabisan obat anti luka bakar dan juga aku tak kuat bila harus memindahkannya keluar dari padang ilalang ini. Tunggu dulu... aku tadi bilang apa? Memindahkannya?

Aha, aku dapat ide. Kenapa tak terpikirkan dari tadi ya?

Aku mengeluarkan sebuah bola kecil dari sakuku. Bola itu menyerupai pokeball namun berwarna hijau muda dengan motif melingkar pada bagian atasnya. Penjual di mini market kota Verdanturf menyebutnya Nest Ball. Fungsinya sama dengan pokeball, namun bola ini bekerja baik pada Pokemon dengan status yang lebih lemah. Dan tentu saja aku akan menggunakan bola ini untuk memindahkannya dari padang ilalang yang sangat berbahaya ini.

”Nest ball, lakukan tugasmu!” aku menjatuhkan bola hijau itu perlahan ke arah Tropius. Tropius kemudian berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam Nest Ball. Tropius berhasil aku tangkap!



Aku segera memasukkan Nest Ball berisi Tropius ke dalam saku dan kembali menggendong Flame. Aku kembali meneruskan perjalanan ke kota Fortree. Sandslash melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga aku bisa melewati padang ilalang dengan mudah. Kuharap dia baik-baik saja bersama Badut.

Butuh waktu lama menyusuri rimbunnya ilalang yang tengah terbakar itu hingga aku menemukan jalan keluar. Baru saja aku keluar dari padang ilalang saat tiba-tiba sesosok bayangan melewatiku. Aku menoleh, tapi sosok itu sudah tak terlihat lagi. Aku penasaran dengan sosok misterius itu, namun tak ada waktu lagi untuk memikirkannya. Terakhir kali rasa penasaranku di gunung Chimney telah membawaku masuk ke Tim Magma, jadi kali ini aku tak mau rasa penasaranku kembali membawaku pada masalah besar. Saat ini yang harus aku pikirkan hanyalah membawa Flame ke rumah sakit terdekat.

Akhirnya aku dan Flame berhasil mencapai kota Fortree, sebuah kota yang penuh dengan pepohonan tinggi menjulang. Hampir semua penduduk kota ini tinggal di rumah yang dibangun di atas pohon. Bisa dibilang ini adalah kota rumah pohon di Hoenn. Kehidupan di kota ini berlangsung di atas pohon dengan jembatan kayu penghubung rumah satu dengan yang lainnya.Tapi kota itu tampak lengang. Tak ada seorang pun di jalan, benar-benar sepi. Aku tak peduli dengan sepinya kota ini, sekarang aku harus menemukan rumah sakit. Aku melihat rumah sakit dan segera melangkah kesana. Namun rumah sakit itu tutup dan tak ada tanda-tanda seorang pun di dalamnya. Aku jadi semakin heran dengan kota ini. Bagaimana mungkin rumah sakit bisa tutup di hari-hari sibuk seperti ini? Dan juga kemana warga kota ini pergi? Malam masih belum begitu larut dan belum waktunya untuk beranjak tidur, pikirku. Lalu kemana mereka? Dan kenapa rumah-rumah pohon itu tampak gelap? Kenapa mereka tak menyalakan lampu atau lilin?

Suasana mencekam langsung menyelimutiku. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa banyak pasang mata tengah mengamati kami. Tapi aku tak tahu pasti dimana mereka. Ini... ini seperti yang kualami di kota Lavaridge saat ninja Abu menyerbu kota. Apakah ada ninja di desa ini?

Tiba-tiba sesuatu yang berat mendorongku. Aku terjatuh dan tentu saja Flame ikut terjatuh. Aku langsung bangkit mencari asal serangan, tapi tak ada seorang pun di sekitarku. Kenapa dan siapa yang telah menyerangku? Kenapa aku tak bisa menemukan sosok-sosok misterius yang tengah mengamati kami?

”Keluar kau kalau berani!” tantangku. Aku sudah mulai ketakutan dengan kota ini. Kupikir kota ini telah diserang oleh makhluk halus dan orang-orang di kota ini telah habis dimakan olehnya. Tapi itu kan tidak masuki akal?

”Swellow, serangan sayap!” tiba-tiba seekor Swellow, Pokemon burung dengan leher berwarna merah menyala muncul di atasku dan langsung mengibaskan kedua sayapnya mengeluarkan pusaran angin yang besar. Tapi pusaran itu tak mengenaiku, melainkan mengenai... Pokemon-Pokemon berwarna hijau menyerupai bunglon yang tiba-tiba saja ada di sekelilingku!

”Kau tidak apa-apa?” terdengar suara seorang lelaki. Aku menoleh dan kulihat seorang lelaki bermata tajam dengan jubah berwarna biru tua. Rupanya lelaki itulah pemilik dari Swellow. ”Apa yang kau lakukan disini? Kau menantang bahaya.”


”Apa katamu? Menantang bahaya?” tanyaku tak mengerti. Kuamati Pokemon-Pokemon hijau yang mengelilingiku. ”Apakah kota ini dalam bahaya?”

Lelaki itu mengangguk. ”Ya, kau benar. Kota ini memang dalam bahaya. Sangat berbahaya berada di luar rumah saat ini. Lebih baik kau segera masuk ke dalam rumahku,” jawab lelaki itu. ”Ayo ikut aku. Sepertinya temanmu itu butuh bantuan.”

Lelaki itu kemudian menaiki tangga menuju ke rumah yang berada di atas pohon tinggi. Aku menggendong Flame dan mengikuti lelaki itu naik ke atas pohon. Aku telah sampai di atas pohon dan melihat sebuah rumah kayu sederhana di depanku. Lelaki itu membuka pintu dan mempersilakanku masuk.

”Anggap saja rumah sendiri,” ujarnya. Dia menyalakan lampu rumah itu dan kemudian menggantung jasnya.

”Fadli, ada apa? Kenapa kau menyalakan lampu?” tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian aneh keluar dari sebuah ruangan. Dia lalu terkejut melihat keberadaanku dan Flame. ”Siapa mereka?”

”Mereka tamu, dan butuh bantuan,” jawab lelaki yang dipanggil Fadli. Dia lalu melihat ke arahku. ”Oh ya, aku lupa menanyakan namamu. Siapa namamu?”

”Namaku L, dan temanku yang pingsan ini adalah Flame,” jawabku. ”Dia membutuhkan pengobatan segera atas luka bakarnya. Bisakah aku meminta bantuan?”

Fadli mengangguk. ”Tentu bisa. Namaku Fadli,” ujar lelaki itu memperkenalkan diri. ”Dan teman wanitaku ini bernama Winona.”

Fadli dan Winona?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...