Episode 77: Memasuki Gua Dasar Laut
”Itu dia! Itu pasti gua yang dimaksud!” tunjuk Flame dengan bersemangat.
”Kemungkinannya memang begitu,” sahut Badut, ”kita akan masuk untuk memastikan.”
Badut mengemudikan podnya memasuki gua tersebut. Kami pun telah masuk ke dalam gua dalam air tersebut dan menemukan wilayah air yang cukup terang. Selebihnya hanya jalan buntu.
”Kita akan naik, hanya itu cara menemukan gua tersebut,” simpul Badut. Dia kembali mengemudikan podnya ke atas menuju permukaan.
Benar saja yang dilakukan oleh Badut. Saat pod kami telah mencapai permukaan, bukannya langit yang ada di atas kami, melainkan sebuah atap gua. Kami melihat ke luar kapal selam dan tampak daratan yang berujung pada sebuah pintu gua.
”Disana masih ada gua lagi,” kata Flame reflek.
”Kita akan keluar sekarang,” perintahku seperti pemimpin. Badut dan Flame mengangguk.
Kami bertiga kemudian keluar dari kapal selam kecil itu. Keadaan di luar begitu lembab, aku bisa merasakan hawa dingin menerpaku seketika. Wajar saja mengingat gua ini terletak di bawah laut.
”Persiapkan Pokemon kalian, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di dalam,” saran Badut. Aku dan Flame mengiyakan dan segera mengeluarkan Pokemon kami. Badut mengeluarkan Electabuzznya, aku mengeluarkan Sandslash, dan Flame mengeluarkan Flareon.

Kami mulai memasuki pintu gua tersebut dan mendapati sebuah gua yang dingin dan sempit. Langkah kami terhenti tatkala sampai pada sebuah batu besar yang menutup jalan.
”Sial! Kenapa bisa ada batu besar disini?” umpatku kesal.
”Jangan khawatir L,” sahut Badut. ”Electabuzz, gunakan kekuatan!” perintah Badut tiba-tiba dan kemudian Electabuzz menerjang batu itu. Dengan kedua tangannya, Electabuzz berhasil mendorong batu besar itu. Rupanya Pokemon listrik itu menggunakan kekuatan atau Strength, sebuah jurus HM yang bisa mendorong batu besar atau boulder. ”Begini kan beres.”
Kami kembali melanjutkan langkah kami menyusuri gua setelah batu besar itu berhasil disingkirkan. Namun langkah kami kembali terhenti saat mencapai bebatuan kecil yang menumpuk dan menghalangi jalan kami.
”Sandslash, sekarang giliranmu!” perintahku pada Sandslash. ”Gunakan penghancur batu!” Sandslash menuruti perintahku dengan baik dan menghancurkan tumpukan bebatuan yang menghalangi jalan. Jalan pun kembali terbuka.
”Kalian berdua benar-benar kompak,” puji Flame padaku dan Badut. ”Badut punya Strength sementara L punya Rock Smash. Jalan kita akan semakin mudah.”
Aku dan Badut tak menyahut pujian Flame. Entah mengapa setelah pertemuan dengan Celly di kota Lilycove, aku merasakan sesuatu yang ganjil pada diri Badut dan entah kenapa aku berusaha menghindar dari dia. Hal itu juga kulihat dari sikap Badut padaku. Ada apa ini?
Kami terus menyusuri setapak demi setapak gua tersebut. Beberapa kali kami menemukan batu besar dan tumpukan batu kecil. Sandslash milikku dan Electabuzz milik Badut bergantian melenyapkan halangan tersebut. Namun sama seperti aku dan Badut, kedua Pokemon kami tersebut juga bersikap dingin. Mereka memang saling membantu, tapi tanpa ada satu pun tatapan di antara keduanya. Ada apa ini? Kenapa Pokemon kami juga bersikap seperti itu? Apakah mereka merasakan apa yang dirasakan oleh pelatihnya?
Langkah kami kembali terhenti. Namun kali ini yang menghentikan kami adalah beberapa batu besar yang tersusun sejajar. Kami tak bisa sembarang menggerakkan batu-batu besar tersebut karena itu akan menutup jalan ke tempat berikutnya.
”Ini seperti teka-teki,” celetuk Flame melihat susunan batu-batu besar. ”Kita harus bisa memindahkan bebatuan ini dengan tepat tanpa menutup jalan agar kita bisa pergi ke tempat berikutnya.”
”Kau benar Flame,” sahut Badut. ”Kita perlu berpikir untuk ini.”
Kami bertiga kemudian memikirkan bagaimana untuk menyingkirkan batu-batu besar itu tanpa menutup jalan. Kami berpikir cukup lama mengingat susunan batu itu cukup rumit.
”Aha, aku bisa!” ujar Flame setengah berteriak.
”Kau yakin?” tanyaku sangsi.
Flame mengangguk. “Tak ada salahnya mencoba bukan?”
“Tapi kalau kau salah, kita takkan pernah bisa pergi lebih jauh,” sahut Badut.
“Percayalah padaku,” kata Flame dengan percaya diri, “yang kubutuhkan adalah bantuan Electabuzzmu, Badut.”
“Baiklah, bagaimanapun kita memang harus mencoba.”
Flame kemudian menunjukkan bebatuan yang harus disingkirkan dan ke arah mana mereka dipindahkan sementara Electabuzz menuruti dengan patuh mendorong batu-batu besar yang dimaksud. Pemindahan batu-batu itu memakan waktu cukup lama mengingat batu-batu itu cukup berat untuk dipindahkan.
”Dan yang terakhir...” Flame memberikan instruksi, ”....batu itu dipindahkan ke samping.” Flame menunjuk pada sebuah batu dan Electabuzz lalu memindahkannya.
Begitu batu besar itu selesai dipindahkan oleh Electabuzz, tampak sebuah pintu gua yang lain. Tebakan Flame tepat!
”Kau hebat Flame!” pujiku.
”Kubilang juga apa, percaya saja padaku,” kata Flame menyombongkan diri.
”Kita masuk sekarang, kita tak punya banyak waktu,” perintah Badut kemudian.
Kami bertiga kemudian serempak bergerak hendak memasuki pintu gua itu. Namun saat kami akan memasuki pintu gua, tiba-tiba saja Flareon milik Flame yang sedari tadi mengikuti di samping Flame berhenti. Pokemon api itu berbalik dan menggeram sambil menyeringai. Tampaknya dia menyadari sesuatu di belakang kami.
”Ada apa Flareon?” tanya Flame heran.
”Sepertinya ada sesuatu di belakang kita yang membuat Flareon terlihat waspada,” kataku mencoba menebak.
”Dia hanya takut, tak usah kau pedulikan dia,” sahut Badut acuh. ”Lebih baik bawa dia mengikuti kita masuk ke dalam.”
Flame lalu menunduk mendekati Flareon dan mengusapnya. ”Sudahlah, tak perlu takut,” bisiknya pada Pokemon kesayangannya itu. ”Ayo kita masuk, kita sudah hampir sampai.”
Usaha Flame itu berhasil menenangkan Flareon dan kami pun memasuki pintu gua di depan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...