SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 19 Mei 2010

L's Diary: Eps. 78 - Groudon Dibalik Kabut

wooper gifEpisode 78: Groudon Dibalik Kabut


Begitu memasuki gua itu, kabut putih nan tebal segera menyambut kami. Cukup sulit untuk menembus kabut dan menemukan jalan yang tepat. Kami pun berjalan menyusuri dinding gua untuk menghindari tersesat.

Jalan berkabut ini cukup panjang, tapi akhirnya kami menemukan sebuah ujung yang menghentikan langkah kami.

”Buntu, tak ada jalan lagi,” kata Badut setelah langkah kami terhenti. ”Apa kita jauh-jauh kesini hanya untuk ini?”

Aku dan Flame terdiam. Kami mengamati wilayah sekitar kami. Pasti ada sesuatu di tempat ini, pikirku. Mana mungkin perjalanan kami menyusuri gua yang panjang ini berakhir pada sebuah jalan buntu? Pasti ada penjelasan yang masuk akal. Tabitha mengirim kami ke tempat ini bukan untuk alasan menemukan jalan buntu berkabut.

Kabut? Ya, mungkin ada yang tersembunyi dibalik kabut ini.

“Tak ada apa-apa, yang ada hanya kabut, kita terjebak di dalam kabut,” ujar Flame mulai putus asa.

“Sepertinya perjalanan kita sia-sia,” kata Badut menyimpulkan. Ya, mungkin saja Badut benar. Kita memang tertahan di tempat ini. Kita hanya menemukan jalan buntu.

Namun saat kami sudah putus asa, tiba-tiba saja Pokemon kami menampakkan tingkah yang aneh. Ketiga Pokemon kami menggeram. Mereka semua menatap pada satu arah.

”Ada apa Sandslash?” tanyaku heran.

”Ada apa Electabuzz?” Badut ikut menanyakan pada Pokemonnya.

Pandangan kami kemudian tertuju pada arah dimana ketiga Pokemon kami menghadap. Samar-samar dibalik kabut kami melihat pantulan cahaya.

”A...ada sesuatu dibalik kabut itu,” tebakku. ”Kita mungkin tidak bisa merasakannya, tapi Pokemon kita bisa.”

”Apakah itu....” Flame mencoba menerka, namun perkataan terputus saat tiba-tiba kabut di depan kami lenyap perlahan-lahan. Kami semua tegang menunggu hingga kabut itu lenyap semuanya. Kami penasaran apa yang disebumyikan oleh kabut di dalam gua ini.

”Itu kan.... ” Flame menutup mulutnya. Matanya terbelalak seakan tak percaya dengan yang dilihatnya. Kami pun tak percaya dengan apa yang kami lihat, sesuatu yang kemudian mulai tampak terlihat jelas seiring makin berkurangnya kabut di dalam ruangan gua. Itu adalah Pokemon yang selama ini kami cari.... Groudon!

”Luar biasa!” aku terpekik melihat Groudon yang begitu besar tengah terduduk di sebuah kubangan lahar di seberang tempat kami berdiri. Tampaknya panas lahar tersebut yang mencairkan kabut.

”Akhirnya! Akhirnya kita menemukan Groudon!” Badut tampak gembira. ”Kita berhasil! Kita berhasil!”

Memang benar itulah Groudon yang selama ini kami cari. Tubuhnya begitu besar. Kulitnya berwarna merah menyala yang dikelilingi garis-garis hitam pada tangan, kaki, dan kepalanya. Legenda Hoenn itu benar-benar ada di depan kami saat ini.



Aku begitu terpesona. Inilah kedua kalinya aku melihat Groudon, namun kali ini aku bisa melihatnya begitu dekat dan begitu nyata. Tanpa terasa air mata menetes di pipiku. Kulihat Flame dan Badut juga ikut menitikkan air mata. Kami semua terharu dengan pertemuan ini.

”Itu Groudon! Itu Groudon!” Flame bersorak histeris. Dia terlihat sangat senang.

”Flame, jangan berisik! Groudon bisa menyadari keberadaan kita dan menyerang kita!” kataku panik.

”Itu tidak mungkin L,” sahut Badut menenangkanku. ”Groudon tengah tertidur semenjak pertarungannya dengan Kyogre dan hanya sebuah orb yang bisa membangunkan serta menyadarkannya.”

”Orb?”

Badut mengangguk. ”Ya, Orb yang digunakan oleh para pejuang masa lalu untuk menghentikan pertarungan mereka. Saat ini kita tidak membawa orb tersebut, jadi kita bisa tenang.”

”Lalu dimana Orb itu?” tanyaku penasaran.

“Kudengar orb itu ada di gunung Pyre, tapi kupikir paman sudah memilikinya sekarang,” jawab Flame.

Orb? Jadi diperlukan sebuah orb untuk bisa membankitkan Groudon? Aku baru tahu hal itu sekarang. Tapi kejadian di gunung Chimney saat aku kecil dulu, bagaimana penjelasannya? Kalau memang Groudon tertidur lama setelah pertarungannya dengan Kyogre bertahun-tahun yang lalu, kenapa dia bisa muncul di gunung Chimney waktu itu.

Aku berhenti bertanya-tanya dalam hati. Rasa senangku melihat Groudon mengalahkan semuanya. Dengan begini ambisiku untuk menciptakan daratanku sendiri akan segera terwujud. Aku menang!

Badut benar, Groudon memang tengah tertidur. Kulihat matanya terpejam dan Pokemon benua itu sama sekali tidak bergerak sedari tadi. Berarti keberadaan kami cukup aman untuk saat ini.

”Sekarang apa yang akan kita lakukan?”

Badut mendengus. ”Bagus, Groudon telah berhasil kita temukan. Sekarang kita akan memberi laporan pada Tabitha.”

Badut mengeluarkan Magmavon-nya dan mulai menghubungi Tabitha. Kami semua kemudian berkumpul untuk memberi laporan.

”Tabitha, kami berhasil menemukan Groudon,” lapor Badut.

”Itu sangat bagus,” jawab Tabitha tampak senang. ”Sekarang yang perlu kalian lakukan adalah berjaga dan menunggu disitu sampai kami semua datang.”

”Tabitha, cepatlah datang! Kau pasti akan senang bila kau melihat....” perkataan Flame terpotong saat tiba-tiba Magmavon terjatuh dari tangan Badut. Saat Flame akan mengambilnya, beberapa cahaya menyerupai bintang muncul dan mengenai Magmavon hingga hancur. Kami semua terkejut dan melihat ke arah asal serangan tersebut.

”Jangan sekali-kali melakukan hal bodoh, karena kalian takkan pernah mendapatkan Groudon, hei Tim Magma!” terdengar suara laki-laki. Kami pun menyadari ada tiga orang yang berdiri di kejauhan, tak begitu jauh.

”Si...siapa kalian?” tanyaku terkejut.

Perlahan tapi pasti kabut yang menyelimuti mereka mulai lenyap dan kami bisa melihat dengan jelas siapa yang berbicara. Tampak dua orang lelaki dan seorang wanita berpakaian garis hitam dan putih bercelana biru muda dan memakai kain bandana penutup kepala warna biru muda dengan lambang aneh yang kupikir menyerupai huruf A.

”Kami akan mencegah niat kalian dan kamilah yang akan menang!” ujar lelaki yang berada di tengah yang kutebak sebagai pemimpinnya. Di depannya tampak Starmie, Pokemon berbentuk bintang laut dengan sepuluh kaki.

"Ka... kalian...." seru Flame terperangah, "... kalian... Tim Aqua!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...