-->
Episode 82: Takluknya Regu G
”Dasar tak berguna!” terdengar suara wanita dari arah tempat Aaron berada. ”Percuma saja aku memerintahkanmu, Aaron.”
Seorang wanita berambut merah dengan kostum Tim Aqua, namun dengan sebuah rompi biru muda dan kaos berwarna hitam berjalan mendekati Aaron dari belakangnya. Wanita itu kemudian berhenti di samping Aaron.
”No... Nona Shelly!” Aaron tampak terkejut melihat kehadiran wanita itu. ”Ma... maafkan aku Nona Shelly, aku tak bisa mengalahkan dia.”
”Kau memang tidak becus,” jawab wanita yang oleh Aaron dipanggil Nona Shelly itu. ”Menghadapi tikus satu ini saja kau tidak bisa. Memangnya sehebat apa sih dia?”

Aku menggeram marah mendengar dia memanggilku dengan sebutan tikus. ”Siapa kau? Apa kau anggota Tim Aqua juga?” tanyaku bodoh. Jelas-jelas dia mengenakan kostum Tim Aqua.
Shelly tersenyum. “Kuperkenalkan diriku, namaku Shelly, dan aku adalah admin Tim Aqua.”
“Admin... Tim Aqua?” Jadi wanita yang dipanggil Nona Shelly itu adalah admin dari tim Aqua?
“Ya, aku admin Tim Aqua, tangan kanan Archie, pemimpin kami,” jawab Shelly. “Kupikir tadinya aku akan bertemu dengan Tabitha disini, tapi ternyata hanya grunt biasa sepertimu. Heran, kenapa si bodoh Aaron ini tak bisa menjatuhkanmu, padahal kulihat kedua temanmu sudah membeku. Tampaknya memang harus aku sendiri yang membekukanmu.”
”Coba saja kalau bisa!” tantangku, meski aku sendiri tidak yakin dengan apa yang kukatakan. Saat ini aku berhadapan dengan admin Tim Aqua yang tentunya lebih hebat dari Aaron.
”Oke, jangan lari bocah!” sahut Shelly. ”Keluarlah, Crawdaunt!” Shelly melemparkan pokeball dan dari dalamnya keluar Pokemon bercapit yang berdiri dengan kaki-kakinya. Pada kepala Pokemon itu ada tanda bintang yang besar. “Pertama-tama lenyapkan dulu kemarau yang menyedihkan ini dulu, maka.... Crawdaunt, hujan es!”

Tiba-tiba saja muncul hujan es yang melenyapkan kemarau dari Groudon. Tropius tampak kesakitan dengan es-es yang berjatuhan itu. Tidak hanya Tropius yang kesakitan, namun juga Crawdaunt yang mengeluarkannya.
”Hujan es?” tanyaku terkejut. ”Kau mau melukai Pokemonmu sendiri?” Hujan es memang akan melukai Pokemon selain Pokemon tipe es.
”Itu tidak masalah, yang penting kemarau ini lenyap terlebih dahulu,” jawab Shelly santai, ”karena dengan begitu kemampuan Tropius tidak akan berfungsi.”
Apa? Dia mengetahui hal itu? Hebat! Pantas saja bila dia menjadi admin Tim Aqua. Tapi aku takkan kalah.
“Tropius, daun pemotong!” perintahku pada Tropius. Tropius kembali mengeluarkan daun pemotong yang melesat cepat ke arah Crawdaunt. Daun-daun itu berhasil mengenai Crawdaunt! Bagus! Ini serangan kritis! Tapi, kenapa Crawdaunt masih bisa berdiri?
“Bagaimana mungkin?” tanyaku tak percaya.
Shelly tersenyum sinis. “Memang Crawdaunt lemah terhadap serangan bertipe rumput, tapi dia memiliki kemampuan perisai cangkang yang mencegahnya terkena serangan kritis. Crawdaunt mungkin terluka, tapi dia masih bisa bertahan.”
Perisai cangkang? Apakah sama seperti perisai tempur yang dimiliki Kabutops milik Darko Monsta?
“Cukup main-mainnya, anak muda,” ujar Shelly kemudian. “Mungkin kau akan bersinar bila bergabung dengan kami, Tim Aqua daripada dengan Tim Magma. Kuakhiri sekarang.... Crawdaunt, pisau Guillotine!”
Dengan tiba-tiba Crawdaunt bergerak cepat ke arah Tropius. Capitnya menyala terang sekali dan kemudian mencapit tubuh Tropius keras. Tropius menjerit keras sekali dan langsung terjatuh di tanah. Tropius pingsan.
”APA?!” aku tak percaya dengan yang kulihat. Tropius terjatuh hanya dengan satu kali serangan? Itu... itu tidak mungkin!
”Kau terkejut?” tanya Shelly membaca keterkejutanku. ”Itulah yang dikenal dengan sebutan pisau Guillotine, salah satu serangan paling berbahaya yang dimiliki oleh Pokemon. Orang-orang menyebutnya dengan One Hit KO, serangan mematikan yang bisa menghempaskan lawan hanya dengan sekali serang.”
Dia bilang apa? One Hit KO? Serangan mematikan?
”Baiklah, kupikir kau sudah menyerah sekarang. Kau tak bisa melakukan apa-apa lagi bukan?” tanya Shelly.
”Kau... kau benar,” jawabku tergagap. ”Kami... telah kalah.” Aku tak menyangka akan mengatakan hal itu. Tapi itulah kenyataannya sekarang. Badut dan Flame membeku, sementara semua Pokemonku telah kalah. Harapanku satu-satunya adalah menunggu kedatangan Tabitha dan yang lainnya. Tapi itu tidak mungkin. Tabitha bilang mereka berada di sebelah barat laut Hoenn, dan itu membutuhkan waktu lama untuk mencapai tempat ini. Shelly tak akan menunggu untuk melumpuhkanku, dia akan melumpuhkanku dengan cepat.
Aku melihat ke arah Badut dan Flame yang telah membeku dan tak sadarkan diri. Aku merasa sangat sedih, sedih karena aku telah mengecewakan mereka berdua. Harusnya aku bisa bertahan lebih lama lagi sampai Tabitha dan yang lainnya datang. Tapi... tapi hanya sampai disini yang bisa aku perjuangkan. Hari ini regu G benar-benar telah kalah.
Kini aku melihat ke arah Groudon yang masih tertidur di kubangan lahar itu. Groudon yang selama ini kucari, sekarang ada tepat di depanku. Selangkah lagi, selangkah lagi keinginanku akan tercapai. Tapi, tapi ternyata aku gagal... aku gagal mendapatkannya. Tim Aqua telah mengalahkanku. Aku benar-benar telah kalah. Selamat tinggal Groudon.
”Apa ada permintaan terakhir?” tanya Shelly begitu tenang, cukup tenang untuk seseorang yang telah mendapatkan apa yang diinginkannya.
”Ya, ada,” jawabku polos. ”Izinkan aku memasukkan Tropius ke dalam nest ball. Setelah itu lakukan apa yang kau inginkan.”
”Oke.”
Aku mengambil nest ball di tanah dan memasukkan Tropius ke dalamnya. Aku lalu menjatuhkan diriku berlutut di atas tanah. Diam-diam aku mengambil sesuatu dari saku celanaku.
”Apa kau sudah selesai?” tanya Shelly memastikan.
”Ya,” jawabku pelan, ”tapi setelah yang ini!” Bersamaan dengan itu aku melemparkan Magmabomb yang diam-diam aku ambil tadi ke arah kubangan lahar tempat Groudon tertidur. Bom itu seketika meledak di udara dan meruntuhkan atap gua di atas tempat Groudon berada. Langit-langit gua itu pun berjatuhan menimbun Groudon.
”APA?” Shelly terhenyak kaget. ”Apa yang kau lakukan bodoh?”
Aku tersenyum mengejek. ”Bila kami tidak mendapatkan Groudon, kalian juga tidak boleh mendapatkannya!”
”Kurang ajar!” teriak Shelly marah. ”Crawdaunt, badai es!” Bersamaan dengan itu kurasakan hawa yang sangat dingin menyelimutiku. Angin putih dan serbuk-serbuk es berterbangan ke arahku. Salju bertebaran mengelilingiku. Tubuhku terasa sangat sakit akibat serangan itu dan sejurus kemudian, aku telah membeku tak sadarkan diri. Maafkan aku... Flame.
Bab XII: Pertarungan Besar Gua Dasar Laut
Selesai....
Keterangan alih bahasa:
Gua Dasar Laut - Seafloor Cavern
Kekuatan - Strength
Penhancur batu - Rock Smash
Sayatan - Slash
Deburan air - Water Pulse
tembakan air - Water Gun
Hujan es - Hail
Penyembuhan - Recover
Tembakan Es - Ice Beam
Petir - Thunder
Bola bayangan - Shadow Ball
Badai salju - Blizzard
Perlindungan - Protect
Tembakan surya - Solarbeam
Gigitan - Bite
Daun pemotong - Razor Leaf
Pisau Guillotine - Guillotine
Kemarau - Drought
Hijau daun - Chlorophyll
Perisai cangkang - Shell Armor
Bingung - Confused
Membeku - Frozen Solid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...